Perdagangan Narkoba

Contoh Dedikasi: Beli Ganja, Pemuda Lamongan Naik Motor Ratusan Kilometer Agar Lebih Irit

Siswanto bolak-balik naik vespa butut dari kampung halamannya ke Lampung, sampai aksinya tercium polisi. Metodenya sangat tidak lazim dalam distribusi ganja di Indonesia.
Pemuda Lamongan Naik Motor Ratusan Kilometer ke Lampung Buat Beli Ganja Agar Lebih Irit
Ilustrasi lintingan ganja [kiri] via Wikimedia Commons/Domain Publik; ilustrasi pengendara motor oleh Milansari7/Pixabay /lisensi CC 2.0

Duwi Siswanto bukanlah pemadat pada umumnya yang cuma anteng menunggu barang datang dikirim lewat jaringan kurir. Dengan alasan mengirit pengeluaran belanja narkoba, Duwi rela pergi ke Lampung dari rumahnya di Lamongan, Jawa Timur dengan Vespa bututnya demi membeli ganja.

Alasan lain, mungkin, Duwi tak percaya dengan jasa kurir yang kerap dicegat aparat kepolisian maupun BNN. Mungkin dia berpikir dengan menjemput ganja secara personal, dirinya bisa lolos dari pengendusan aparat. Sayangnya taktik Duwi gagal total. Pemuda 29 tahun itu akhirnya terciduk aparat Polres Lamongan.

Iklan

Dari keterangan polisi, Duwi sudah dua kali pergi ke Lampung buat berbelanja dua kilogram ganja. Ganja dijual Rp500 ribu per kilogram di Lampung. Lumayan murah jika dibandingkan harga eceran di pengedar biasanya yang bisa mencapai jutaan. Ganja tersebut oleh Duwi juga dijual secara eceran.

"Yang bersangkutan ini mengaku sudah dua kali ke Lampung menggunakan Vespa untuk kulakan," kata Kapolres Lamongan AKBP Feby DP Hutagalung dilansir Detikcom.

Duwi memang pernah bekerja lama di Lampung. Dia kenal banyak petani ganja di sana. Polisi pun menyebut Duwi adalah pemain tunggal dalam kasus ganja tersebut.

Cara Duwi itu tergolong tidak lazim. Sebab biasanya kurir ganja itu menggunakan jasa ekspedisi, kendaraan umum, atau mobil pribadi. Sebab jarak yang ditempuhnya cukup lumayan. Dia harus menempuh 1.122 km untuk sampai ke Lampung. Dari keterangannya, perjalanan tersebut ditempuh selama tiga pekan hingga satu bulan.

"Perjalanan ke Lampung saya tempuh selama tiga minggu hingga satu bulan menggunakan Vespa," aku Duwi.

Wah, kalau gitu sebenarnya cara Duwi juga enggak terlalu irit-irit amat. Coba dihitung biaya makan dan bensin selama satu bulan perjalanan. Misalnya biaya makan per hari Rp50 ribu, itu sudah mencapai Rp1.5 juta sendiri lho. Belum bensin atau duit penginapan.

Jadi sebenarnya Duwi ini mau bisnis atau cuma cari alasan biar jalan-jalan sambil giting sih?