Foto-Foto Ini Membuktikan Stiker Merupakan Sarana Terbaik Merekam Budaya Pop

Sejarah Lahirnya Budaya Menempel Stiker

Ada pemeo yang bilang, semua hal yang populer selama seabad terakhir besar kemungkinan pernah diabadikan dalam bentuk stiker, ditempel di plat mobil, laptop, hingga bodi gitar. Stiker termasuk wujud ekspresi budaya pop yang paling tulus, karena pertama-tama fungsinya adalah merekam yang terjadi tanpa banyak pretensi.

Budaya membuat stiker sebetulnya bukan orisinil peradaban modern. Tradisi ini bahkan sudah terlacak sejak era Mesir Kuno, ketika keluarga kerajaan membuat papirus direkatkan dengan lempung, untuk ditempel di dinding dengan hiasan bagian tubuh binatang.

Videos by VICE

Stiker baru benar-benar populer di banyak wilayah, berkat meledaknya kapitalisme pada Abad 19. Para pedagang yang mengarungi laut membuat stiker warna-warni untuk membedakan isi kargo mereka, jangan sampai rempah, buah, dan bahan sabun tertukar.

Namun, bila bicara stiker yang kita kenal sekarang, maka penciptanya adalah Ray Stanton Avery pada 1935. Lelaki asal Los Angeles menciptakan sistem lapisan lengket tipis yang bisa direkatkan pada kertas cetakan. Berawal dari usaha rumahan dengan modal meminjam pacar, Avery berhasil mendirikan Avery Adhesives, perusahaan lem yang memproduksi stiker massal pertama di dunia.

1588151010619-Screen-Shot-2020-03-10-at-63730-pm
Prangko termasuk stiker juga. Foto oleh Stencibility via Instagram.

Tak sampai 10 tahun, budaya menempel stiker di berbagai benda menjamur di Amerika Serikat. Pada dekade 1940-an, pengunjung Tennessee akan dapat stiker yang lantas sering ditempel ke mobil bertuliskan “See Rock City” (kita di Indonesia sekarang mungkin familiar dengan stiker khas mobil Taman Safari atau happy family).

Seiring waktu, stiker menjadi sarana ekspresi personal. Dari pandangan politik, ungkapan kebahagiaan, maupun sekadar shitposting. Makanya, jika ada pembaca artikel ini berusia di bawah 50 tahun yang tak punya benda dengan tempelan stiker sama sekali, patut diduga anda adalah orang yang terlalu mencintai kebersihan dan tampaknya tak punya cukup banyak teman.

1588151236311-BeFunky-collage-53
Stiker di papan skateboard dan tumbler air minum. Foto oleh Juan Qi An.

Kancah musik menjadi yang paling agresif memanfaatkan stiker. Awalnya sekadar sarana promosi band, karena relatif murah diproduksi dan enak disebar saat manggung. Lambat laun, stiker menjadi penanda identitas seorang penggemar musik. Selera musik seseorang bahkan bisa dinilai dari stiker macam apa yang ditempel di gitar, laptop, atau lemarinya.

1588151314670-turbtable
Stickers on a turntable. Photo by Hizuan Zailani.

Bagi DJ dan co-founder label independen Singapura Revision Music, Anaiz Majid, stiker masih efektif menjadi sarana promosi bagi musisi arus pinggiran, sekaligus menunjukkan pada siapapun pandangan diri kita.

1588151347940-nez-lap
Stiker di laptop, foto oleh Anaiz Majid

“Aku memakai laptop untuk memutar lagu, jadi orang bisa melihat musik macam apa yang menginspirasiku dalam membuat playlist. Bisa dibilang, tempelan stiker sudah seperti kartu nama untuk mereka yang bergelut di kancah musik independen,” kata Majid.

1588151384248-Screen-Shot-2020-03-11-at-53415-pm
Arsip pameran stiker Control Chaos: 25 Years of PHUNK exhibition. foto oleh PHUNK.

Ragam stiker pun sudah beberapa kali menjadi subyek pameran seni rupa. Salah satunya seperti yang digelar SLAP!, pameran stiker terbesar sedunia. Atau Control Chaos: 25 Years of PHUNK, pameran stiker yang dihelat oleh kolektif seniman PHUNK.

1588152014953-Screenshot-2020-04-29-at-51958-PM
Sticker designs on empowerment by tamaghosti and PWRCT.

Memasuki abad digital, stiker kini juga sudah memiliki marketplace tersendiri di Internet. Misalnya Redbubble atau TeePublic, yang membuat desainer kini punya sarana menawarkan konsep stikernya ke calon pembeli, atau sekalian dibagikan gratis.

1588152066489-rob
Foto dan desain stiker oleh Rob Price aka Wanungara.

Bahkan, beberapa pola stiker klise kini bisa diutak-atik jadi mengandung pesan politik penting soal perlunya manusia di masa kini peduli pada pesan-pesan progresif.

1588152165737-BeFunky-collage-54
Foto dan desain stiker oleh Rob Price aka Wanungara.
1588152189366-cw-stix
Arsip desain stiker Teo Chong Wah.

Desainer stiker Singapura, Teo Chong Wah, termasuk yang meyakini stiker tidak akan terlidas zaman. Sebab subkultur ini masih otentik dan menjadi penghubung efektif bagi para seniman jalanan.

“Sebab, kita tetap menyukai sensasi memegang sesuatu yang riil untuk disimpan sebagai memorabilia,” kata Teo.

Stiker kini sudah memasuki berbagai dimensi. Dari seni murni, ekspresi budaya tandingan, iklan, hingga komodifikasi. Namun berkat persinggungan teknologi digital dan analog, potensi stiker tetap relevan justru bertambah besar. Kita masih akan melihat stiker bertebaran di berbagai benda, kemungkinan hingga berabad-abad mendatang.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Asia