Mulai Januari 2020 Provinsi Jawa Barat akan mewajibkan suami-istri yang akan bercerai menyumbang 100 buah pohon. Ini jadi bukti bahwa sering banget pemerintah kelewat menghayati perannya sebagai tukang perintah sehingga masalah yang harusnya mereka tangani, dilimpahkan penyelesaiannya pada pihak lain.
Contohnya ada dua. Pasangan yang pusing dan sedih karena harus bercerai malah dikasih tambahan beban nyumbang pohon. Kecanduan gawai di kalangan anak yang udah masuk taraf gawat, tugas penyembuhannya didelegasikan ke anak ayam. Ada apa sih dengan Jawa Barat?
Videos by VICE
“Bulan depan kita mulai bikin [surat] edaran. Kalau mau nikah sumbang pohonnya 10 nanti di KUA. Kalau dia cerai jumlah pohon sumbangannya 100. Kita buat susah yang ingin cerai,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Bandung, Senin (9/12) lalu, dilansir Kumparan.
Ide itu muncul karena pemprov Jawa Barat ingin mereboisasi lahan gundul di Kawasan Bandung Utara (KBU) dan di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. “Bulan depan kita akan pencanangan 25 juta pohon. Jujur kami sendiri tidak sanggup. Makanya lingkungan ini bukan hanya urusan pemerintah. Pemerintah sekuat-kuatnya punya keterbatasan. Oleh karena itu ibu-ibu menyumbang pohon setuju?” tanya Kang Emil.
Siapa yang bikin target, siapa yang kena getahnya. Selain tidak terdengar bahwa target itu dibuat dengan cara berembuk bersama masyarakat (pihak yang endingnya kebagian tugas untuk ikut kerja), Kang Emil juga miskonsepsi ketika melebarkan tujuan penanaman pohon jadi untuk menyusahkan orang yang mau cerai.
Maaf-maaf aja, Kang Emil. Kalau menilik data, sebaiknya perceraian enggak dibikin sulit. Ada banyak situasi ketika peceraian adalah jalan terbaik buat suami istri dan anak-anak. Kang Emil harus tahu, enggak semua rumah tangga seharmonis dan seromantis pernikahan Kang Emil dan Teh Atalia.
Sepanjang 2015-2017, angka perceraian di Indonesia stagnan di rentang 300-400 ribu kasus. Juga stagnan bahwa cerai gugat (istri mengajukan perceraian) selalu tiga kali lipat lebih banyak dari cerai talak (cerai dijatuhkan suami). Ada catatan untuk data ini: Angka yang dirangkum cuma mencakup pasangan Islam.
Hukumonline mendata 13 penyebab perceraian sepanjang 2017. Urutannya dari yang paling dominan sampai yang minoritas adalah: Zina, mabuk, madat, judi, salah satu meninggalkan pasangan, penjara, poligami, KDRT, cacat badan, pertengkaran terus-menerus, kawin paksa, murtad, dan masalah ekonomi.
Kalau situasinya kayak di Blora yang mana ribuan istri ditinggal tanpa kabar dan nafkah oleh suaminya, atau di Purbalingga yang belasan rumah tangga bercerai karena suami keasyikan sama hobi balap burung dara, perceraian emang udah jalan paling bener. Dalam kasus KDRT, yang banyak banget terjadi di Indonesia dan sering didiamkan, perempuan malah didorong untuk berani bercerai.
Rumah tangga yang langgeng, setia dengan satu pasangan sampai mati, memang ideal banget. Tapi kita juga enggak kehabisan berita ibu yang membunuh anak karena sakit hati dengan suami, mulai dari karena diselingkuhi sampai gara-gara suami abai dengan pekerjaan domestik.
Bisa jadi, mengaitkan program reboisasi dengan mempersulit perceraian adalah solusi Jawa Barat atas angka perceraian di wilayahnya yang masuk top three. Bandung adalah kota kedua dengan angka perceraian tertinggi, di bawah Surabaya dan di atas Semarang.
Ini adalah percobaan kedua Jawa Barat di dua bulan terakhir untuk mengatasi angka perceraian. Sebelumnya, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bandung yang juga istri bupati setempat, Nia Kurnia Agustina, mengimbau PNS memasang foto keluarga di ruang kerja karena angka perceraian PNS tinggi sekali.
Balik ke penanaman pohon, bukan cuma pasangan bercerai dan pasangan mau nikah yang akan kena pewajiban menyumbang pohon. Siswa yang baru lulus sekolah, PNS, sampai orang yang habis dikasih IMB (Izin Mendirikan Bangunan) juga kebagian tugas.
Detailnya sebagai berikut. Siswa yang baru lulus SD dan SMP harus menyumbang 10 pohon, lulusan SMP 20 pohon, PNS yang habis promosi jabatan 50 pohon, dan orang yang dapat IMB di kawasan Bandung Raya 1.000 pohon. Kalau gini caranya, kayaknya Bandung bakal otw dari kota sejuta kafe jadi kota sejuta penjual pohon.
Sayangnya, sampai berita ini ditulis, enggak ada penjelasan gimana nantinya ratusan ribu pohon sumbangan itu bakal ditanam. Soalnya, ratusan ribu KBU dan hulu DAS Citarum sepi pohon bukan karena orang kekurangan pohon buat ditanam, tapi karena semua udah beralih fungsi jadi lahan pertanian, pemukiman, dan kawasan industri.