FYI.

This story is over 5 years old.

Motherboard

Astrolinguist Terkenal Menjelaskan Metode Paling Efektif Berkomunikasi Dengan Alien

Presiden Lembaga METI Internasional merespon film sains fiksi 'Arrival' yang dianggap cukup bagus menampilkan sisi ilmiah upaya mengirim pesan ke peradaban lain di alam semesta.
Gambar oleh Riziki Nielsen/Flickr

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Film yang belum lama diputar di jaringan bioskop Amerika Serikat, berjudul Arrival, didaulat para kritikus sebagai calon kisah sains fiksi terbaik 2016. Sambutan hangat ini tidak terduga—bahkan oleh si penulis ceritanya—mengingat jalan ceritanya tergolong berbeda dari sains fiksi kebanyakan.

Arrival menceritakan upaya seorang ahli bahasa bernama Louise Banks (diperankan aktris Amy Adams) bersama ahli teori fisika bernama Ian Donnelly (aktor yang memerankannya Jeremy Renner) berkomunikasi dengan dua makhluk ekstraterestrial yang baru saja mendaratkan UFO di Montana, AS. Bagi awam seperti kita, Arrival mungkin tidak lebih dari sekadar film alien menghibur. Sedangkan buat para peneliti dari Badan Pencari Kehidupan Ekstraterestrial (SETI) yang benar-benar bertugas saban hari mencari cara berkomunikasi dengan makhluk-makhluk semacam itu, Arrival lebih dari sekadar film drama, menjadi lebih mirip tayangan dokumenter.

Iklan

"Saya iri pada sosok Louise Banks, sebab dia sanggup bertatap muka dengan alien," kata Douglas Vakoch, Presiden Badan Komunikasi Makhluk Extraterestrial (METI) Internasional saat dihubungi Motherboard. "Skenario macam ini tidak akan terjadi dengan SETI maupun METI. Kami memperkirakan komunikasi satu arah dengan alien baru bisa terwujud paling tidak sepuluh tahun ke depan—ini pun dengan asumsi bintang terdekat yang kami duga benar-benar memiliki kehidupan, bukan cuma bebatuan."

Sebelum menjabat sebagai Presiden METI Internasional, sebuah lembaga berfokus pada upaya ilmiah mengirim pesan ke luar angkasa, Vakoch merupakan direktur Interstellar Message Composition di SETI Institute California. Dia menghabiskan sebagian besar karir profesionalnya

mencari cara menghubungi makhluk ekstraterestrial

, jauh sebelum dia memiliki data ilmiah awal tentang alien, maupun menyadari ternyata mengirim satu pesan ke luar angkasa berpotensi makan waktu beberapa dekade.

Di film Arrival, upaya berkomunikasi dengan alien terlihat mudah. Ilmu pengetahuan membahas komunikasi alien—yang dikenal sebagai astrolinguistik atau METI—pada prinsipnya menggabungkan ilmu bahasa, matematika, fisika, dan imajinasi. Praktiknya sangat sulit dibanding yang digambarkan di film.

Pada Arrival, karakter Renner mengolok-olok sosok Banks yang gigih menghubungi alien layaknya "seorang ahli matematika" dan bukan ahli bahasa. Barangkali penulis skenarionya sekedar menempatkan dialog itu untuk memancing tawa penonton. Tapi bagi ahli seperti Vakoch, memang begitulah inti seni berkomunikasi dengan makhluk terestrial di kehidupan nyata.

Iklan

Vakoch mengatakan di film itu Adams terlalu beruntung bisa berkomunikasi dengan alien secara satu waktu. Sebab, di dunia nyata, peneliti METI mengirim pesan ke bagian lain alam semesta memakan beberapa dekade—bahkan mungkin berabad-abad—itu belum termasuk menunggu balasan pesan tibanya.

Pesan yang dikirim ke luar angkasa bentuknya harus kuat dan mandiri. Peneliti METI akhirnya mengirim sebuah pesan, sekaligus instruksi bagaimana cara membaca tulisannya. Instruksi itu juga harus ditulis dalam bentuk yang bisa dipahami, setidaknya oleh mahluk selain manusia.

Sehingga bagi kalangan astrolinguist, alih-alih mencari tahu struktur bahasa yang digunakan alien tertentu, serta berusaha membentuk sudut pandang mereka terhadap kehidupan di Planet Bumi (berbeda dari teori dasar dalam film Arrival yang disebut relativisme ilmu bahasa), peneliti METI melakukan kebalikannya.

"Kami mencari semacam Batu Rosetta versi alam semesta," kata Vakoch. "Pertanyaan yang penting adalah: Apa kesamaan kita dengan makhluk terestrial?"

Pertanyaan inilah yang mendorong peneliti METI menemukan berbagai jenis bahasa berbasis matematika dan fisika. Kalau alien bisa menerima pesan manusia menggunakan teknologi canggih, pastinya mereka bisa menguasai bahasa tersebut.

