Pandemi Corona memicu bermacam perubahan di planet kita. Ratusan ribu manusia meninggal akibat wabah ini. Kehidupan kita sehari-hari berubah drastis; kita tak lagi bisa bekerja, bepergian, ataupun nongkrong seperti biasa. Manusia amat merasakan dampak penularan Covid-19. Tapi, jangan lupa, Bumi pun merasakan perubahan dalam waktu yang sangat singkat, yang normalnya tidak akan terjadi bila kehidupan kita dalam situasi normal.
Berbagai perubahan di alam dipicu kebijakan social distancing dan lockdown yang dijalankan banyak negara. Penduduk Venesia, New York, atau Wuhan, beberapa pekan setelah lockdown, mengaku bila kualitas air dan udara yang mereka rasakan di kota masing-masing membaik. Indikator kualitas udara juga menunjukkan data yang menggembirakan.
Videos by VICE
Namun, jangan cepat berpuas diri. Berbagai perubahan positif ini diyakini tak akan bertahan lama, apalagi bila pandemi sudah berakhir kelak. Justru, ilmuwan khawatir emisi karbon melonjak dua kali lipat saat kondisi sudah normal, karena banyak industri hendak mengompensasi produksi yang terhenti akibat pandemi.
Bumi kita sudah menua. Manusia terus menciptakan bermacam kerusakan di permukaannya. Tapi, ketika kita berdiam di rumah sejenak, terbukti planet kita mendapatkan manfaat yang segera nampak. Berikut beberapa infografis yang bisa memberi kalian gambaran, betapa menurunnya aktivitas manusia sangat berperan besar menjaga Bumi terus lestari:
KUALITAS UDARA
Di Tiongkok, tingkat pencemaran nitrogen dioxida (NO2) di udara menurun hingga 30 persen setelah lockdown diberlakukan di Provinsi Hubei dan sekitarnya sejak awal Januari. Pabrik-pabrik berhenti beroperasi sejenak. Industri rumah tangga setali tiga uang. Kita harus ingat, aktivitas pabrik manufaktur skala raksasa merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.
Berdasarkan penelitian lembaga kajian lingkungan Rhodium Group, konsumsi batu bara di enam pembangkit listrik terbesar Tiongkok anjlok hingga 40 persen. Alhasil, efek positif langsung terasa di udara. Cina yang kota-kota besarnya biasa tertutup kabut polusi, kini menikmati langit biru yang cerah saban pagi. Situasi serupa dirasakan di Roma (Italia), Madrid (Spanyol), dan New Delhi (India).
Sekali lagi, kita harus ingat, menurunnya polusi ini hanya sementara. Di Wuhan, tingkat emisi karbon meningkat lagi setelah kebijakan lockdown dicabut pada 8 April lalu.
Faktor lain yang membuat udara di kota-kota besar dunia lebih bersih adalah menurunnya intensitas penerbangan antar wilayah dan negara. Jumlah pesawat sedunia yang terbang rutin saban hari, menurut data, berkurang separuh sejak awal Maret 2020.
Berkurangnya intensitas jadwal industri penerbangan menyumbang penurunan emisi karbon dioksida. Selama ini, avtur yang terbakar di langit kita karena pesawat hilir mudik menyumbang 2,5 persen emisi karbon global.
KUALITAS AIR TANAH
Kondisi perairan, mulai dari sungai, danau, dan laut, turut merasakan dampak positif setelah jutaan manusia tak sebebas biasanya keluar rumah. Kementerian Lingkungan dan Ekologi Tiongkok melaporkan penurunan polusi kimia di air tanah kota-kota besar, dua bulan sejak lockdowon berlangsung awal tahun ini. Bahan kimia yang biasa ditemukan di aliran sungai atau sumur penduduk Cina adalah fosfor dan amonia, terutama jika air tanah itu berada dekat kawasan pabrik.
Kondisi serupa dialami Venesia, kota wisata unggulan di Italia. Kota yang berdiri di atas kanal itu mengalami overturisme selama beberapa tahun terakhir, sehingga sungai-sungai tercemar. Setelah dua bulan industri pariwisata berhenti total, sedimen di dasar sungai terangkat. Permukaan air yang membelah Kota Venesia jauh lebih jernih. Namun pemerintah setempat mengingatkan warga, bahwa air yang jernih bukan berarti sudah bersih dan bisa langsung diminum.
KONDISI PERMUKAAN BUMI
Karena banyak kantor memberlakukan kebijakan kerja dari rumah, kendaraan yang melintas di jalanan jadi jauh berkurang. Jakarta, dan kawasan Detabek di sekitarnya, termasuk yang mengalami penurunan angka kemacetan harian sejak Maret lalu.
Dari Los Angeles hingga Manila, kota-kota yang selama ini dikenal karena kemacetan yang jahanam, jalan tolnya amat lengang. Angka polusi karbon dioksida dari mobil pun berkurang drastis di berbagai negara.
Sepinya jalanan juga membuat wujud kehidupan selain manusia menerima manfaatnya. Di kawasan perkotaan beberapa negara, hewan-hewan bermunculan. Kota dulunya adalah habitat alami binatang liar tersebut.
Ada monyet, rubah, rusa, sampai singa yang kini dapat giliran menikmati suasana kota karena manusia berdiam di rumah. Kicauan burung-burung juga pasti lebih nyaring terdengar sekarang dari rumah atau apartemen kalian, sebab itulah yang terjadi di banyak negara.
Ketika kita berdiam di rumah, maka konflik abadi perebutan lahan antara manusia dan binatang untuk sementara berhenti. Kalian mungkin malah sudah merasakan, kalau suasana jadi lebih asri dua pekan terakhir. Maka, nikmatilah bumi yang lebih hijau dan hidup ini, sampai nanti semua akan kembali seperti biasa ketika manusia sudah bebas keluar rumah.
VICE berkomitmen menyorot isu krisis perubahan iklim yang penting dipahami generasi muda. Baca berbagai laporan kami terkait Hari Bumi di tautan berikut, atau baca juga liputan khusus kami seputar kerusakan lingkungan di Asia Pasifik.