Ada hal-hal tertentu yang layak dilarang oleh polisi. Terlebih polisi India. Misalnya, pamer penis raksasa kepada dunia dalam bentuk patung mahal, menyuruh anak muda menculik perempuan yang mereka sukai, dan mempermalukan orang yang ciuman di tempat umum (padahal yang lebih penting adalah mempermalukan orang dewasa yang masih suka kencing di ruang publik). Intinya, ada banyak persoalan sosial di India yang butuh keterlibatan aparat hukum.
Pastinya kamu tidak menyangka bila game termasuk urusan polisi. Namun, Negeri Sungai Gangga memang penuh kejutan. PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG)—game online tembak-tembakan yang dapat diunduh secara gratis, dengan target sederhana membunuh semua musuh di sebuah pulau—telah mengesalkan banyak pihak di India, terutama para politikus dan kaum moralisdi negara mayoritas Hindu ini. Terutama sejak versi ponsel PUBG rilis tahun lalu. Game ini dilarang di provinsi Gujarat karena dianggap meracuni anak muda.
Videos by VICE
Kini, polisi daerah Gujarat merespons popularitas dan kontroversi PUBG dengan cara meringkus orang-orang yang kecanduan main game tersebut.
Seminggu terakhir, polisi negara bagian tersebut sudah memenjarakan 16 orang, termasuk anak remaja usia sekolah, karena ngeyel main PUBG, padahal sudah ada larangan pemerintah. Semua orang itu dilaporkan bebas dengan jaminan, tapi kasus-kasusnya tetap akan dibawa ke pengadilan.
Gujarat adalah provinsi pertama di India yang secara resmi melarang PUBG sejak Januari tahun ini. Game tersebut dilarang, karena dituduh para politikus setempat memicu kecanduan ekstrem di kalangan anak muda. PUBG juga dipantau berbagai lembaga pemerintah India selama enam bulan terakhir atas dasar “menjadi setan yang menggangu kehidupan rumah tangga.”
Oke deh. Game mobile memang bisa sangat adiktif dan menghancurkan kehidupan pemainnya yang tak bisa mengendalikan diri. Tapi pandangan yang sama harusnya berlaku pula untuk televisi, gula, dan rokok.
Di India, dampak negatif PUBG pertama kali disorot setelah anak berusia 15 tahun dirawat di sebuah klinik di Bengaluru. Dokter menyebut anak itu kecanduan PUBG. Awal 2019, seorang pelatih kebugaran dari Kota Jammu masuk rumah sakit setelah dilaporkan menyakiti dirinya karena kalah terus pas memainkan game mobile itu. Sebulan lalu, seorang remaja di India bunuh diri karena orang tuanya tidak mengizinkannya bermain PUBG. Memang kasus-kasus ekstrem ini menyeramkan. Tapi apakah larangan main secara total bisa menyelesaikan persoalan?
Larangan main yang diterapkan Negara Bagian Gujarat bisa berimplikasi hukum, artinya pelanggar dapat dijerat sanksi pidana sesuai dengan Undang-undang Pemerintah Pusat Pasal 188. Hanya polisi dan institusi-institusi penelitian resmi dikecualikan demi memainkan gamenya untuk tujuan penelitian. Polisi setempat sendiri sepakat bila PUBG harus dilarang.
PUBG dianggap menghasut kekerasan antar pemainnya, terutama anak-anak sekolah. Yang terakhir dipenjarakan adalah enam orang di Kota Rajkot. Mereka ditangkap saat main PUBG sambil nongkrong di warung kopi pagi-pagi. Seorang anggota polisi mengamati betapa “asyiknya game itu dimainkan para terdakwa,” sehingga para tersangka—mahasiswa dan pekerja swasta—tidak melihat polisi menghampiri mereka.
“Kami telah menyita ponsel dan barang-barang milik tersangka, yang akan dikembalikan setelah proses pengadilan. Kami berharap dengan ini, mereka akan terhalangi main game ini,” ujar juru bicara Kepolisian Rajkot kepada media lokal. “Razia ini perlu kami lakukan karena terlalu banyak orang kecanduan game PUBG,” imbuh Manoj Agarwal, selaku Kepala Komisaris Kepolisian Rajkot.
Manajemen PUBG telah mengeluarkan pernyataan resmi merespons larangan di India. Mereka menyatakan game tersebut “hanya untuk tujuan hiburan, dan seharusnya dinikmati secara sehat dan bertanggung jawab oleh para pengguna.”
PUBG Mobile sekalian mengumumkan peluncuran PUBG Lite untuk PC yang spek-nya rendah, agar dapat diakses “lebih banyak pemain di seluruh dunia.”
Enggak kebayang deh kalau kebijakan serupa berlaku di Indonesia. Warkop-warkop bakal sepi, karena banyak pemain PUBG main bareng di sana.
Follow Pallavi Pundir di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE India.