Di abad 20, seorang ahli matematika asal Belanda beranama Hans Freudenthal menciptakan LINCOS—bahasa pertama yang didesain agar manusia dapat berkomunikasi dengan makhluk ekstraterestrial. Dia menggunakan prinsip-prinsip matematika menjabarkan segala hal, mulai dari konsep waktu hingga apa artinya mencintai seseorang. Pada 2013, seorang ahli astronomi-matematika asal Belanda bernama Alexander Ollingren menciptakan LINCOS versi kedua, menggunakan bahasa penuh logika simbolis dikombinasikan lambda calculus. Kedua bahasa ini bersifat mandiri, serta menggunakan prinsip-prinsip universal (matematika dan logika), walau belum tentu alien bisa memahaminya.

Iklan

"Matematika dan ilmu pengetahuan di Bumi belum tentu sama dengan di planet alien," ungkap Vakoch. "Munculnya ilmu pengetahuan bergantung pada struktur biologi atau kebutuhan sebuah organisme. Ada kebenaran subtil yang diangkat oleh film Arrival, yaitu bahwa pemahaman dan cara kita membahas dunia merupakan bukti keunikan manusia."

Vakoch lantas menyitir teori geometri non-Euklides di Abad 19 sebagai contoh. Selama 2.000 tahun, teori Euklides tentang dunia yang datar diterima sebagai kebenaran. Teori ini didasarkan pada pemahaman bahwa dua garis yang paralel tidak akan pernah bertemu. Barulah kemudian ahli geometri Eropa membalik teori ini di era 1800-an, menawarkan argumen baru tentang dua garis paralel yang sebenarnya bisa saling bertemu. Selanjutnya pemahaman kita akan konsep ruang turut berubah.

Intinya, dua teori ini sama-sama konsisten dan telah berjasa menemukan berbagai teori-teori ilmu pengetahuan dan matematika. Wajar saja jika, di alam semesta ini, ilmu pengetahuan dan matematika umat manusia sama dengan versi alien.

Vakoch mencari puluhan cara yang berbeda demi berkomunikasi dengan makhluk ekstraterestial. Menurutnya, mengirimkan sebuah pesan mandiri yang bisa dikirim sekaligus hanyalah manifestasi dari harapan manusia agar secepatnya alien bisa menerima pesan kita di Bumi. Sekali lagi, karena para ilmuwan meyakini komunikasi antar bintang akan memakan berabad-abad atau ribuan tahun, maka lebih baik memperbanyak usaha berkomunikasi, dengan format dan sistem bahasa berbeda-beda.

Iklan

Teleskop Areciob di Puerto Rico digunakan untuk mengirim pesan pertama umat manusia ke luar angkasa. Foto: Meredith P./Flickr

Sebelum LINCOS versi kedua ditemukan, sebetulnya cukup banyak metode-metode komunikasi alien yang telah diciptakan. Beberapa metode ini mengandalkan komponen audio dan visual, contohnya di pesawat luar angkasa Voyager yang menyimpan bunyi dan gambar. Radio komunikasi pertamav diciptakan khusus menghubungi alien, disebut pesan Arecibo, menggunakan teleskop Arecibo menangkap gambar-gambar manusia yang ditampilkan dalam bentuk pixel. Sayangnya, metode-metode semacam ini didasarkan pada asumsi sederhana jika alien mempunyai sistem visual dan audio laiknya manusia. Ide itu belum tentu keliru, karena manusia saja telah berevolusi dari sisi kemampuan penglihatan beberapa kali selama ribuan tahun terakhir. Bisa saja memang ada alien yang memiliki mata seperti kita.

Metode-metode lainnya melibatkan pengiriman data atau program komputer yang bisa dijalankan oleh alien, seandainya mereka menguasai dasar dari sistem coding manusia. Ide ini menghasilkan CosmicOS, sebuah program komputer menggunakan permainan berbasis peran. Tujuannya mengajarkan alien tentang aspek-aspek kehidupan di Bumi. Strategi lainnya kembali merujuk ke ilmu pengetahuan absolut, seperti RuBisCo Stars message, yang mengirimkan rangkaian DNA dari protein yang digunakan tanaman ketika berfotosintesis.

Sulit untuk menilai apakah metode-metode ini bakal direspon oleh makhluk ekstraterestial. Maka dari itu, Vakoch dan rekan-rekannya di METI Internasional berusaha mencari sebanyak mungkin metode-metode alternatif. Mereka berharap bisa mulai mengirimkan pesan ke alam semesta di akhir 2018. Kini yang terpenting adalah adanya pikiran yang terbuka dan imajinasi yang aktif dari para ilmuwan astrolinguist. Di sanalah sumbangsih paling penting dari film Arrival bagi pakar bahasa Alien seperti Vakoch.

"Yang saya paling suka dari Arrival adalah keterbukaan dan usaha karakter-karakter di film itu memahami eksistensi peradaban lain," kata Vakoch. "Hal semacam itu adalah harapan kami di SETI dan METI. Dalam beberapa dekade atau abad, kita ingin manusia mampu memahami bagaimana peradaban lain memaknai dunia mereka."