Sains

Gajah Mulai Berevolusi Lahirkan Bayi Tanpa Gading Akibat Terlalu Sering Diburu

Perburuan gading liar oleh manusia selama ratusan tahun, diyakini ilmuwan memicu peningkatan jumlah gajah betina yang terlahir tanpa gading.
Gajah Berevolusi Mulai Terlahir Tanpa Gading Akibat Perburuan
Gajah betina di Taman Nasional Gorongosa, Mozambik. Foto via Getty Images

Penelitian terbaru menunjukkan, perburuan liar yang semakin marak menyebabkan populasi gajah di Mozambik perlahan berevolusi tidak memiliki gading.

Para peneliti dari Universitas Princeton, organisasi nirlaba ElephantVoices, Taman Nasional Gorongosa dan Universitas Idaho menganalisis data survei yang menunjukkan betapa banyaknya gajah betina yang terlahir tanpa memiliki gading—sifat genetik langka yang telah menjadi lebih umum—di tengah peningkatan perburuan dan penurunan populasi. Hasil temuan mereka diterbitkan di jurnal Science pada Oktober 2021. 

Iklan

Dari hasil scan seluruh genom gajah yang dipelajari, peneliti menemukan dua gen yang terkait dengan pertumbuhan gigi pada mamalia, yang keduanya berperan dalam pembentukan enamel, dentin dan material penting lainnya untuk menumbuhkan gigi dan gading. Salah satu gen tersebut—AMELX yang berfungsi dalam pembuatan protein yang disebut amelogenin—ditemukan terkait dengan tekanan seleksi alam akibat perburuan liar.

Penelitian dilaksanakan setelah mereka mengamati tingkat pertumbuhan gajah betina tanpa gading dan penurunan populasi gajah betina dan jantan yang parah di Taman Nasional Gorongosa (jumlahnya berkurang dari 2.542 ekor gajah pada 1972 menjadi 242 ekor pada 2000). Penelitian mengungkapkan, 90 persen populasi gajah di Mozambik mati dalam perang saudara yang berkecamuk sepanjang 1977-1992. Pasukan militer kedua belah pihak juga mengincar gading hewan tersebut.

Meskipun masih dianggap sifat genetik langka, gajah betina Afrika yang tidak punya gading secara signifikan kurang menarik bagi pemburu. Dengan demikian, gajah-gajah ini memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup dan melahirkan keturunan tanpa gading lainnya. Studi mencatat sementara populasi gajah merosot tajam, ada peningkatan tiga kali lipat dalam frekuensi gajah betina tanpa gading.

Perdagangan gading ilegal masih menjadi bisnis menguntungkan di dunia, bertanggung jawab atas berkurangnya jumlah gajah, menurut peneliti.

Iklan

“Perburuan liar yang intensif di Afrika telah dikaitkan dengan peningkatan gajah tanpa gading,” bunyi penelitian tersebut. “Penelitian kami menunjukkan bagaimana gelombang kerusuhan sipil dapat menyebabkan perubahan evolusioner yang tiba-tiba dan terus-menerus pada hewan yang telah lama hidup, bahkan di tengah penurunan populasi yang ekstrem.”

Peneliti menggunakan model matematika untuk menguji apakah peningkatan gajah betina tak bergading bisa terjadi tanpa seleksi alam, dan menyimpulkan itu mustahil terjadi. Mereka menemukan, selama periode 28 tahun yang diteliti, gajah betina tanpa gading lima kali lipat lebih mungkin untuk bertahan hidup daripada kawan-kawan bergadingnya. Tapi menariknya, tak ada satu pun gajah jantan tanpa gading yang ditemukan selama proses pengumpulan data. Peneliti berspekulasi sifat ini terkait dengan mutasi pada kromosom x yang berakibat fatal bagi spesies jantan dan bersifat dominan bagi betina.

“Ketika induk menurunkan sifat ini, kami menduga calon gajah jantan mati di awal pertumbuhan, [induknya mengalami] keguguran,” ujar Brian Arnold, ahli biologi evolusioner Universitas Princeton yang menulis penelitian ini, kepada Associated Press.

Kepada Nature, Chris Darimont, ilmuwan konservasi Universitas Victoria di British Columbia yang tidak terlibat dalam penelitian, berpendapat hasil studinya menjadi peringatan bagi para ahli ekologi dan pembuat kebijakan tentang ancaman perburuan jangka panjang.

Iklan

“Mereka memiliki data genomik yang sangat menarik,” tuturnya. “Ini peringatan untuk memahami manusia sebagai kekuatan evolusioner yang dominan di planet.”

Penelitian menerangkan, penurunan jumlah gajah yang terlahir dengan gading dapat memiliki implikasi luas bagi ekosistem. Gajah membutuhkan gading untuk menggali makanan dan mineral dari bawah tanah, mencungkil dan mengupas kulit kayu, menebang pohon dan menciptakan habitat bagi spesies lain. Berubahnya genetika gajah dapat menyebabkan efek riak bagi spesies lain.

“Peningkatan gajah tanpa gading di seluruh populasi mungkin memiliki dampak hilir,” tulis para peneliti. “Di tempat lain, evolusi spesies yang memiliki peran ekologis utama telah memberikan efek yang kuat.”

“Sangatlah penting untuk memahami dinamika evolusi yang cepat di Antroposen. Bukan hanya untuk mengungkapkan dampak biologis dari aktivitas manusia kontemporer,” lanjutnya, “tetapi juga untuk merancang strategi untuk memitigasinya.”