Perusahaan rintisan mata uang kripto Tether Senin malam lalu mengumumkan bahwa “seorang penyerang eksternal” mencuri uang digital milik mereka senilai lebih dari $30 juta (setara Rp400 miliar).
Tether adalah perusahaan yang mengeluarkan token digital yang nilainya didasarkan pada cadangan uang fiat yang mereka miliki (misalnya, satu USDT token memiliki nilai sebesar satu dollar Amerika Serikat). Persebaran mata uang kripto ini dilakukan melalui sebuah protokol bernama Omni yang memanfaatkan teknologi blockchain Bitcoin. Tether adalah salah satu pemain penting di ranah cryptocurrency. Malah beberapa transaksi dalam jumlah besar telah memanfaatkan token Tether sebagai salah satu metode pembayaran.
Peretasan yang terjadi Senin lalu itu disebabkan oleh “serangan berbahaya dari seorang peretas eksternal,” seperti yang dilansir oleh Tether dalam postingan blognya Selasa lalu. Dalam peretasan itu, token senilai $31 juta dibawa lari oleh sang peretas. “$30.950.010 USDT berhasil digondol dari dompet digital Tether Treasury pada 19 November 2017 dan dikirimkan beberapa alamat bitcoin yang tak memiliki otorisasi,” demikian tertera dalam unggahan blog Tether. “karena Tether adalah pihak yang mengeluarkam USDT, kami tak akan mengakui semua token yang dicuri, dan kami tengah dalam proses mencegah agar token-token tersebut tidak menyebar dalam ekosistem yang lebih luas.”
Menurut keterangan Tether, perusahan rintisan tersebut dengan menggodok cara untuk mendapatkan kembali token milik mereka, atau setidaknya memastikan peretas tidak bisa menggunakannya untuk melakukan transaksi. Sebagai solusi sementara, Tether baru saja merilis perangkat lunak Omni baru yang otomatis mem-blacklist alamat pelaku peretasan—artinya, mereka melakukan update network yang fungsinya untuk memblokir satu dompet digital semata.
Setelah peretasan terjadi, harga bitcoin sempat anjlok sebelum kembali pulih. Artinya, ada sekelompok pialang mata uang kripto yang panen keuntung beberapa hari lalu.
Peretasan Tether adalah berita mengagetkan kedua dalam ranah mata uang kripto minggu ini—tepat hari Minggu lalu, perusahaan rintisan mata uang kripto bernama Etherium yang berhasil mengumpulkan dana sebesar $374 ribu (setara Rp5 miliar) dari investor harus gulung tikar dalam semalam.
“Penggunaan Tether tak sedikit pun terpengaruh oleh peristiwa peretasan ini, semua token Tether masih dijamin oleh cadangan aset Tether,” seperti yang dilansir perusahaan ristisan tersebut dalam unggahan blognya. Gampangnya, Tether cuma mau bing bahwa meski sebagian tokennya berhasil digasak seorang peretas, mereka masih punya cukup uang fiat di bank untuk menjamin sisa aset mereka.
Sayangnya, laman “Transparency” Tether, yang merinci aset perusahaan yang digunakan untuk menjamin token-token Tether yang sudah beredar, saat ini tak bisa diakses karena tengah menjalani proses maintenance dan hanya menampilkan link menuju berita tentang peretasan Senin lalu.
Sampai artikel ini tayang, juru bicara Tether belum berkenan memberikan keterangan.