Pola konsumsi musik global berubah dalam beberapa tahun terakhir. Layanan streaming service digital merajalela, dan algoritma sudah mengambil alih sedikit banyak peran manusia. Rekomendasi musik serupa berdasarkan apa yang kamu dengarkan kini bisa dipilah oleh mesin cerdas.
Peran media sebagai “taste maker” rasanya sudah semakin luntur. Kini semua orang—secara teori—memiliki akses yang sama ke pengetahuan yang melimpah-limpah selama jaringan internet masih di tangan. Ingin mendalami jazz bebop 40an? Gampang. Mau mencari musik garage pop Indonesia tahun 60an? Bisa. Ingin menonton festival musik elektronik di Afrika? Tinggal ke YouTube.
Videos by VICE
Namun kami tetap meyakini bahwa berbagi musik secara organik lebih menyenangkan dan proses kurasi manusia tetap memiliki elemen yang tidak (atau belum?) bisa direplika oleh kecerdasan buatan. Toh di akhir tahun membaca daftar pilihan album terbaik sebuah publikasi atau individu tetap lebih punya bobot dari sekedar melihat daftar plays terbanyak di aplikasi musik manapun.
Oleh karena itu kami menghadirkan “Soundcheck”, sebuah rubrik bulanan baru yang menghadirkan beberapa rekomendasi musik baru tanah air dari yang dirilis dalam satu bulan terakhir. Siapa tahu kamu menemukan musisi favorit baru dari kolom ini.
Tentu pilihan yang masuk ke daftar ini subyektif. Tapi justru itu poinnya. Kami bukan robot, begitu pula kalian, para pecinta musik di luar sana.
Selamat mendengarkan!
BARS, BARS, BARS
Rand Slam – Mewaris Bara
Rand slam sejak lama sudah terpantau radar sebagai salah satu MC lokal yang amat terobsesi seni merangkai rima. “Mewaris Bara” adalah bukti terkini tentang kepekaannya terhadap bahasa. Bar demi bar dipenuhi braggadocio bersama sensibilitas komedi dalam takaran yang pas.
“Transisi ganti topik/semudah ganti topi,” ujarnya tanpa ragu. “Di panggung mendominasi, di warung indomi nasi”. Tentu momen berkesan lainnya adalah asosiasi cerdas klaim kedigdayaannya sebagai rapper dalam larik berikut: “Banyak yang bertanya aku datang dari mana // pena berbahaya album matang jadi nama// Ku dimasukkan di daftar pemasukkan// Sponsor ingin pasang logo aku bilang sabar dulu.”
Morgue Vanguard menyediakan beat yang maut dengan nuansa oriental untuk single perdana dari album terbaru Rand bertajuk 9051. Kami bisa bilang, lagu-lagu lain sebagus “Mewaris Bara” saat mengulik berbagai kemungkinan bahasa Indonesia dimanfaatkan sebagai lirik hip hop. Lanjutan yang amat menarik dari “rimajinasi” yang memastikan kesiapan Rand Slam menguasai kancah rap lokal.
BANTING SETIR
Stars & Rabbit – Little Mischievous
Lewat single baru “Little Mischievous,” duo Stars & Rabbit membuang gitar akustik mereka demi sound rock modern yang upbeat dan fun. Perubahan 180 derajat ini antaranya disebabkan Gitaris Adi Widodo yang mengundurkan diri dan digantikan oleh Didit Saad, rekan vokalis Elda di band lamanya, Evo. ”Little Mischievous” tetap diisi cengkok vokal Elda yang khas, namun rasanya lebih pas didengarkan di pagi hari ketika kamu butuh asupan energi alih-alih di malam hari ketika kamu sedang ingin merenung.
SOUNDTRACK JOGET DISTOPIA
Asam – Totalitarian
Di “Totalitarian” duo elektronik Asam mengajak kita membayangkan masa depan distopian yang keras, dingin, dan tanpa ampun. Menyajikan beat-beat techno yang cepat dan ramah joget dengan bebunyian dan nuansa industrial yang kelam, Asam telah menghasilkan sebuah nomor yang bisa dimainkan di kelab malam dan juga acara-acara underground.
KUCING!!!
Sir Lommar John – Frankie
Kami kurang paham apakah “Frankie” itu semacam metafora yang mengandung pesan tertentu atau memang band asal Bekasi, Sir Lommar John pengin bikin lagu tentang kucing? Dengan lirik jenaka macam “Mengendap / mendelik / waspada / ku dekat / dia lari,” dan musik indie/power-pop energetik yang loncat-loncat temponya, Sir Lommar John telah menciptakan sebuah tembang absurd yang enak buat sing along dan juga loncat-loncat di kamar.
P.S: video musiknya lucu banget dan bikin meleleh pecinta kucing.
MENGAWANG DI PALANGKARAYA
Dwazed – Imitasi
Jujur, pecinta musik di Indonesia, apalagi di Jawa, belum terlalu banyak soal scene musik Kalimantan selain beberapa band asal Samarinda. Lagu “Imitasi” dari Dwazed merupakan ajakan asyik untuk mengenal scene di pulau terbesar Indonesia tersebut. Band shoegaze Palangkaraya ini adalah sebuah kejutan yang menyenangkan. Hook yang catchy dan penulisan lagu pop yang solid, tanpa sekedar mengandalkan reverb dan delay saja menunjukkan bahwa Dwazed memiliki potensi yang besar, kalaupun kualitas rekaman masih bisa ditingkatkan.
NOSTALGIA
Ranu Pani – Pitaloka
“Pitaloka” karya Ranu Pani menawarkan kombinasi yang pas antara nuansa baru dan elemen musik yang familier. Lirik penuh retrospeksi dengan influence pop psikedelik lawas yang dreamy membuat pendengar masuk ke dalam nostalgia yang pahit dan manis sekaligus. Layak ditunggu nih karya mereka selanjutnya.
SENANDUNG POP ERA 3.0
Petra Sihombing – Canggih
Sejak tahun lalu, Petra Sihombing mulai mengubah visi bermusiknya. Single “Biji”, ambil contoh, menggabungkan pop kekinian, disko, funk, dan lirik kritis tentang relasi dunia maya yang sangat jauh dari citranya selama ini sebagai penyanyi romantis. Internet dan dampak teknologi terhadap manusia masih menjadi obsesinya memasuki 2020. Manifestasinya adalah “Canggih”, sebuah lagu yang ringan, mengajak para pendengar rileks “berhenti sejenak, beri-beri tubuhmu pesona” karena “laju lari mesin-mesin ini begitu tangguh mustahil terkejar.”
Sebuah peringatan sederhana memang, namun mengingat ambisi tiap orang untuk tubir di medsos dan sukarela menyerahkan dirinya pada eksperimen sosial berbagai raksasa teknologi, seruan Petra amat penting didengar siapapun. “Hidup memang harus canggih, tapi pastikan kau yang pegang kendali.”