Serial TV dan Film Terbaik 2017 yang Sudah Ditonton Awak VICE Sejauh Ini

Kita baru saja melewati paruh pertama 2017—dan kita sudah banyak melahap film dan serial televisi sepanjang enam bulan terakhir. Beberapa di antaranya keren. Ada yang spektakuler. Tapi tak sedikit pula yang bututnya enggak ketulungan. Tulisan ini hanya fokus pada tontonan yang menurut kami keren. Kalau kamu menemukan tayangan yang belum beredar di layar TV atau bioskop, mohon jangan nyinyir dan ngambek duluan. Kami cuma kuli tinta yang sesekali ikut press screening (rejeki anak soleh). Jadi, tulisan ini sebaiknya ditempatkan sebagai recap atau preview serial TV atau film bagus yang segera bisa kita tonton—Larry Fitzmaurice, Editor Senior Desk Budaya VICE

Baby Driver

Adegan pembuka Baby Driver sudah memadai untuk mengatakan kalau ini adalah salah satu film terfavorit saya tahun ini. Baby (yang diperankan oleh Ansel Elgort) yang mengenakan kacamata hitam dan menyumpal kupingnya dengan earbud ngebut di jalanan dengan mobil yang dipakainya kabur tanpa sekalipun kelewatan beat lagu yang sedang dia dengarkan. Baby Driver adalah film genre heist yang dioplos elemen musikal. Sineas yang menukangi film ini jago banget mencampur kekerasan sama lip-synch. Film terbaru garapan Edgar Wright itu menceritakan seorang sopir spesialis mobil perampokan yang menderita tinnitus. Baby harus puas bekerja untuk seorang gembong kriminal Doc (Kevin Spacey) meski jauh dalam hatinya Baby mendambakan bisa bekerja jauh di luar dunia kriminal—terutama hidup damai bersama pacar baru (Lily James) dan iPod kesayangannya. Sayang, impian ini hampir mustahil terwujud. Sementara Jamie Foxx, Jon Hamm dan Eiza Gonzalez muncul bergantian memerankan penjahat dengan karakter kompleks, Elgort terus menyuguhkan akting yang meyakinkan. Kalau anda terbiasa melihat Elgort film-film Young Adult yang gitu-gitu doang, rasanya bakal menyegarkan sekali melihatnya beraksi dalam film lucu yang penuh adrenalin macam Baby Driver Pilot Viruet, Asisten Redaktur Desk Budaya VICE

Videos by VICE

Get Out

Bukanya malas meresensi, tapi memangnya masih ada yang belum ditulis tentang debut keren sutradara Jordan Peele ini? Get Out adalah film kocak—eh sorry, film ini enggak ada lucu-lucunya. Get Out merupakan film yang bikin penontonnya stres sekaligus sedikit meditatif. Pemainnya berakting dengan brilian. Ini adalah contoh film yang dibuat dengan presisi kelas dewa. Belum lagi, film ini punya kritik pedas tentang relasi antar ras dalam masyarakat. Benar-benar sebuah film yang sangat menyenangkan untuk ditonton. Mungkin, Get Out adalah film paling orisinil yang pernah kita selama beberapa tahun terakhir—dan mengingat film orisinil sudah jadi barang antik belakangan, kita sepatutnya bersyukur bisa menonton Get Out— LF

