Dengan jumlah penduduk mencapai 12 juta jiwa dan tata kota semrawut, jangan harap bisa mengandalkan transportasi umum ketika kalian mampir ke Kinshasa, Ibu Kota Kongo. Ditambah risiko kriminalitas yang masih tinggi, mengelilingi kota itu butuh nyali berlebih. Bawa mobil sendiri pun bukan solusi, karena kalian bisa terjebak kemacetan berjam-jam hanya untuk menempuh rute jarak pendek.Di tengah kekacauan itu, lahirlah wewa, sebutan bagi bisnis ojek pangkalan di Kongo. Tentu saja, bisnis ini tidak sepenuhnya legal. Pemerintah Kongo sebetulnya tidak mengizinkan kendaraan roda dua jadi moda transportasi umum (persis Indonesia sebelum akhirnya menolerir ojek online). Wewa menjadi penyelamat mobilitas penduduk di kota terbesar ketiga Benua Afrika tersebut. Mereka ada di tiap pengkolan, tarifnya bisa ditawar, dan tersedia kapanpun dibutuhkan.
Iklan
Satu hal yang mencolok dari wewa, selain efisiensinya mengantar penumpang menembus kemacetan, adalah penampilan para pengemudinya yang dandy. Rata-rata babang ojek di Kinshasa tampil trendi saat menanti penumpang. Selera fashion yang oke ini tidak terlalu mengherankan. Kinsasha sebelumnya jadi topik pemberitaan media internasional, berkat adanya sapeurs, sebutan buat penduduk perkampungan kumuh yang sadar fashion dan gemar memakai baju perlente.Awal 2019, fotografer lepas Vincent Dolman mengunjungi Ibu Kota Kongo itu untuk sebuah proyek. Tapi dia terpukau melihat penampilan para pengendara ojek di Kinshasa yang menurutnya amat keren. Dia lantas bikin proyek sampingan pribadi, memotret style fashion wewa yang bisa dibilang amat unik—kalau bukan yang terbaik dalam kancah ojek dunia. Foto-fotonya bisa kalian simak secara eksklusif untuk Majalah i-D berikut:
Artikel ini pertama kali tayang di i-D Magazine