FYI.

This story is over 5 years old.

The VICE Guide to Right Now

Riset Terbaru Bilang Anak Muda Mulai Malas Kerja Akibat Asyik Main Game

Sekilas ada benarnya sih.
Foto via Wikimedia

Ada kesalahkaprahan yang tak kunjung hilang: video game adalah penyebab tindak kekerasan, kemalasan dan mangkraknya karir akademik. Belum lagi cap jelek pada video game ini luntur, muncul cobaan baru bagi para penikmat video game. Senin lalu, sebuah makalah yang dirilis oleh National Bureau of Economic Research, sejumlah ekonomi berargumen bahwa inovasi tanpa henti dalam ranah video game bisa menurunkan jumlah pekerja muda laki-laki dalam setiap angkatan kerja, seperti dikutip oleh New York Times.

Iklan

Para penulis makalah yang berjudul "Leisure Luxuries and the Labor Supply of Young Men" itu mengajukan pertanyaan berikut: seberapa jauh pengaruh inovasi dalam teknologi hiburan di waktu sengang mempengaruhi pasokan tenaga kerja laki-laki muda? Atau lebih spesifik lagi, sejauh mana pengaruh evolsi video game aktivitas rekreasional menggunakan komputer terhadap jumlah tenaga kerja laki-laki muda?

Para ekonom ini menduga bahwa video game punya andil dalam berkurangnya jumlah jam kerja seorang pemuda bekerja antara 15 sampai 30 dalam setahun sejak tahun 2004.

Data penggunaan waktu di Amerika Serikat menunjukkan bahwa antara kurun waktu antara tahun 2004 dan 2015, waktu santai lelaki muda (umur 21-30) naik 2,3 jam perminggu. Lalu berapa persen dari waktu bersenang-senang para pemuda ini yang dihabiskan untuk bemain game? Jawabannya lumayan bikin kaget: 60% waktu santai pemuda Amerika Serikat dihabiskan bermain video game. (sebagai catatan: data ini mengesamping para pelajar full-time).

Dalam kurun waktu yang sama, waktu santai perempuan di Amerika Serikat hanya tumbuh sebesar 1,4 jam perminggu dan hanya sedikit sekali dari porsi leisure yang digunakan perempuan Amerika untuk bermain game. Pada perempuan dan lelaki yang lebih tua, porsi waktu santai yang dihabiskan untuk menjajal video game sangat kecil hingga bisa diabaikan.

Sampai tahun 2015, jumlah jam kerja pertahun lelaki berumur 21-30 tahun lebih rendah dari jumlah kerja pertahun kelompok yang sama di akhir abad 20. Selisihnya mencapai 203 jam lebih sedikit. Jumlah selisih ini cukup mengejutkan. Sebagai bandingan, jumlah jam kerja selama tahu tahun pada pria berumur 31-50 tahun cuma turun sebanyak 163 jam. (penurunan ini terjadi bersamaan dengan evolusi besar-besar video game yang dimulai, dengan misalnya, keluarnya World of Warcraft pada tahun 2004)

Meski makalah tersebut mengaitkan evolusi teknologi gaming dengan turunnya jumlah pemuda yang bekerja, ada beragam faktor kompleks (seperti permintaan tenaga kerja dan upah) yang mempengaruhi penurunan jumlah pekerja muda di Amerika Serikat

Anda mungkin sadar bahwa saya adalah penulis perempuan. Tapi, kalau kamu ingin merisak saya karena menyangka tulisan ini punya bias gender, ya silakan saja. Saya bakal santai dan bodo amat. Pokoknya kalau tulisan ini dirundung, saya tinggal main World of Warcraft lagi saja. Beres perkara.

Follow Allison Tierney di Twitter.