*Peringatan: ada spoiler Blade Runner 2049.
Hal yang ganjil terjadi pada Ryan Gosling di tahun 2011. Aktor Kanada ini akhirnya masuk ke arus utama dengan penampilannya di Drive, Crazy Stupid Love, dan Ides of March. Tapi, tahun itu juga menandakan titik dia berhenti mengeksplor keberagaman peran sebagai aktor. Jenis keberagaman yang digunakan rekan sejawatnya, seperti Tom Hardy dan Jake Gyllenhaal untuk membangun karir di Hollywood.
Sejak itu, banyak meme “Hey Girl” beredar dengan tampang Ryan Gosling sebagai cowok sensitif. Bahkan keputusan People menetapkan Bradley Cooper sebagai Sexiest Man Alive tahun itu disambut dengan protes sungguhan di depan kantor media tersebut. Setelah itu, setiap karakter yang dia mainkan berada dalam dua kategori ini: cowok keren humoris yang disukai penonton ( The Nice Guys, The Big Short, La La Land) dan cowok keren yang dingin abis ( The Place Beyond the Pines, Gangster Squad, Only God Forgives).
Videos by VICE
Nah, dalam film terbarunya, Blade Runner 2049, Ryan Gosling berperan sebagai K, karakter yang kaku banget dan kerjaannya cuma bisa ngangkat bahu. K adalah replicant, android organik yang dibikin untuk bekerja seperti budak. Tapi kayaknya Ryan Gosling enggak memainkan karakter yang kayak gitu karena dia mesin deh.
Dalam film Blade Runner yang orisinil, para replikan memiliki karakter yang aneh, kadang mereka naif banget kayak anak-anak, kadang mereka kayak psikopat. Pada 2049, model replikan dirancang supaya menjadi lebih tenang dan patuh. Namun pendatang baru Sylvia Hoeks berhasil menunjukkan sisi rapuh bahkan di balik sosok robot jahat sekalipun.
Sementara karakter K tidak jauh berbeda dari karakter Julian di Only God Forgives, karakter JB di Song to Song, dan Sgt. Jerry Wooters di Gangster Squad. Ryan Gosling memainkan karakter yang berjarak dan tanpa perasaan bukan karena K adalah mesin, tapi karena dia terlanjur jadi orang kayak begitu: cool, misterius, dan enggak manusiawi. Blade Runner 2049 adalah karya fiksi ilmiah yang mencengangkan, tapi penggemar Ryan Gosling sang aktor—alih-alih menyebut Ryan Gosling sang bintang- mungkin merasa bingung. Apa yang terjadi pada Gosling, aktor yang dulu pernah menaikkan berat badan hingga 27 kg hanya untuk audisi sebuah peran yang tidak dia dapatkan?
Setelah enam tahun memainkan peran-peran cool enggak ketolongan, mungkin kita jadi lupa bahwa Ryan Gosling pernah berusaha tolol-tololan. Penampilan Ryan Gosling sebelum jadi bintang sangat menakjubkan dan beragam: Dia pernah menjadi neo-Nazi yang membenci diri sendiri di The Believer (2001), guru sekolah yang kecanduan narkoba di Half Nelson (2006), pekerja kantoran di kota kecil dengan pacar boneka seks dalam Lars and the Real Girl (2007), suami neurotik dan aleman dalam Blue Valentine (2010), dan orang tajir yang sepertinya psikopat dalam All Good Things (2010).
Karakter-karakter ini menyedihkan dan sama sekali tidak diinginkan. Mungkin yang paling penting adalah, karakter-karakter ini tidak cool, dan mereka justru karakter yang lebih bersinar dalam karir keaktoran Ryan Gosling.
Drive, thriller kriminal LA besutan Nicolas Winding Refn, memberikan Ryan Gosling peran aneh lainnya: antihero yang tidak bisa dipahami seperti Steve McQueen.
Nah, pada titik ini, si Driver, yang bahkan enggak keringetan saat menusuk kepala lawan, masih dianggap karakter langka, dan Ryan Gosling menghidupinya dengan baik. Dia bisa menjadi cowok seksi yang berbahaya, menarik meski terkadang bikin ilfil. Tapi Drive, sebagaimana perannya dalam Crazy Stupid Love, berhasil membungkus ulang citra aktor tersebut sebagai cowok cool edgy yang digemari, peran yang dia kuasai sejak awal.
Sebagian film yang pernah dimainkan Gosling muncul dalam enam tahun terakhir sangat bagus. Misalnya saja The Big Short, yang merupakan drama-komedi politis, La La Land yang merupakan musikal modern agung, lalu ada pula film-film seperti The Place Beyond the Pines dan Only God Forgives, sementara Blade Runner 2049 yang langsung menjadi klasik. Tapi Ryan Gosling tidak menonjol dalam film itu. Karena memainkan karakter yang mirip-mirip, Ryan Gosling telah mengorbankan beragam olahan emosi.
Kini, Ryan Gosling hanya memainkan setidaknya satu dari dua karakter tersebut. Karakter-karakternya menjadi daur ulang. Kalau Jake Gyllenhaal belajar dari kesalahannya di tahun 2010, yaitu film Prince of Persia dan Love & Other Drug, sehingga dia bisa menjadi bintang Hollywood kawakan, tekad Ryan Gosling untuk keluar zona amannya telah hilang sama sekali.
Soal peran Ryan Gosling pasca 2011, hanya The Place Beyond the Pines, kolaborasi kedua dengan sutradara Derek Cianfrance setelah Blue Valentine, yang berhasil memancarkan kecakapan aktor ini, karena peran pemberontak Luke Glanton mendekonstruksi ideal pasca-Drive sebagai Adonis yang enigmatik. Karakter Ryan Gosling yang romantis dan ikonik ini mengalahkan segala karakter sok cool yang lain. Saya rasa Ryan Gosling harusnya belajar dari hal ini.
Follow Brogan Morris di Twitter .