Tech

Tak Percaya Evolusi? Lihat Kadal Ini, yang Sedang Dalam Transisi Evolusi

Kadal tiga jari. Gambar: Doug Beckers

Kadal tiga jari Saiphos equalis menunjukkan aktivitas peneluran yang baru pertama kali terjadi. Berasal dari Australia timur, reptil kecil ini mengembangbiakkan embrio baik di dalam telur maupun dengan cara melahirkan. Melihat fenomena tersebut, para ilmuwan yakin mereka tengah mengalami transisi evolusi besar.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam Molecular Ecology, spesies tersebut kemungkinan berada dalam “bentuk peralihan” antara menelurkan dan melahirkan hewan. Walaupun kadal bisa saja bertransisi antara ovipar dan vivipar, lintasan evolusi hewan ini tak dapat diprediksi.

Videos by VICE

“Kami tak tahu evolusinya akan ‘mengarah’ ke mana,” bunyi email penulis Camilla Whittington, ahli biologi evolusi dari Universitas Sydney. “Di beberapa lingkungan, proses peneluran mungkin lebih bagus daripada melahirkan. Dalam situasi ini, kami memperkirakan mereka akan tetap bertelur.”

Kadal tiga jari adalah satu dari segelintir spesies yang memiliki dua jenis reproduksi. Itu berarti sebagian populasi kadal berkembang biak dengan bertelur (ovipar), sedangkan lainnya merupakan hewan vivipar. Namun, kadal ini satu-satunya spesies yang bisa melakukan dua jenis reproduksi dalam satu kehamilan, yang menunjukkan adanya fleksibilitas reproduksi untuk pertama kalinya.

Selain pada Molecular Ecology, tim Whittington juga menerbitkan studi di jurnal Biology Letters. Studinya mengusulkan kemungkinan kadal tiga jari melakukan “oviparitas fakultatif” atau mengembangbiakkan embrio sesuai kondisi lingkungan atau faktor lain.

Sebagai contoh, spesies ini bisa berupa ovipar dan vivipar tergantung lokasi. Kadal tiga jari yang hidup di wilayah metropolitan Sydney biasanya akan bertelur, sedangkan hewan yang berada di dataran tinggi New South Wales melahirkan anak karena iklimnya lebih dingin dan basah.

“Hipotesis evolusi ‘cold-climate’ mengajukan gagasan mengembangbiakkan anak di iklim dingin lebih baik dengan cara melahirkan, dan penyebaran kadal ini tampaknya sesuai dengan prediksi tersebut,” terang Whittington. “Namun, unsur biologis kadal tiga jari masih sangat misterius dan belum ditemukan jawabannya. Itulah mengapa kami terus mengamati spesies tersebut.”

Fleksibilitas reproduksi Saiphos equalis dapat menjelaskan peralihan dari ovipar ke vivipar di masa lalu. Transisi ini diperkirakan terjadi sedikitnya 150 kali dalam evolusi vertebrata.

Hewan yang muncul paling awal merupakan ovipar yang bergantung pada tahap larva perkembangan embrio di luar tubuh induk. Namun, setelah ratusan juta tahun kemudian, beberapa kadal berevolusi menjadi hewan yang produksi embrionya terjadi secara in vivo. Metode ini memiliki keseimbangan manfaat dengan kondisi tertentu.

Kadal tiga jari mungkin sedang dalam tahap transisi dari bertelur menjadi melahirkan. Bahkan ketika kadal menunjukkan ovipar, embrionya relatif berkembang dengan baik sebelum telurnya dierami dan menetas beberapa hari kemudian.

Menurut studi Biology Letters, kadal ini bisa juga mengembangkan “strategi bet-hedging di lingkungan variabel” dengan melakukan dua jenis reproduksi.

“Untuk merumitkan situasi, keuntungan adaptif bertelur dan melahirkan bisa berubah jika lingkungannya berubah (seperti yang terjadi di Anthropocene). Hal ini dapat ‘mendorong’ populasi ke arah bertelur atau melahirkan,” tutur Whittington. “Kami memprediksi kemungkinan terjadinya ‘pembalikan’ dari melahirkan ke bertelur, karena ada kesamaan ekspresi gen pada kadal tiga jari yang bertelur dan beranak.”

Penemuan baru ini semakin memperkuat reputasi Australia sebagai inkubator alami sejumlah satwa liar paling aneh dan unik di seluruh Bumi. Penelitian selanjutnya dapat mengamati perilaku dan kemampuan kadal, yang bisa memberikan alasan kenapa ada makhluk yang tetap bertelur dan beralih ke melahirkan, seperti manusia.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.