Artikel ini pertama kali tayang di Waypoint.
Seminggu terakhir, ketika istri dan anak saya terlelap di malam hari, saya malah sibuk menggunakan headset virtual reality Playstation sambil main Resident Evil 7. Namun sekitar 90 menit kemudian, saya harus berhenti saking intensnya pengalaman ini. Hati saya berdetak kencang, otot tegang dan nafas terengah-engah. Resident Evil 7 bukan hanya berhasil memberi nafas segar ke seri video game yang sempat membosankan, tapi ini adalah salah satu game horor terbaik yang saya mainkan dalam beberapa tahun terakhir. Seakan-akan anda masuk ke dunia Texas Chainsaw Massacre yang interaktif. RE7 adalah alasan kenapa anda harus buru-buru membeli headset VR.
Videos by VICE
Coba liat satu-satunya poster video game yang saya simpan di rumah sejak 1996. Resident Evil adalah salah satu game yang paling berkesan yang pernah saya mainkan. Lorong Spencer Mansion sudah terekam jelas dalam otak saya dan adegan anjing gila meloncat keluar dari jendela masih bikin bulu kuduk saya merinding.
Sudah lama sekali saya ingin merasakan sensasi seperti ini lagi, dan Resident Evil 7 hampir sekali berhasil mewujudkan perasaan tersebut. Kalo ngomongin mitos dan jalan cerita setiap edisi Resident Evil, makin lama memang makin ngawur. Biarpun Resident Evil 7 harusnya adalah kelanjutan dari Resident Evil 6 (masih ingat stage final ketika pemain harus mengalahkan serangga seukuran kaiju di atap gedung?), sebetulnya RE7 itu tidak lebih dari sekedar reboot. Biarpun ada referensi terhadap versi-versi game RE sebelumnya, plot RE7 tidak lagi mengikuti jalan cerita RE yang sudah makin gak karuan beberapa tahun terakhir.
Apabila kamu penasaran apakah Capcom bisa bikin game RE yang menyeramkan seperti dulu, maka mestinya RE7 akan menjawab kekhawatiran. Mengubah perspektif pemain dari third person ke first person, RE7 berhasil menyajikan kembali ketegangan yang dulu hadir di versi awal game ini: perasaan terisolasi dan sendirian. Resident Evil awalnya adalah ‘horor survival’ karena kamu tidak pernah merasa aman, tidak pernah punya peluru yang cukup untuk merasa tenang. Seri ini sempat kehilangan nuansa ini ketika mereka mulai mengurangi horornya untuk lebih banyak action, untungnya RE7 kembali ke jalan yang benar. Di RE7, setiap butir peluru terasa berharga, dan terkadang kamu mungkin harus lari menghindari zombie untuk menghemat amunisi. Setiap kali kamu akan masuk ke sebuah ruangan, kamu akan bergumal ‘njir njir njir’ karena gak tahu makhluk macam apa yang siap mengagetkanmu.
Mengambil setting di dalam sebuah rumah besar, RE7 terasa sangat klaustrofobik dan membuat pengalaman melewati sebuah lorong menjadi sangat menegangkan. Sama seperti game versi orisinilnya, RE7 beroperasi dalam sebuah lingkungan terbatas yang berubah-ubah seiring plot cerita game berkembang. Kadang kamu akan menghabiskan lima hingga sepuluh menit dalam sebuah ruangan hanya untuk mencari peluru, first aid, atau semacam catatan yang akan menjelaskan plot cerita. Kemungkinan besar kamu akan kembali ke ruangan yang sama nanti mengingat setiap ruangan menyimpan rahasianya sendiri-sendiri. Jadinya ketika kamu keluar ruangan, pasti kepikiran, “Wah kayaknya ada yang kelewat deh.”
RE7 juga akan mengagetkan kamu. Kadang game ini sangat tenang dan sunyi, lalu tiba-tiba membuat kamu terkesiap tanpa peringatan. Mungkin korban-korban Jason Vorhees dari Friday the 13th perasaannya seperti ini ya?
Ketika memulai game ini, kamu harus mengandalkan keterampilanmu untuk bersembunyi. Namun seiring waktu, kamu akan menemukan senjata dan alat-alat lain untuk membantu. Tapi tetap saja kamu tidak akan merasa aman. Memang sebuah shotgun mestinya memberikan perasaan tenang, tapi kamu tidak akan pernah tahu dari mana makhluk jahat akan menerkam. Bahkan setelah kamu menemukan grenade launcher pun, kamu akan bergumam, “Njir, tetep aja ngeri nih.”
Biarpun game ini bernuansa serius, humor tetap disisipkan. Jangan kaget kalau tiba-tiba kamu dapat tugas mengumpulkan obyek-obyek misterius, seperti hiasan kepala anjing yang terbuat dari metal untuk bisa membuka sebuah pintu. Atau juga ketika karaktermu berkomentar, “Anjir, siapa sih yang bikin ginian?” ketika menemukan sebuah teka-teki yang khas Resident Evil. Adegan-adegan semacam inilah yang secara halus menyapa kita semua para penggemar tanpa harus serius mengikuti plot setiap saat. RE7 membawa seri ini maju tanpa melupakan edisi-edisi sebelumnya.
Capcom merilis RE7 untuk format PlayStation 4, Xbox One, dan PC, namun kamu mesti coba main di PS4 dan ngerasain pengalaman menamatkan game ini dengan menggunakan VR. Saya menghabiskan berjam-jam main RE7 versi biasa, dan rasanya tidak sama. VR membuat detil game ini menjadi nyata dan senantiasa menjaga keringat di leher anda terus turun. Dijamin, kamu akan meloncat ketakutan beberapa kali.
Ketika saya memainkan RE7 versi VR tahun lalu, saya sempat menulis tentang pengalaman saya ini, bagaimana saya hampir muntah-muntah.
Sayangnya RE7 tidak berhasil menjaga momentum dari awal hingga akhir. Awalnya, RE7 sangat seru, namun belakang-belakangan sering terjebak ke dalam plot-plot klise seperti versi-versi sebelumnya (kadang-kadang plot justru makin seru kalau tidak dijelaskan). Namun tetap saja penantian saya selama 20 tahun ini untuk video game Resident Evil yang bagus telah terbayar lunas