Super Mario, Si Tukang Ledeng Kesohor, Ternyata Bukan Manusia

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Ini pertanyaan ngehek yang sering wara-wiri di pikiran saya bertahun-tahun: kalau Mario memang benar seorang tukang ledeng asal Italia, lalu Mushroom Kingdom itu ada di sebalah mananya Italia? Serius deh. Saya punya bola dunia, ada dari kalian yang bisa menunjukkan di mana letak Kerajaan Jamur? Lalu di mana letak desa Mario, lelaki sebesar jempol yang gagah berani memerangi naga, kura-kura nakal dan lainnya? Beberapa hari lalu, dalam presentasi peluncuran Nintendo Switch, produsen konsol game asal Jepang itu sukses meruntuhkan semua persepsi saya tentang siapa atau apa itu Mario. Imbasnya, sampai sekarang, saya masih tak percaya dengan apa yang saya dengar.

Videos by VICE

Meski game-game yang pertama bisa dimaikan di Switch adalah game-game enteng, setahun ke depan, nama-nama besar bakal mulai mulai bisa dimainkan dengan Switch. Di antaranya seri terbaru Zelda yang digadang-gadang akan lebih ekspansif, seri terbaru game third person shooter Splatoon , dan seri Mario paling anyar, Super Mario Odyssey.

Odyssey membawa Mario kehutan-hutan lebat dan villa di tengah gurun, keluar dari Mushroom Kingdom. Dalam seri terbarunya, Mario bertualang di “New Donk City,” versi lebih sederhana New York City. Kota ini laiknya kota modern penuh manusia. Para manusia New Donk CIty ini tak sedikit pun mirip dengan Mario. Perbedaan ini makin mencolok, misalnya, ketika Mario menghampiri mereka.

Sumber gambar: Nintendo

Jelas banget, sosok di sebelah kiri itu manusia. Nah kalau yang sebelah kanan itu, si Mario, entahlah apa jenisnya. Yang jelas bukan manusia.

Invasi Bowser dan kedatangan Mario ke New Donk City sepertinya lebih mirip sebuah interupsi. Kamu tak akan menemukan rintangan lucu tapi nyebelin yang lazim ditemukan di Mushroom Kingdom. Jalanan New Donk City juga aman dari jebakan-jebakan khas Mario Bros. tentunya saja, karena setting-nya didunia yang lebih “nyata”, Mario bakal berhadapan dengan rintangan berupa taksi kuning khas New York, lubang got dan monster berbentuk, apalagi kalau bukan, manusia lain. Manusia dalam serial terbaru Mario ini juga terlihat normal-normal saja. Mereka punya wajah, mata, hidung serta tinggi yang wajar. Enggak ada yang kelihatan terlalu pendek atau malah seperti raksasa. Lebih dari itu, manusia dalam Super Mario Odissey seperti berasal dari banyak berbagai ras dan punya beragam gaya rambut.

Tapi, bentuk manusia yang normal-normal saja ini tetap saja kontras dengan penampakan Super Mario. Mario muncul sebagai karakter dengan tanda-tanda seperti ini: tembem, tubuhnya berwarna merah menyala, tubuhnya tak lebih besar dari boneka Dakocan dan tentunya bisa anteng berdiri di atas lampu merah.

Dari penampakkan Mario dalam Super Mario Odyssey, kita punya sedikit modal mengira-ngira seperti apa dunia asal Mario. Mario, saudaranya Luigi, Putri Peach dan mahluk humanoid lainnya punya bentukan yang tak jauh berbeda. Dari sini kita berasumsi bahwa di tempat asal Marioa—entah itu Italia, Brooklyn, atau negara mana pun itu—penduduknya akan punya fisik yang tak jauh-jauh dari Mario. Kita juga bisa menebak bahwa bentuk tubuh Mario yang ajaib ini cuma pilihan gaya yang diambil Nintendo saja. Sesudah presentasi Nintendo, saya akhirnya sadar asumsi kita sejak lama melenceng. Mario dan saudaranya yang lebih ganteng Luigi adalah mahluk yang—maaf saya harus menggunakan kata ini—memiliki kelainan.

