Sejarah Singkat Lahirnya Kegemaran Manusia Mabuk Pakai Gas Tawa Selama 200 Tahun Terakhir

Illustration of a 19th century laughing gas party

Kisah ini bermula pada 1799, dari sebuah pesta dalam kamar lantai dua rumah bangsawan di Bristol, Inggris. Sekumpulan intelektual ugal-ugalan, terdiri dari penyair, filsuf, fisikawan, sampai dokter berkumpul di ruangan tersebut. Mereka mengenakan rambut palsu khas zaman kerajaan di Inggris, semuanya menampilkan wajah-wajah gembira berkat pengaruh dinitrogen oksida dari sebuah kantong. Tawa mereka begitu lepas. Sangat tidak wajar.

Biang kerok yang membuat pesta ini begitu liar adalah Humphry Davy, seorang pakar kimia yang pada saat pesta digelar baru 20 tahun. Dia pemilik rumah tersebut. Di lantai bawah tanah rumahnya, Davy mendirikan sebuah laboratorium untuk berbagai percobaan kimia. Sore itu, dia sengaja mengundang rekan-rekan sesama ilmuwan untuk menjajal penemuan terbaru yang bisa mempengaruhi pikiran: sebuah substansi kimiawi yang dia juluki “gas tawa.”

Videos by VICE

Seperti penemuan berbagai hal penting di dunia modern, gas tawa adalah produk kebetulan yang bercampur dengan kegembiraan serta sejumput gagasan iseng. Davy adalah anggota Institut Pneumatik di Bristol. Di bawah arahan mentornya, dokter Thomas Beddoes, dia diminta mengisolasi gas untuk merawat penderita tuberkolosis.

Awalnya eksperimen ini hanya mencakup upaya mengutak-atik oksigen. Di tengah percobaan, Davy dan mentornya menemukan satu zat baru, yaitu dinitrogen oksida sebuah gas yang tak berwarna sama sekali. Davy menghirupnya, sisanya adalah sejarah.

“Dia sangat terkejut ketika merasakan energi dan euforia setelah menghirup gas tersebut,” kata Mike Jay, sejarawan yang meneliti perkembangan obat-obatan dan narkoba di peradaban Barat, saat diwawancarai ABC. “Dia langsung berlarian di dalam laboratorium, teriak-teriak, dan tertawa lepas… insiden itu sangat mengejutkan.”

“Kejutan” itu ternyata tak hanya terjadi sekali. Davy jadi sangat terobsesi dengan dinitrogen oksida. Dia menghabiskan bertahun-tahun kemudian meneliti zat ini secara mendalam. Dia sempat mengidap kecanduan gas tawa, sebelum akhirnya berhasil mencatatkan namanya sebagai ilmuwan terpandang Inggris awal Abad 19.

Sembari meneliti dinitrogen oksida, Davy melibatkan rekan-rekannya sebagai kelinci percobaan. Mereka semua diundang untuk menjajal pesta gas tawa di kamar atas laboratoriumnya. Beberapa tamu terkenal yang datang, di antaranya adalah penyair kondang Samuel Taylor Coleridge dan Robert Southey. Mereka akan berbagi kantong sutra warna hijau, menghirup isinya, lalu mabuk parah.

“Efek gas tawa tak pernah dikenal sebelumnya,” kata Mike. Dari penelusuran arsip yang dia temukan, semua tamu kecanduan menghirup gas tersebut. “Mereka tanpa malu-malu berteriak minta gantian menghirup, ‘ayo lagi-lagi, ini pengalaman terbaik yang pernah kurasakan’.” Dari catatan Davy, tamu pestanya akan berlarian di sepanjang lorong rumah, naik turun tangga, lalu mengigau tak jelas dan tak bisa mereka ingat keesokan harinya.

Davy berkukuh pestanya bukan sekadar aksi ugal-ugalan. Dia menyebutnya sebagai ‘rangkaian eksperimen’ untuk menguji pengaruh gas tersebut sebagai zat psikedelik dan menelaah apa saja manfaat serta dampaknya bagi tubuh manusia. Memasuki Abad 19, Davy membuktikan klaimnya bukan isapan jempol. Hasil observasinya tentang pengaruh gas tawa dibukukan. Buku bertajuk Researches, Chemical and Philosophical; chiefly concerning Nitrous Oxide, or dephlogisticated nitrous air, and its Respiration ini dianggap banyak kalangan sebagai puncak pencapaian karir Davy di ranah kajian kimia. Davy secara lengkap dan kronologis mencatat apa saja efek gas tawa pada hewan serta manusia. Berkut beberapa nukilan catatan beberapa kawan dan pasien yang menjajal gas tawa:

“Ya ampun, Davy menemukan gas luar biasa. Ya ampun! Aku coba menghirupnya sedikit. Setelahnya aku tertawa tanpa henti, aku bisa merasakan keinginan ketawa muncul dari ujung rambut sampai ujung kaki. Davy berhasil menciptakan kebahagiaan luar biasa yang sulit dilukiskan kata-kata. Ya ampun! Aku akan menjajalnya lagi malam ini, supaya tertawa dan bahagia. Jauh lebih bahagia dari seharusnya. Semua kebahagiaan ini tidak berdampak buruk pada tubuhku. Malah, aku merasa jauh lebih sehat baik secara fisik maupun pikiran setelah menghirupnya. Benar-benar gas luar biasa.” Robert Southey

