Ketika Ricardo Verdesoto, 29, tumbuh besar di Ekuador, timnas negaranya tengah berjuang untuk melewati babak kualifikasi Piala Dunia. Lalu, setelah Ekuador lolos sebagai salah satu peserta Piala Dunia 2002, seluruh Ekuador hanyut dalam euforia, kata Ricardo.
“Ini mungkin konsep yang susah dipahami di kota besar seperti New York, tapi di Ekuador, tiap kali timnas kami berlaga di Piala Dunia, satu negara benar-benar berhenti,” kenang Ricardo yang kini bermukim di kawasan Queens. “Yang boleh buka cuma gereja dan restoran, sisanya tutup. Pertandingan Ekuador secara enggak langsung mengubah cara orang hidup selama Piala Dunia 2002 berlangsung—kehidupan ekonomi, suasana di seluruh Ekuador semuanya berubah. Intens banget lah.”
Videos by VICE
Piala Dunia adalah kehidupan bagi Ricardo, termasuk ketika Ekuador tak sedang berlaga. Seperti kebanyakan orang lain selama Piala Dunia tahun, Ricardo secara taat menonton pertandingan demi pertandingan bersama rekan-rekan dan kerabatnya. Dan lantaran revolusi sering luput dari kamera televisi, Ricardo kini senantiasa menghabiskan hari-harinya memotret fan sepakbola yang punya kecintaan mendalam terhadap cabang olahraga ini, seperti halnya dirinya.
Namun, kendati nonton timnasmu berlaga bisa jadi hiburan yang tak tergantikan, ini adalah aktivitas yang bisa memicu rasa cemas. (Ini enggak mengada-ada loh ya. Buktinya ada aplikasi meditasi yang dibuat khusus agar kita bisa menenangkan diri selama Piala Dunia). Rasa cemas ini muncul karena penggemar sepakbola menganggap timnas negara mereka sebagai bagian besar identitas mereka. Kalau timnas kita menang, kita umumnya ikutan bangga.
Sebaliknya, sewaktu timnas yang kita dukung kalah, kita pasti larut dalam kesedihan, merasa gagal melakukan sesuatu. Demikian penjelasan Scott Goldman, psikolog yang tinggal di Ann Arbor dan Miami. Goldman adalah psikolog yang kini bekerja untuk sejumlah tim yang berlaga di kompetisi olahraga termashur macam NFL, NBA, NHL, ataupun MLB. Meski Goldman lebih sering bekerja dengan atlet profesional untuk mencapai performa optimal, dia paham betul kenapa kita kerap cemas kalau timnas kita sedang bertanding, baik di Piala Dunia atau di kompetisi internasional mana pun.
Apa sih penyebab suporter terserang gangguan kecemasan parah saat menonton sepakbola?
Akar dari rasa cemas adalah ketidakpastian dan sikap antisipatif terhadap kondisi terburuk yang bisa terjadi. Goldman menjelaskan emosi kita saat cemas pada awalnya penting bagi keselamatan kita sebagai manusia—rasa cemas memberi kita tambahan tenaga saat diburu atau malah sedang berburu makanan.
Kini, setelah tak lagi diburu oleh hewan-hewan liar, rasa cemas justru muncul, misalnya saat timnas kita harus melewati drama adu penalti. Bagi sebagian orang, rasa cemas ini adalah bagian yang menarik dari aktivitas menonton sepakbola. Istilahnya, kalau enggak tegang ya enggak rame. Cuma bagi sebagian orang lainnya, rasa cemas ini sudah kelewat mengganggu.
Kalau kamu bingung kenapa seseorang bisa terganggu oleh rasa cemas berlebihan selama Piala Dunia, jangan kesampingkan fakta berikut: Piala Dunia adalah pengecualian tersendiri. Hajatan sepakbola terbesar sejagat ini selevel dengan Olimpiade. Piala Dunia tak diselenggarakan tiap pekan. Masing-masing tim yang lolos telah melalui persiapan dan perjuangan yang panjang. Dan, tiap timnas—manapun itu, yang diunggulkan atau pun tidak—bisa tersingkir dalam hitung milidetik. Satu saja peluang emas gagal dimanfaatkan, rasanya sia-sia hasil kerja keras selama empat tahun.
“Coba bayangkan investasi penuh dan kerja keras yang dilakukan semua pemain,” kata Goldman. “Bayangkan deh, saban tahun, kamu menginvestasikan uangmu ke bank atau saham. Saban tahun, uangmu kamu belanjakan untuk beli satu saham dan pada ujungnya semua ditentukan satu pertandingan saja. Ini mirip seperti kamu mempertaruhkan semua dana pensiunmu pada satu saham dan berharap saham tak jeblok.”
Jadi bisalah dipahami kenapa pendukung sebuah timnas bisa dihantui rasa cemas—kadang sampai level yang berlebihan. “Respon cemas itu dirancang untuk bertahan selama tiga menit saja,” ujar Goldman. “Lagi-lagi ini berhubungan dengan evolusi manusia: kalau kamu dikejar-kejar singa, dan kamu tak bisa lepas dari kejarannya dalam tiga menit, paling-paling kamu sudah pasti jadi santapan siang singa itu.” Goldman juga menambahkan jika tubuh kita dipaksa bekerja keras karena ketika kecemasan bertahan lebih dari tiga menit, masalah bakal bermunculan. “Ada yang sampai kena maag dan serangan jantung,” jelasnya. “Malah, kalau kamu membaca laporan sejumlah penelitian, kemungkinan serangan jantung naik di beberapa negara saat timnas mereka bertanding.”
Tonton dokumenter VICE soal liga sepakbola di penjara Uganda yang membuat narapidana merasakan kebebasan walau sesaat:
Katakanlah kamu enggak khawatir-khawatir amat timnasmu tersingkir sampai kena serangan jantung. Lalu, bila kamu juga tak punya kondisi kesehatan lain, kamu seharusnya tak perlu takut-takut amat. Tetap saja, pertanyaannya adalah kapan kita mulai khawatir akan rasa cemas—yang pada awalnya kita sambut karena memicu adrenalin seperti yang dianjurkan Goldman pada atlet-atlet bimbingannya—sebelum akhirnya tak bisa dikendalikan sama sekali?
“Batasnya adalah ketika semua yang awalnya baik malah jadi buruk. Contohnya saat kandungan darah dalam darah kita naik. Kita harus waspada betul,” kata Goldman. Dengan kata lain, kapan rasa gembira berubah menjadi menyebalkan dan menakut. “Itu terjadi saat semuanya berbalik melawanmu.”
Adakah cara menekan rasa cemas saat nonton sepakbola?
Goldman menjelaskan bahwa rasa cemas bisa berkurang dengan menenangkan diri. Jantung berdebar lebih cepat dan otot mudah tegang saat sedang cemas. Karena itu, kamu bisa bernapas dalam-dalam agar tubuh jauh lebih tenang. Menang atau kalah adalah hal biasa dalam pertandingan, dan hidupmu tidak akan hancur jika klub favorit kalah.
Verdesoto mengaku sulit mengutarakan perasaannya. Yang pasti, dia merasa Piala Dunia mampu menyatukan dunia. Di tengah kondisi yang memanas seperti saat ini, senang rasanya bisa melihat berbagai orang berkumpul untuk mendukung tim sepakbola favoritnya.
“Mereka memahami perasaan satu sama lain meskipun tidak kenal sama sekali,” katanya. Cemas dan deg-degan saat menonton pertandingan sepakbola itu wajar, asal kita bisa tetap mengendalikan diri.
Artikel ini pertama kali tayang di Tonic