Libur akhir tahun sudah tiba. Meski banyak yang memilih ke luar kota, seperti Bali, buat menghabiskan waktu, tapi ada juga yang memutuskan di rumah aja karena masih ada pandemi. Apalagi peraturan pemerintah terbaru mewajibkan penumpang pesawat dan transportasi umum lainnya buat melakukan swab antigen sebagai syarat perjalanan.
Beberapa orang merasa lelah banget dengan situasi penuh ketidakpastian selama hampir setahun terakhir. Ini membuat mereka mending enggak beraktivitas yang mengeluarkan banyak tenaga dan uang. Nah, ada alternatif buat kamu yang masuk ke dalam golongan ini yaitu maraton, tapi enggak bikin capek.
Videos by VICE
Maraton apaan? Ya, maraton nonton film-film Indonesia! Banyak lho produksi dalam negeri yang super layak buat disaksikan. Hitung-hitung, bisa sedikit mengobati rasa kangen sama bioskop juga. Sebagian film di sini dapat ditonton lewat layanan streaming kok.
VICE pun minta rekomendasi enam film yang cocok jadi pilihanmu. Biar seru, sengaja nih enggak ada satu pun yang bertema Natal, Tahun Baru, atau liburan.
Arul, penulis review film
Ibunda (1986)
Film arahan sutradara Teguh Karya ini adalah film keluarga yang menyenangkan untuk diikuti. Plotnya sederhana, setting ceritanya juga terbatas, tapi bukan berarti enggak memiliki konflik yang luas. Film ini bikin kita tahu peran perempuan sebagai seorang ibu yang kuasanya dalam sebuah keluarga bisa di atas segalanya. Dalam keberadaannya saja, dia memiliki kekuatan untuk mempersatukan kembali keluarganya yang lama enggak berjumpa.
Janji Joni (2005)
Sebuah surat cinta terhadap industri perfilman. Pertama kali nonton ini, rasanya udah jatuh cinta. Ceritanya sederhana yaitu tentang seseorang yang kerjanya mengantar roll film. Dedikasinya kepada pekerjaan dan kegigihan buat enggak mengecewakan penonton di bioskop menarik untuk dikulik. Debut Joko Anwar yang keren. Berharap Joko Anwar bisa bikin cerita-cerita gini lagi.
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Kapan lagi industri film Indonesia punya film-film ala Western seperti ini? Film yang diarahkan oleh Mouly Surya ini enggak hanya unik dari sisi genre aja, tapi misi pesan di dalam filmnya juga penting. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak mengisahkan tentang perempuan dan usahanya untuk memperjuangkan haknya dalam strata sosial. Film ini juga memperlihatkan perempuan dan problematikanya di kehidupan sosial bermasyarakat.
Fira, penggemar film
Catatan Akhir Sekolah (2005)
Aku dua kali nonton ini di bioskop, terus pernah punya DVD-nya meski sekarang lupa ditaruh di mana. I lived for that eight minutes opening scene! Catatan Akhir Sekolah kayaknya adalah film Indonesia pertama yang pakai teknik continuous shot dalam pengambilan gambarnya. Ceritanya sendiri ringan, khas kehidupan anak SMA di mana ada yang naksir diam-diam lah, suka telat, ada yang tiap istirahat ke masjid. Kelucuan-kelucuan sepanjang film dibungkus dengan mengharukan tentang serunya masa sekolah dan kenangan soal persahabatan.
The Raid 1 dan 2
The Raid adalah film action yang enggak bikin bosan meski ditonton berkali-kali, baik The Raid 1 maupun The Raid 2. Bukan cuma soal cerita dan karakter-karakternya yang ikonik, tapi juga pengambilan gambar yang bikin kita berdecak kagum. Masih ingat banget waktu The Raid 2 tayang, hampir semua orang enggak berhenti ngomongin adegan Iko Uwais dikeroyok narapidana-narapidana di WC sempit.
Love For Sale (2018)
Film ini sukses bikin aku ketawa dan sedih. Gading Marten cocok banget memerankan karakter Richard yang introvert, jauh dari asmara, tapi sekalinya sayang banget sama orang, malah di-ghosting. Della Dartyan juga bisa mengimbangi sebagai Arini yang paham Richard itu seperti apa. Ini jenis film yang begitu lampu bioskop nyala, kita perlu beberapa menit buat memproses apa yang terjadi, terus mendoakan yang terbaik buat karakter utamanya. Hehehe.