Sejak pertama kali dirilis pada awal Juli 2016, game Pokemon Go rupanya sudah diunduh sebanyak 750 juta kali pada gawai Android di seluruh dunia. Demam game ini juga sudah pasti melanda Indonesia. Sampai-sampai pemerintah Indonesia sempat mengeluarkan larangan bermain game ini di areal pemerintahan lantaran para pengguna game ini sudah memasuki area yang enggak masuk akal. Iyalah, masa nyari Pokemon sampai perlu masuk markas militer dan kepolisian?
Dua tahun berlalu bagaimana respon para pengguna Pokemon Go? Tentu saja kejenuhan pada akhirnya akan berkuasa. Pada Agustus 2017, pihak Niantic selaku pengembang mengatakan masih ada 65 juta pengguna aktif di seluruh dunia. Saat ini bisa dipastikan cuma penggemar garis keras saja yang tega mengorbankan hal penting lain atau masih hobi keliling kota – bahkan ke luar negeri – cuma buat nangkep monster virtual.
Videos by VICE
Salah satu penggemar fanatik adalah Muhammad Yusuf Akbar yang enggak pernah bosan main Pokemon Go. Bagi pemuda 29 tahun yang berprofesi sebagai desainer grafis ini main Pokemon Go selama 5-6 jam wajib dilakoni saban hari. Alasannya, menurut dia, interaksi langsung dengan pemain lain di lapangan memberikan bonus kesenangan tersendiri. Contohnya? Mengeksplor tempat-tempat baru bareng sesama penggemar Pokemon Go, jelas Akbar.
“Ada nilai sosial juga di game ini,” kata Akbar. “Banyak dapet temen baru jadi enggak pernah bosan. Walau enggak selalu, tapi game ini membuat pemainnnya aktif berjalan kaki. Jadi suka eksplorasi juga ke taman-taman di Jakarta atau tempat wisata kayak Ancol atau Ragunan.”
Akbar memang tergolong cukup nekat. Demi menangkap monster incaran, ia rela menerobos masuk lapangan golf seluas 60 hektare di malam hari bermodalkan senter dari telepon selulernya. Ia juga pernah bela-belain pergi ke Jogja cuma buat nangkep monster.
“Tapi tetep enggak senekat kawan-kawan yang sampai pergi ke luar negeri cuma buat berburu monster eksotik yang enggak di Indonesia,” sahut Akbar.
Akbar juga ngeliat penurunan jumlah pengguna dibandingkan sejak pertama kali dirilis. Sulit menghitung berapa pemain aktif di Jakarta saat ini. Menurut Khaerul, dalam satu wilayah kecil—Blok M contohnya—ratusan pemain bisa bermain bersama dalam satu hari. Ia tak memungkiri bahwa sebagian besar kawan-kawannya sudah pensiun bermain game. Namun, justru dari seleksi alam tersebut, menurut Akbar, kini menyisakan para pengguna yang emang benar-benar die-hard.
“Penurunan pengguna enggak masalah,” kata Akbar. “Sekarang mereka [pemain] malah makin aktif dan solid.”
Perkara kenekatan memang cukup berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang. Kawan Akbar, Mohamad Khaerul Fahmi yang seorang PNS, malah nekat main di area perkantoran pemerintah. Padahal sudah ada larangan yang berbunyi demikian.
“Peraturan itu cuma awal-awal doang pas booming Pokemon Go,” kata Khaerul enteng. “Saya sering kok main di kantor. Asal enggak mengganggu yang lain enggak masalah.”
Yang enggak pernah bikin bosan, kata Khaerul, adalah strategi pengembang yang terus memperbarui fitur game. Strategi tersebut terbukti manjur buat menarik minat para penggemarnya, termasuk Khaerul sendiri yang menghabiskan waktu berjam-jam tiap hari. Terlebih lagi, para pemain saat ini memang sudah terlanjur suka karakter Pokemon jauh sebelum Pokemon Go dirilis, jelas Khaerul.
“Awalnya ini memang kayak tren sih,” ujar Khaerul. “Yang jenuh karena punya kesibukan lain juga banyak. Tapi karena saya kadung suka Pokemon, jadi ya terus main aja.”