FYI.

This story is over 5 years old.

Dunia Koki

'Kenapa Tak Banyak Koki Perempuan di Dapur Profesional?' Kami Capek Dengar Pertanyaan Itu

Dominique Creen, koki yang meraih bintang Michelin, mengkritik mereka yang masih memandang koki perempuan beda dari koki lelaki. Baginya, koki ya koki saja, tak peduli apapun gendernya.
Perempuan memasak di dapur
Foto ilustrasi via MUNCHIES

Koki asal Inggris Tom Kerridge pernah memicu kontroversi dengan bilang betapa dia berharap lebih banyak “perempuan bekerja di dapur restoran.” Sudah begitu, dia merasa perempuan itu “kekurangan ‘api’ yang dibutuhkan seorang koki profesional,” dan “kurangnya 'api' itu alasan mengapa tidak ada begitu banyak koki perempuan di dapur-dapur resto ternama.” MUNCHIES bertanya kepada Dominique Crenn, koki yang mendapatkan dua bintang Michelin, untuk berbagi opininya tentang komentar kontroversial Kerridge.

Iklan

Aku sering ditanya, "Bagaimana rasanya menjadi koki perempuan profesional?"

Meskipun bertahun-tahun ditanya pertanyaan macam ini, setiap kali mendengarnya aku tetap terkejut. Aku memang perempuan, dari lahir sudah perempuan, jadi semua pengalamanku pasti dipengaruhi kelaminku. Kebetulan, karena profesiku koki, identitasku setiap hari juga terpengaruh olehnya. Tapi aku tak merasa profesionalitasku dipengaruhi oleh identitas genderku.

Dulu, aku sering tertekan saat menjawab pertanyaan naif macam itu. Aku merasakan tekanan agar bisa menjawab 'rasanya jadi koki perempuan' secara cerdas demi mengedukasi orang-orang seksis, mendukung koki-koki perempuan lain, menjadi feminis yang baik, sekaligus tidak mengesalkan rekan-rekanku yang laki-laki (yang aku hormati dan pertemanannya kuhargai).

Aku telah menghabiskan karirku menonton banyak koki laki-laki ditanya, “Bagaimana rasanya menjadi koki?”—bukan koki laki-laki—dan aku pengin sekali bisa menjawab seperti mereka.

Kami sama-sama koki, tapi aku rupanya diharuskan masyarakat menjadi jenis yang lain. Aku diharapkan memperjuangkan perempuan. Jangan salah ya, aku mau banget membantu menciptakan kondisi yang lebih baik bagi koki-koki perempuan di industri kuliner—dan tentu akan menguntungkan bagi semua koki—tapi aku khawatir aku selalu dipandang sebagai koki perempuan, alih-alih koki saja. Aku akan selalu terjebak pada sudut pandang seksis macam ini.

Iklan

Aku menunggu hari ketika aku cukup cerdas agar bisa berkomentar tentang isu ini yang mungkin dapat memperluas sudut tersebut bagi koki-koki perempuan muda—atau lebih baik lagi, suatu hari nanti perempuan akan dilihat sebagai koki, bukan "koki perempuan."


Tonton wawancara VICE bersama Rahung Nasution, membahas hakikat kuliner serta perlunya semua lelaki belajar memasak dan bekerja di dapur:


Tentunya, komentar konyol yang disebutkan koki Tom Kerridge adalah contoh hal yang harus kuhadapi; sebuah topik yang dapat diabaikan rekan-rekanku yang laki-laki selama ini ketika mereka mengelola dapur.

Pada satu titik, aku harus menanggapi orang yang berpikiran dangkal dan misoginis, yang membuat banyak perempuan merinding. Lucunya masih banyak orang terkejut ketika diberi tahu betapa perempuan dipandang seperti warga kelas dua yang memasuki dunia yang didominasi laki-laki. Mereka menganggap kami akan membuat kesalahan demi kesalahan dan duduk manis menunggu para laki-laki menunjukkan cara melakukan pekerjaan di dapur secara benar.

Komentar Tom adalah cara pikir seorang koki yang lupa privilesenya sebagai laki-laki dan mengkritik 51 persen populasi dunia dengan tuduhan serius kurang punya semangat memasak untuk industri profesional. Dia melakukan sesuatu yang takkan pernah dilakukan koki perempuan. Bisa bayangkan koki perempuan mengatakan hal yang sama tentang laki-laki? Tidak bisa. Memang tidak seperti itu caranya.

Iklan

Aku sudah menerima ribuan email yang menyuruhku merespons ucapan koki tersebut. Jadi, bagaimana tanggapanku?

Dulu, kemungkinan aku hanya akan menertawakan komentar Tom. Tapi hari ini, permintaanku cuma satu: Tom, tolong berhenti sejenak bicara, dan pertimbangkan bagaimana komentarmu berdampak pada rekan-rekanmu, perempuan yang ingin masuk bidang ini, dan semua perempuan pada umumnya? Bisakah kamu menghadapi perempuan-perempuan di kehidupanmu dan berbicara dengan mereka tentang bagaimana komentarmu menyinggung dan menyakiti perempuan yang ingin mencapai potensi dan meraih mimpi mereka?

Dengarkanlah ucapanku ini. Perempuan bukannya mau mengambil apapun dari rekan kerja lelaki. Kami hanya ingin setara dengan kalian dan berdialog melalui bidang profesional yang sama, karena kami juga ingin berekspresi melalui seni kuliner. Kami sama-sama koki seperti kalian. Titik.

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES