FYI.

This story is over 5 years old.

hasil penelitian

Dinding Es di Antartika Bisa Bersenandung, Suaranya Kayak Dengungan Serangga

Kata ilmuwan yang tak sengaja menemukannya suaranya ethereal banget—mungkin maksudnya kayak track instrumental dari Cocteau Twins atau Dead Can Dance kali yak.
Rak es bernama Ross
Foto via Shutterstock

Jika kalian termasuk hipster elitis yang emoh playlistnya sama dengan manusia biasa lainnya, kami punya berita bagus buat kalian: ternyata dinding/rak es (ice shelf) di Antartika diam-diam bernyanyi dalam keheningannya. Cuma karena frekuensinya kelewat rendah, suaranya enggak bisa ditangkap oleh kuping manusia.

Untuk pertama kali, para ilmuwan berhasil merekam “senandung” rak es menggunakan sensor seismik super sensitif yang dikubur di permukaan es kawasan Antartika. Menurut para ilmuwan sih ethereal banget. Tebakan kami sih, jika para ilmuwan ini mau merilis rekaman senandung rak es ini dalam bentuk mp3, kami yakin tracknya bisa dijejalkan ke dalam dalam playlist musik ethereal, di antara band-band macam Dead Can Dance, Cocteau Twins dan This Mortal Coil.

Iklan

Adalah Julien Chaput, seorang pakar geofisika dan matematikawan asal Colorado State University, dan timnya yang menemukan bebunyian etherial ini dari lapisan salju yag menutupi Ross Ice Shelf—rak es terbesar di Antartika—secara tak sengaja saat mereka sedang meneliti pergerakan rak es dan badai di kawasan utara Antartika. Lapisan salju ini—atau firn—tak sepenuhnya halus, tapi memiliki banyak bagian berombak dan bukit pasir. Rabu lalu, hasil penelitian terbaru Julien cs. ini di Rabu kemarin (10/17) dipublikasikan di Geophysical Research Letters.

Menurut para ilmuwan, angin yang berhembus di kawasan Antartika membuat bagian dari es bergetar dan menghasilkan suara mirip flute. Namun, jangan keburu ngebayangin suaranya mirip rekaman tiupan flute yang adem di kelas-kelas meditasi. Senandung rak es Antartika lebih mirip suara peniup flute yang kesurupan dan terjebak dalam di bawah lapisan es.

“Lapisan firn di Antartika ternyata mengeluarkan dengungan dengan vibrasi yang konstan,” tulis Douglas MacAyeal, seorang glasiolog dari University of Chicago, dalam tanggapannya terhadap temuan Chaput dkk..“Bila vibrasi bisa ditangkap telinga manusia, suaranya bakal mirip seperi dengung sekerumunan serang cicada yang menyerbu kanopi pepohonan atau rumput di musim panas.”

Suara-suara yang dikeluarkan rak es Antartika tak cuma bikin merinding, tapi juga juga membantu para peneliti memahami bagaimana rak-rak es beradaptasi dengan perubahan iklim. Rabu lalu, National Oceanic and Atmospheric Administration melaporkan perluasan lautan Antartika tercatat mencapai 3,3 persen di bawah rata-rata, angka terendah yang pernah tercatat dalam bulan September.

“Respons rak es yang kami temukan mengindikasikan bahwa kita sebenarnya bisa menelusuri cara rak es beradaptasi dengan perubahan iklim secara mendetail” katanya. “Intinya sih apa yang kita peroleh ini adalah perangkat untuk memonitor lingkungan dan dampaknya pada rak es.”