Wall Street Journal melaporkan awal pekan ini, bahwa Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, pernah menjadi informan Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) semasa hidupnya.
Mengutip narasumber “tepercaya”, surat kabar tersebut menulis kalau Kim Jong-nam memiliki “jaringan” dengan beberapa agen mata-mata Negeri Paman Sam. Dari laporan tersebut, kabar yang bisa dipastikan adalah mendiang pernah bertemu agen CIA dalam beberapa kesempatan. Kepada WSJ, pejabat pemerintah AS menuturkan Kim Jong-nam awalnya ditanya soal rahasia Pyongyang. Dia ternyata tak tahu banyak tentang cara kerja Korut, karena sejak lama tinggal di luar negeri.
Videos by VICE
Dalam buku yang baru saja terbit, Anna Fifield, selaku kepala biro the Washington Post di Beijing, menyinggung hubungan Nam dengan CIA. Dia menduga, kedekatan itu yang membuat sang adik tiri nekat mengirim tim buat membunuhnya di luar negeri. “Kim Jong-nam diduga kuat adalah informan CIA. Saudara tirinya pasti menganggapnya berbahaya, karena dekat dengan agen mata-mata negara yang dianggap musuh negara. Kim Jong-nam biasa mengadakan pertemuan bersama mata-mata AS di Singapura atau Malaysia,” tulisnya.
Nam adalah putra sulung istri pertama mendiang Kim Jong-il, anak pendiri Korut. Keluarganya rutin tinggal di luar negeri setelah pernikahan itu berantakan. Kim Jong-il sendiri lebih memilih Jong-un sebagai penerusnya.
Sebenarnya, Kim Jong-nam bisa saja mewarisi kepemimpinan negara paling tertutup sedunia itu, seandainya dia tidak punya reputasi buruk sebagai playboy. Semasa muda, dia menghabiskan waktu pelesir ke Moskow dan Jenewa, belajar bahasa asing, dan mengendarai mobil-mobil mahal.
Pada 2001, Kim Jong-nam ditangkap polisi Jepang setelah menggunakan nama palsu, yang secara harfiah berarti “Beruang Gemuk” dalam bahasa Cina, di paspornya. Karena sering berulah, Kim Jong-nam diasingkan ke Makau oleh sang ayah. Di sana, dia makin menjalani gaya hidup glamor seperti berjudi dan sering bepergian keliling dunia.
Nam dibunuh di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari 2017. Dia tewas dua jam setelah dibekap dan disemprot cairan kimia VX yang mematikan. Dua perempuan didakwa atas kejahatan tersebut.
Mereka adalah Siti Aisyah dari Indonesia dan Doan Thi Houng dari Vietnam. Aisyah dibebaskan Maret lalu setelah dikurangi masa hukumannya, sementara Houng bebas bulan lalu. Pejabat AS dan Korea Selatan membeberkan Korut lah yang memerintahkan pembunuhan Nam. Akan tetapi, Pyongyang membantah dengan tegas tuduhan tersebut.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.
More
From VICE
-
Tahsin Ceylan/Anadolu/Getty Images -
Urbazon/Getty Image -
Illustration by Reesa -
Screenshot: Peacock