Pada 2017, para Navy—sebutan untuk penggemar Rihanna—bersuka cita menyambut peluncuran produk kosmetik perdana idolanya yang disebut Fenty Beauty. Mereka rela menunggu album baru sedikit lebih lama asalkan bisa mempunyai warna foundation yang sesuai kulit. Ternyata kemunculan Fenty bukanlah sekedar proyek coba-coba, tapi justru menjadikan solois Barbados ini sebagai pengusaha sukses yang bisa menjual apapun menggunakan namanya yang tenar. Forbes menulis bahwa Rihanna adalah musisi perempuan terkaya di dunia setelah bekerja sama dengan label fesyen mewah LVMH dan berhasil meraup 600 juta dolar (Rp8,49 triliun).
Pekan ini, kerajaan bisnisnya semakin berkembang dengan pembukaan toko pop-up untuk brand Fenty. Dia menjual kacamata futuristik, sandal berujung runcing, dan dan banyak lainnya. Akan tetapi, ada satu barang yang paling mencolok, yaitu kaus seharga US$230 (Rp3,2 juta) bertuliskan “No More Music”. Terserah deh dia mau jualan apa, tapi jangan bikin aku khawatir gitu dong.
Videos by VICE
Prospek Rihanna mengandaskan karier musiknya sulit dipercaya. Tahun lalu, pelantun Anti tersebut dikabarkan sedang menggarap dua album baru. Dilansir dari Rolling Stone, produser bersaing untuk bisa bekerja sama dengan Rihanna untuk membuat album dancehall dan pop yang sempurna. Bagaimana bisa rumor dua album (dan lebih dari 500 pengajuan lagu menurut seorang produser) tiba-tiba berubah menjadi berhenti bermusik? Artikel Rolling Stone merahasiakan nama produsernya, jadi wajar saja kalau berita ini sempat disambut secara skeptis. Tapi setahun kemudian, Rihanna sendiri telah mengonfirmasi dia sedang dalam proses rekaman.
Ketika diwawancarai T Magazine bulan lalu, Rihanna enggak memberi banyak detail selain fakta bahwa dia takkan berkolaborasi dengan Drake dalam album barunya. “Yang pasti enggak dalam album ini,” ujarnya. Kalau Rihanna digosipkan membuat album dancehall dan reggae tapi enggak dibantu Drake, mungkinkah karena dia ingin menciptakan pengalaman musik yang autentik versi dirinya sendiri? Mungkin kami agak mengarang sedikit, tapi… apalagi jawabannya mengingat sudah tiga tahun, empat bulan, tiga minggu dan dua hari semenjak Rihanna merilis album terakhirnya.
Jika memang Rih enggak akan bermusik lagi, lalu mengapa dia menceritakan tentang album baru ke temannya Sarah Paulson dalam fiturnya di Interview Mag awal bulan ini? “Aku menyesal belum bisa dirilis, tapi saat ini aku sedang membuat sesuatu yang amat menarik,” tuturnya. “Aku puas dengan banyak materi yang sudah kami bikin sejauh ini, tapi aku baru akan merilisnya kalau sudah selesai semua.” Rihanna tetap tutup mulut ketika ditanya Paulson soal tanggal perilisannya. “Aku belum tahu. Bulan depan, aku bakalan masuk studio lagi.” Mengingat hubungan erat antara semua aktor pengisi Ocean’s 8, untuk apa dia berbohong ke Paulson? Paulson bahkan ngomong ke Ellen DeGeneres kalau mereka berdua “benar-benar” berteman. Berbagai informasi ini bisa diinterpretasikan secara bermacam-macam. Maksudnya bisa saja dia sedang buat banyak album sekaligus, atau dia bolak-balik studio karena albumnya masih jauh dari selesai.
Mengesampingkan trolling yang dilakukan Rihanna, mungkin penundaan perilisan album barunya pasca Anti, sebuah mahakarya, adalah hal yang positif. Sejak album terakhirnya dirilis, penyanyi dancehall Jamaika Buju Banton dibebaskan dari penjara setelah menjalani tujuh tahun dari hukuman 10 tahun. Kepada Interview Mag, Rihanna bahkan mengaku pulang ke Barbados untuk nonton salah satu konsernya. Ini membuka kesempatan kolaborasi bagi mereka berdua. Semakin banyak musisi perempuan yang muncul tiga tahun belakangan. Siapa sih yang enggak mau melihat Rihanna berkolaborasi dengan Megan Thee Stallion, City Girls, atau Cardi B?
Maaf-maaf saja nih, Rihanna… Kamu enggak bisa membohongi Navy sejati.
Kristin Corry menulis untuk Noisey. Jangan lupa follow dia di Twitter .
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.