Downward Dog

Okay, saya tahu frase “anjing yang bisa ngomong” jarang nongol dalam deskripsi tayangan TV. kalau pun nongol, saya jamin kita langsung malas menontonnya. Tapi, saya berani sumpah kalau Downward Dog adalah tontonan yang tak bakal menyia-nyiakan waktu kalian. Sitcom bergaya mockumentary ini berkisah tentang Martin (suaranya diisi oleh pencipta serial ini, Samm Hodges), seekor anjing menggemaskan yang doyan menceritakan kehidupan sehari-harinya sembari sesekali ikut urun pendapat filosofis tentang panangannya terhadap dunia di sekitarnya. Agak ganjil sebenarnya untuk bilang kalau serial anjing-bisa-ngomong ini lumayan relevan dengan kehidupan kita, tapi begitulah yang terjadi: celotehan Martin memang ada isinya, mulai dari caranya menjelaskan kesepian ketika pemiliknya Nan (Alison Thomas) yang beban kerjanya tak manusiawi hingga usaha angin-anginannya untuk menjadi lebih berotot sebelumnya ikhlas dengan posturnya saat ini—bahkan cara Martin menggambarkan tidur siang di film ini terdengar sangat puitis. Ngehe banget pokoknya. Downward Dog adalah tontonan unik, yang sayangnya dibatalkan oleh ABC. Tenang, kalian semua masih bisa mencicipi 8 episodenya di Hulu. mari berharap ada jaringan TV lainnya yang mau menyelamatkan serial keren ini— PV

Good Time

Tiga tahun lalu, Josh and Benny Safdie mengubah memoir menyesakkan dan kental dengan penggunaan obat-obatan terlarang menjadi sebuah film panjang berjudul Heaven Knows What yang sama-sama menyesakkannya lewat penggambarkan blak-blakan tentang New York City dan hubungan kasih yang tercemar oleh penggunaan obat-obatan terlarang (atau malah sebaliknya). Good Time, karya terbaru mereka yang dibintangi Robert Pattinson memiliki nuansa serupa. Film panjang yang bakal beredar mulai Agustus depan ini berkisah tentang perampokan Bank yang berantakan dan apa saja yang dilakukan karakter di dalamnya demi menunjukkan loyalitas pada keluarga. Bedanya, Good Time lebih punya gaya dari pendahulunya seperti tampak dalam penggunaan sapuan warna neon dan score garapan Oneohtrix Point Never yang terdengan ngawang di satu waktu dan menyeramkan di waktu lainnya (atau kadang keduanya sekaligus). Pun, film ini jadi sangat hidup dengan penampilan mencengangkan Pattinson, aktor keren yang selalu kita pandang sebelah mata— LF

The Leftovers

Bagi saya, Damon Lindelof masih rajanya dalam urusan bikin serial TV yang bikin otak kita jungkir balik (FYI, saya bakal selalu membela season finale Lost ) dan itu kembali terbukti dalam The Leftovers. Diadaptasi dari buku karangan Tom Perotta berjudul sama, season pertama serial ini mengenalkan kita pada dunia yang 2% penduduknya hilang secara misterius—sementara sisa penduduk lainnya menghadapi trauma pasca kehilangan. Cerita dalam serial ini—seperti dalam Lost—meloncat dari satu season ke season lainnya (sampai saat ini ada tiga season) dan mengantarkan kita ke setting yang makin lama makin aneh saja (wilayah terbuka dari masa pre-historik, sebuah kota ajaib di Texas, tempat antara hidup dan mati serta seorang karakter yang bisa jadi adalah titisan Yesus—kalian tahu lah, segala hal aneh ala Damon Lindelof). Kalau ditilik lebih dalam lagi, The Leftovers berhasil menggambarkan kesedihan kehilangan seseorang dengan sangat akurat (sekaligus paling gila) di layar TV. Tapi, kalau kamu sudah kelewat khawatir kalau serial ini bakal sangat depresif, jangan khawatir. Ada berita baik untuk kalian: serial ini royal mengumbar kelakar tentang selangkangan. — PV

Twin Peaks: the Return

Ketika kita bicara serial TV nyeleneh: sudah pernah nonton Twin Peaks kan? Siapapun yang sempat ketar-ketir kalau serial sepanjang 18 episode cuma bakal terjebak dalam nostalgia serial TV cult 25 tahun lalu harusnya bisa menarik nafas lega sekarang— Twin Peaks: The Return kerennya engga ketulungan. Selagi artikel ini ditulis, episode terbaru—”Part 8″—bisa dibilang sebagai episode serial paling fenomenal yang pernah dibuat sepanjang masa. Titik! Ini bukan pernyataan lebay atau sejenisnya. Penilaian ini punya dasar kok—dan kalaupun kamu tak sepakat, mungkin kamu memang belum nonton Twin Peaks. —– LF