News

Tencent Gunakan Alat Pemindai Wajah untuk Cegah Anak Kecanduan Game

Foto ilustrasi remaja main HP

Raksasa teknologi Cina Tencent memindai wajah gamer yang bermain hingga larut malam untuk memastikan mereka bukan anak-anak yang menggunakan identitas palsu.

Perusahaan menjelaskan dalam pernyataan resmi, mulai Senin pekan ini, pemain game Tencent, seperti Honor of Kings dan Game for Peace, akan diminta kesediaan untuk dipindai wajahnya jika online sepanjang pukul 10 malam hingga 8 pagi.

Videos by VICE

Para gamer di Tiongkok wajib membuat akun menggunakan identitas asli mereka. Ada peraturan lebih ketat bagi pemain di bawah umur. Developer game besar macam Tencent dan NetEase telah melarang anak-anak main sepanjang malam dengan membatasi jam main maksimal 1,5 jam pada hari kerja dan tiga jam pada hari libur.

Tencent menyebut alat pemindai wajah berfungsi memverifikasi identitas gamer di malam hari, mengingat ada anak kecil yang menggunakan identitas orang dewasa supaya bisa tetap bermain. Mereka yang tidak lolos pemeriksaan akan dianggap masih di bawah umur dan dikeluarkan dari game.

Pemerintah Tiongkok memantau aktivitas raksasa teknologi dengan ketat. Mereka menjatuhkan denda besar-besaran bagi perusahaan yang diduga melakukan praktik monopoli. Regulator juga meningkatkan peraturan terhadap penanganan data pengguna, dan menyelidiki aplikasi untuk mencegah terganggunya keamanan nasional. Selain itu, perusahaan teknologi juga diwajibkan mencegah anak di bawah umur main internet sampai lupa waktu dan menghambur-hamburkan uang untuk game, situs siaran langsung dan platform berbagi video mirip TikTok.

Sebagai tanggapan, situs media sosial di Tiongkok mengidentifikasi pengguna anak-anak dengan algoritma dan menampilkan konten edukasi alih-alih gosip selebritas. Game seluler, yang dianggap merusak mata dan mengganggu waktu belajar, juga meningkatkan penyaringan pengguna di bawah umur.

Tencent telah menggunakan teknologi pengenal wajah untuk alasan ini sejak 2018. Gamer akan dipindai wajahnya jika mereka bertingkah seperti anak kecil. Contohnya kira-kira begini, ada pengguna yang mengaku sudah berusia 60-an, tapi mereka menghabiskan lebih dari 1.000 yuan (Rp2,2 juta) untuk bermain game. Bisa jadi mereka anak kecil yang menggunakan identitas kakeknya.

Hasil pindaiannya kemudian dicocokkan dengan database polisi.

Tencent mengungkapkan, pada Juni lalu, rata-rata 5,8 juta akun gamer mendapat perintah untuk melakukan pemindaian wajah setiap hari.

Langkah ini menimbulkan kekhawatiran terkait isu privasi. Warganet Tiongkok semakin waspada dengan meluasnya penggunaan alat pengenal wajah, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena teknologinya diterapkan di setiap sektor, dari aplikasi pembayaran, program pengendalian COVID-19 sampai kamera pengawas.

“Jangan lupa pakai baju sebelum wajahnya diperiksa,” seorang pengguna internet berkomentar. Berita viral di Tiongkok membeberkan, semua yang masuk dalam bidikan kamera akan terekam sistem pengenalan wajah.

Walaupun begitu, anak-anak yang main game hingga larut malam terkadang berhasil mengelabui teknologi.

Honor of Kings telah meminta pemeriksaan wajah sejak dua bulan lalu. Saya selalu meminta bantuan orang tua,” pengguna Zhihu, situs tanya jawab mirip Quoral, pada April tahun lalu. “Tapi sebentar lagi ibu akan bekerja di luar kota. Saya harus bagaimana, ya?”

Awal tahun ini, kepolisian provinsi Guangdong di wilayah selatan Tiongkok menangkap sembilan orang yang membantu anak-anak lolos dari pengenalan wajah demi sejumlah bayaran. Menurut polisi, komplotan membeli data pengguna internet dan menciptakan animasi wajah bergerak dengan program Mug Life, Adobe Premiere, dan CrazyTalk 8.

Mereka lalu mengubah perangkat lunak kamera pada ponsel Android dan menggunakan animasi itu untuk menipu alat pemindai wajah.

Follow Viola Zhou di Twitter.