“Aku merasakan sensasi hangat di seluruh tubuh, mengingatkanku pada kenangan ketika aku masuk ke ruangan hangat setelah sebelumnya jalan-jalan menembus hujan salju. Satu-satunya perbedaan, kalau masuk ruangan seperti itu aku tidak tertawa. Kali ini berbeda, aku merasa kehangatan dan keinginan menertawakan siapapun di hadapanku.” Samuel Taylor Coleridge

“Aku merasa mendengar alunan melodi dari harpa yang terdengar indah.” —catatan dari satu pasien klinis tanpa nama yang mendapat terapi gas tawa

Detail from a satirical print from 1830 depicting Humphry Davy administering a dose of Laughing Gas to a woman while Count Rumford looks on, above the caption “Prescription for Scolding Wives”

Jika teman-temannya menjajal dinitrogen oksida hanya ketika pesta, Davy merasakan efeknya jauh lebih intens. Dia berulang kali menjadikan dirinya sendiri kelinci percobaan, menghirup sebanyak mungkin gas tawa. Semua efek percobaan itu dia catat secara lengkap.

“Ketika aku menghirup gas ini sebanyak enam atau tujuh kali, maka gerakan otot tubuhku akan terpengaruh,” demikian dikutip dari catatan Davy. “Kadang aku akan tertawa, kelojotan, serta sesekali menari di tengah ruangan sampai ambruk dan berteriak.”

Ironisnya, sebagai penemu gas tawa, Davy menjadi manusia pertama yang tercatat dalam sejarah kecanduan substansi tersebut. Kecanduan ini dipicu kebiasaannya menjajal gas tawa di sudut kamar dan menghirup dinitrogen oksida sendirian. Ketika keinginan mabuk muncul, dia tak sabar kembali ke rumah untuk merasakan sensasi ketawa abnormal tersebut. “Aku bahkan terpicu untuk menghirup gas itu ketika melihat orang lain bernapas atau membawa kantong di jalan.”

Intensitas Davy menjajal sendiri gas temuannya memasuki tahap ekstrem. Dia tercatat pernah menggabungkan gas tawa dan sebotol anggur, sampai pingsan dua jam. Buku hariannya juga mencatat momen ketika dia biasa menghirup gas tawa tiga hingga empat kali sehari selama seminggu penuh. Uniknya, menurut Davy, kecanduan gas tawa tak membuat tubuhnya lebih lemah seperti efek candu. “Memang aku merasa mabuk banget, tapi tetap merasa positif. Kali lain emosi yang kuat dan ide-ide menarik muncul ketika aku berada dalam pengaruh gas ini.”


Tonton dokumenter VICE saat mendatangi ibu kota vape dan rokok elektronik terbesar sedunia di Cina:


Akhir 1799, Davy menciptakan kotak untuk menghirup gas tawa secara lebih efisien. Dia berulang kali nyaris mati gara-gara kebiasaannya tersebut.

Tentu, kalau dia mati sia-sia, namanya tidak akan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah. Davy berhasil mengatasi kecanduannya, lalu membuat kesimpulan penting: gas tawa punya manfaat medis. Yaitu pemakaian gas tawa membuatnya tak merasa sakit ketika mengidap sakit gigi. Dinitrogen oksida dapat dipakai untuk bahan anestesi, alias penghilang rasa sakit.

“Aku membayangkan gas ini akan berguna untuk pasien yang sedang dioperasi supaya tak merasa sakit ketika kehilangan banyak darah,” tulisnya.

Kebiasan Davy mengundang banyak intelektual menjajal gas tawa tersebar ke banyak kelas bangsawan dan kaum elit Inggris. Memasuki Abad 19, temuannya tentang efek dinitrogen oksida bahkan sudah dikenal sebagian orang di Amerika Serkat. Orang sengaja menjajal gas tersebut ketika mampir ke pasar malam supaya bisa tertawa. Tentang efek samping gas tawa, Davy menganggapnya sebagai “hiburan yang hanya cocok dilakukan oleh orang terpandang.”

Bagaimanapun, kebiasaan menghirup gas tawa dalam jumlah besar tetap berdampak pada kesehatan Davy. Dia menderita beberapa kali serangan stroke, sebelum akhirnya meninggal mendadak saat sendirian di kamar hotel pada usia 50 tahun. Temuannya abadi sampai sekarang. Gas tawa diadopsi komunitas kedokteran dan menjadi salah satu elemen anestesi.

Uniknya, memasuki Abad 20, fungsi gas tawa untuk pesta sempat terlupakan. Makanya, ketika muncul anak muda memakai gas tersebut buat ajojing dan ketawa-ketiwi, komunitas medis sempat menjulukinya sebagai “penyalahgunaan anestesi.”

Tentu saja pernyataan itu keliru. Gas tawa, bahkan sejak awal kelahirannya, sudah dipakai untuk memeriahkan pesta. Sejarah mencatat, fungsi rekreasional itu muncul lebih dulu dibanding penggunaanya untuk terapi pasien penyakit berat dan mereka yang menjalani operasi.

Secara tidak langsung, semua dokter anestesi, dokter gigi, atau pasien yang memakai dinitrogen oksida dalam terapinya, harus berterima kasih pada pesta ugal-ugalan lebih dari 200 tahun lalu. Berkat orang yang ketawa dan merasa “mendengar alunan melodi dari harpa yang sangat indah”, kita jadi sadar bila gas tawa adalah substansi yang lahir berkat hasrat hedonistik manusia.

Follow Gavin di Twitter atau Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE AU.