Opini

Jangan Pernah Ucapkan 10 Hal Ini Pada Perempuan yang Baru Jadi Ibu

Kita semua seharusnya paham etikanya tanpa diajari, tapi kalian perlu jaga-jaga supaya enggak bikin perempuan yang baru saja melahirkan jadi tertekan.
10 Saran Terlarang untuk Ibu yang Baru Melahirkan
Ilustrasi ibu merawat bayi yang baru lahir via Acalu Studio/Stocksy 

Ketika ada orang habis melahirkan, banyak orang merasa harus mengajarkan sang ibu untuk merawat buah hatinya dengan benar. Padahal, mereka tak tahu apakah “sarannya” dibutuhkan atau enggak. Lalu ada juga yang asal menyeletuk, yang mungkin menurut mereka cuma bercanda atau sekadar penasaran, tapi sebenarnya bisa bikin sang ibu tertekan.

Nah, kalian bisa belajar dari artikel ini gimana caranya menjadi teman dan saudara yang baik saat menjenguk orang melahirkan. Sebisa mungkin hindari 10 kalimat berikut jika kalian enggak mau menyinggung perasaan mereka.

Iklan

"Gapapa, yang penting bayinya sehat."

Kenyataannya enggak semudah itu. Banyak perempuan mengalami trauma, baik selama hamil maupun ketika melahirkan. Proses penyembuhan trauma juga enggak sebentar. Menyuruh sang ibu berhenti memikirkan pengalaman traumatis dan mensyukuri hasilnya sama saja merendahkan segala pengorbanan mereka.

"Pokoknya dinikmati aja sis sensasi jadi ibu."

Maaf-maaf saja, nih. Menjadi orang tua baru enggak selamanya enak. Saya pribadi berusaha keras selalu menjadi ibu yang baik, tapi saya agak depresi selama beberapa minggu pertama karena kewalahan. Menyusui pukul 3 pagi tentunya jauh dari kata menyenangkan.

"Lahirannya normal atau caesar?"

Apa manfaatnya bagi hidupmu kalau bertanya mereka lahiran normal atau caesar? Enggak ada. Sang ibu bersedia menceritakan proses persalinan mereka, tapi pastinya enggak dimulai dengan pertanyaan penuh penilaian seperti ini.

"Suamimu rajin banget suka bantu-bantu!"

Mengganti popok dan bangun di tengah malam juga menjadi tanggung jawab sang ayah, bukan cuma ibunya saja. Orang tua yang baik adalah yang mau berbagi peran seperti ini. Jangan bikin sang ibu merasa harus bersyukur punya suami telaten, padahal suaminya juga bertanggung jawab mengurus anak mereka berdua.

Jangan menyinggung soal berat badan

Menanyakan berat badan sang ibu atau anaknya enggak etis. Para ibu baru akan khawatir jika berat badan bayinya kurang atau terlalu besar. Pertanyaan ini bisa bikin stres ibu baru jika ditujukan kepada mereka pribadi, terutama kalau berat badannya turun drastis. Mereka sudah cukup kelabakan mengurus anak, dan ucapan semacam “kok kurusan” atau “ih gendutan ya” hanya menambah beban pikiran mereka.

"Kapan punya dedek lagi?"

Tunggu, deh. Anaknya baru lahir dan sudah ditanya begini? Mereka baru saja mengambil langkah besar—baik setelah menikah maupun punya anak—dan sudah ditanyakan kapan akan mengambil langkah lain. Saya yakin siapapun orangnya enggak akan suka mendapat pertanyaan seperti ini.

Iklan

"Sekarang Seneng. Tunggu saja sampai anakmu bisa jalan."

Tak ada yang mau memikirkan rintangan masa depan ketika sang ibu masih harus menghadapi masa sekarang. Lagi pula, siapa bilang rintangannya akan jauh lebih besar? Beberapa orang tua ingin anak mereka bayi terus, sedangkan lainnya melihat rentang usia tertentu adalah masa sulit mereka. (Ibu tiga anak memberitahuku rentang usia 9-15 bulan adalah masa tersulit.)

"Kamu sudah coba makan 'xxx' biar dedeknya xxx?"

Anakku suka ngiler, dan beberapa ibu-ibu menyarankanku untuk “mengubah pola makan”. Mereka bilang saya harus menghindari produk susu, gluten, kedelai dan jagung. Untung saja, dokter kandungan saya menjelaskan pola makan ibu enggak akan memengaruhi kebiasaan anak. Intinya, jangan sok kasih saran kecuali diminta.

"Biasain tidur saat anak sudah bisa tidur."

Bagi orang tua baru, saran ini terdengar seperti izin untuk memprioritaskan kesehatan ketimbang kebersihan diri, urusan rumah dan pekerjaan. Tapi kenyataannya, orang tua memang enggak sempat istirahat. Menyuruh mereka tidur setelah anak tertidur enggak ada bedanya dengan menyuruh orang insomnia untuk cepat mengantuk. Kalau kalian memang ingin membantu mereka, coba tawarkan untuk menjaga bayinya supaya sang ibu bisa beristirahat, kerja atau beres-beres rumah.

"Pokoknya hindari susu formula. Titik"

Sayangnya, enggak semua perempuan bisa mengeluarkan ASI. Ada juga yang berhenti menyusui anak karena alasan lain. Ditambah lagi, puting pecah-pecah dan berdarah, serta payudara bengkak karena susu penuh bukan pengalaman menyenangkan. Oleh karena itu, kalian juga perlu menghindari perkataan seperti “senang banget bisa menyusui anak”. Saya pribadi enggak ada masalah saat menyusui anak, tapi ada hal-hal lain yang enggak mudah sama sekali. Ucapkan selamat kepada sang ibu yang bisa menjaga anaknya, enggak peduli bayinya minum ASI atau susu formula. Yang terpenting adalah asupan nutrisi anak mereka tercukupi.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic, situs bagian dari VICE membahas isu kesehatan fisik maupun mental