HAITI

Perdana Menteri Jadi Tersangka Otak Pembunuhan Presiden Haiti

Presiden Jovenel Moïse ditembak mati pembunuh bayaran asal Amerika dan pada 7 Juli lalu. Jaksa Agung yang menemukan bukti sang PM layak diperiksa, langsung dipecat.
Jaksa Agung Haiti menetapkan Perdana Menteri Ariel henry Jadi Tersangka Otak Pembunuhan Presiden
Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, menghadiri upacara mengenang mendiang Presiden Jovenel Moise di museum Port-au-Prince pada 20 Juli 2021. Foto oleh VALERIE BAERISWYL/AFP via Getty Images.

Pada 14 September 2021 Jaksa Agung Haiti mengeluarkan keputusan mengejutkan, dengan mendakwa perdana menteri Ariel Henry wajib diperiksa sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Presiden Jovenel Moïse. Sang presiden ditembak mati di rumahnya pada 7 Juli 2021, oleh kelompok pembunuh bayaran yang terdiri dari warga negara Amerika Serikat serta Kolombia. Beberapa jam setelah beredar dakwaan tersebut, PM Henry memecat jaksa agung Bed-Ford Claude.

Iklan

Henry adalah sosok pejabat kawakan di Haiti, yang ditunjuk menjadi perdana menteri pada 20 Juli, dua pekan selepas Moïse tewas. Jaksa Agung menemukan bukti anyar, bahwa Henry tercatat dua kali menelepon salah satu tersangka perancang aksi pembunuhan presiden bernama Joseph Felix Badio. Percakapan telepon selama tujuh menit itu berlangsung dini hari, bersamaan dengan momen kediaman presiden disantroni para pembunuh.

Badio sendiri adalah pejabat Kementerian Hukum Haiti yang sekarang statusnya buron. Menurut Jaksa Agung Bed-Ford Claude, sinyal ponsel Badio terlacak data geospasial menyala di sekitar TKP pembunuhan.

Percakapan itu dianggap sebagai bukti yang cukup kuat untuk menginterogasi Henry. Selain pemanggilan interogasi, Jaksa Agung Haiti turut mendesak otoritas imigrasi mencekal Henry keluar dari negara tersebut atas alasan apapun selama investigasi berlangsung.

Dengan penetapan sang PM menjadi tersangka otak pembunuhan presiden, situasi politik dan keamanan Haiti semakin tidak menentu. Negara itu masih berusaha pulih dari bencana gempa bumi 7,2 magnitude yang terjadi pada 14 Agustus lalu, menewaskan 2.200 orang. Di sisi lain, kerusuhan yang dipicu oleh krisis ekonomi menahun turut memperburuk keadaan. Haiti dijadwalkan menggelar pemilu sela pada 7 November mendatang, untuk memilih presiden sekaligus membentuk parlemen baru.

Iklan

Jaksa Agung Claude menyatakan sebelum mengeluarkan perintah pencekalan, pihaknya sudah berusaha memanggil Henry untuk secara sukarela menjalani pemeriksaan. Namun Henry menolak menghadiri interogasi itu, atas “alasan yang mencurigakan.”

“Menurut kami, sudah tersedia cukup banyak faktor yang memberatkan, yang mengharuskan kami memeriksa Henry terkait dugaan keterlibatannya dalam pembunuhan presiden,” demikian pernyataan tertulis Claude yang dikirim ke Mahkamah Agung.

Rekan Henry, salah satu menteri di kabinet Haiti saat ini, berusaha membela koleganya lewat Twitter. Sang menteri mengaku pernah ngobrol dengan Henry, dan PM bersumpah tak pernah berkomunikasi dengan Badio.



Henry, sebelum berkarir di politik, adalah seorang dokter spesialis bedah syaraf ternama. Setelah masuk partai, dia berulang kali menjabat berbagai posisi penting pemerintahan. Mendiang Presiden Moïse menjadikan Henry sebagai orang kepercayaan, bahkan menominasikannya sebagai PM lewat pengumuman pada 5 Juli, dua hari sebelum Moïse ditembak mati.

Lebih dari 40 orang telah ditangkap aparat kemanan Haiti selepas pembunuhan presiden terjadi. Sebanyak 18 di antaranya adalah mantan tentara Kolombia yang kini berkarir sebagai pembunuh bayaran. Juru bicara Henry menolak permintaan wawancara dari berbagai kantor berita selepas beredar surat dakwaan jaksa agung. Pekan lalu, Henry di forum bersama pegiat LSM bersumpah akan “menyeret pelaku pembunuhan presiden yang sebenarnya” ke meja hijau.

Bed-Ford Claude sendiri belum berkomentar mengenai keputusan PM Henry memecatnya dari posisi jaksa agung. Hakim di Mahkamah Agung punya waktu tiga bulan untuk menentukan apakah investigasi resmi terhadap perdana menteri bisa dijalankan, merujuk laporan kantor berita the Associated Press.