Menunggangi Banjir

Aksi Bermain Wakeboard di Tengah Kepungan Banjir Adalah Cara Keren Memprotes Pemerintah

Seorang pemuda 'nekat' berselancar di jalanan kota Samarinda, Kalimantan Timur yang tengah dilanda banjir tahunan. Aksinya bukan iseng belaka, tapi bentuk protes ke pemerintah. Wusshhh!
wakeboarding 19
Ilustrasi oleh Yasmin Hutasuhut

Fahri Ramadhan adalah salah satu pemuda yang merasa kesal dengan banjir yang menjadi langganan kota tempat tinggalnya, Samarinda, Kalimantan Timur. Lantaran suara protesnya tak pernah didengar oleh pemerintah setempat, Fahri bikin aksi langsung: bermain wakeboard di jalanan Samarinda yang tengah dikepung banjir.

Kekesalan Fahri wajar belaka. Beberapa wilayah kota Samarinda sudah dilanda banjir selama lebih dari satu dekade. Maka berbekal wakeboard yang ditarik mobil dengan kecepatan rata-rata 20 kilometer per jam, Fahri meluncur sambil menyindir para pemangku jabatan yang masih gagal mengendalikan banjir. Wussshhhh! Video itu langsung viral di jagat maya.

Iklan

Fahri, pemuda berusia 19 tahun kelahiran Samarinda, ternyata seorang atlet wakeboard nasional. Pantesan lihai. Aksi yang dilakukan di kawasan simpang empat mall Lembuswana dalam video berdurasi 54 detik ini berhasil mencuri perhatian khalayak dan telah disaksikan lebih dari 18 ribu penonton. Tak sedikit pengguna sosial media yang menyatakan dukungan terhadap aksi protes Fahri.

“Lelah rasanya dan tidak tahu harus mengadu kepada siapa lagi.” begitu penggalan ucapan Fahri di awal video.

Banjir di Samarinda tahun ini adalah yang terparah sejak 1998. Dari catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda, sebanyak lebih dari 35 ribu warga terdampak banjir tahunan tersebut. Kerugian ekonomi pun diprediksi mencapai ratusan milyar rupiah.

Sudah lebih dari sepekan, namun banjir tersebut tak kunjung surut. Ketinggian air di beberapa wilayah mencapai 200 cm. Pemerintah menyebut penyebab banjir adalah meluapnya debit air sungai Karang Mumus. Namun warga menuding pemerintah sebagai penyebab lantaran memberikan izin pembukaan lahan untuk tambang batubara kepada berbagai perusahaan secara serampangan.

Apapun penyebabnya, Samarinda sebagai sebuah ibukota provinsi harusnya punya sistem mitigasi banjir yang lebih baik. Masa bandaranya terbaik kedua di dunia, tapi kotanya masih banjir. Kan konyol. Atau sepertinya pemerintah Samarinda punya niat membuat wahana bermain wakeboard dengan modal seminim mungkin: membuat banjir di jalan raya.