Tak ayal, kini pertanyaan yang berkecamuk di kepala saya berubah. Apakah Mario adalah sempalan spesies bernama Manusia? Atau jangan-jangan Mario adalah bagian evolusi yang terjadi di Mushroom Kingdom? Atau Mario jadi bantet dan tembem lantaran dia terlalu lama tinggal di dunia fantasi? Jangan-jangan semua yang Mario ceritakan ke Princess Peach itu cuma kibul-kibul belaka? Terakhir, keturunan bangsawan manusia macam apa yang menjadi kodok lucu sebagai pengantar pesan pelayan dan penjaga toko? (meski perkembangan terbaru menjanjikan adanya pergerakan kelas yang berlaku pada semua spesies di Mario Bros)

Pekerjaan Mario hampir tak pernah berubah sejak 1983, meski dia pernah menjajaki berbagai karir selain tukang ledeng dari tahun ke tahun. Mario juga punya rambut di kepalanya, setidaknya itu yang terlihat di Odyssey. Jelas, tampang Mario tak seperti jamur dari Mushroom Kingdom, seperti Captain Toad yang punya kulit bebas bulu seperti kucing Spinx. Dalam seri   Super Mario World 2: Yoshi’s Island, harus mengawal bayi Mario, yang  dicolong oleh penyihir Kamek dari seekor bangau, dalam perjalanan menuju Amerika Serikat atau Italia, setidaknya begitu asumsi kita. Pun, paradoks bukan barang baru dalam seri Mario. Kamu tentu masih ingat bahwa dalam Mario Kart kita bisa memainkan Mario atau Baby Mario.

Maaf sepertinya saya melantur terlalu jauh.

Kembali ke pertanyaan apakah Mario manusia atau bukan. Dalam media lain di luar game, Mario selalu digambarkan sebagai manusia dan karenanya diperankan oleh aktor yang sepenuhnya manusia. Dalam film thriller fantasi cyberpuk Super Mario Bros yang dirilis 1993, mendiang Bob Hoskins kebagian kesempatan memerankan tukang ledeng paling terkenal sedunia ini. Sementara, mendiang Captain Lou Albano menjadi Mario dalam 65 episode serial televisi The Super Mario Super Show. Semuanya memberi asumsi Mario itu ya masih manusia di dunia fantasi.

Dalam dua kasus tersebut, plot utamanya selalu sama: Mario dan Luigi mencari jalan kembali ke rumah, sebuah pipa ledeng warna hijau menuju Brooklyn. Di sini lain, kejadian nyata dalam sejarah manusia kerap “dipinjam” dalam plot seri kanon Mario seperti Mario’s Time Machine dan Mario is Missing, di mana kamu bisa jalan-jalan di jalanan San Francisco atau mengganggu Benjamin Franklin yang menerbangkan layang-layang. Mario dan Luigi juga pernah ikut—bahkan berkali-kali—Olimpiade bersama Sonic the Hedgehog dan beberapa temannya yang moody-an. Jadi, bisa kita asumsikan kalau dunia Mario yang sesungguhnya memang kacau balau.

Duh, saya pengen muntah. Sumber gambar: Nintendo

Saya punya asumsi ada logika dunia kartun yang memungkinkan  Mario di luar angkasa yang hampa udara tapi megap-megap ketika menyelam. Jangan lupakan bila koin dan upgrade yang diperoleh Mario dengan cara membenturkan kepalanya ke kotak besi dan tumpukan bata empuk—ini asumsi sih. Percayalah, kalau kamu mencobanya di dunia nyata, kepala kita langsung benjol atau setidaknya gegar otak setelah beberapa kali benturan. Lalu, kemampuan bahasa Mario juga ala kadarnya.  Sekali ngomong, Mario cuma bisa mengeluarkan kalimat berisi 4 kata. Alasannya, mungkin karena Mario mengalami kerusakan otak atau mahluk ini, entahlah apa spesiesnya, memang tak bisa bikin kalimat kompleks. Entahlah, saya juga tidak tahu.

Yang kini jelas adalah setelah seumur hidup bermain Mario Bros, kita sesungguhnya tak tahu banyak tentang Mario.

Namun, yang paling bikin males dari semua ini adalah Mario ternyata tak punya darah Italia. Kalau begini urusannya, darimana asalnya aksen Mario yang terasa menggurui dan sok Italiano itu? Jika Mario bukan manusia, dia pasti menyembunyikan sesuatu.

Apapun itu, Super Mario Odyssey  kelihatannya menyenangkan untuk dimainkan. Saya tak sabar menjajal game ini di konsol Nintendo Switch.

Saya berusaha menghubungi Nintendo untuk mendapatkan komentar lebih tegas perihal jati diri Mario: manusia apa bukan? Alien atau tokoh fantasi bukan manusia? Sayangnya, sampai artikel ini dimuat permintaan saya belum juga digubris. Duh.