Ternyata Ini Sebabnya Kita Benci Hari Senin, Serta Cara Mengatasinya

minimale inspanning maandag

Menghadapi awal pekan sungguh terasa berat. Banyak di antara kita tak siap menjalaninya lantaran waktu istirahat dua hari kurang cukup untuk mengembalikan energi yang terkuras setelah hampir seminggu berkutat di depan meja kerja. Bahkan tak jarang orang merasa gelisah sepanjang akhir pekan sebab mereka selalu dibayangi pikiran-pikiran soal pekerjaan. Akibatnya, mereka keburu lelah, padahal hari Senin baru saja dimulai.

Kebencian terhadap hari Senin dirasakan oleh hampir seluruh umat manusia di muka bumi. Sampai muncul ungkapan “I don’t like Mondays” saking malasnya kita menghadapi hari itu.

Videos by VICE

https://twitter.com/mc___donald/status/1638360384242601986

Baru-baru ini, pengguna TikTok Marisa Jo Mayes memperkenalkan strategi ‘bare minimum Monday’ untuk mengatasi burnout yang kerap menjadi penyebab kita benci hari Senin. Seperti namanya, kita diajak melaksanakan tanggung jawab seadanya di awal pekan supaya lebih bersemangat menjalani hari-hari selanjutnya. Tagar #bareminimummondays kini tayang lebih dari dua juta kali di platform tersebut. Marisa bukan satu-satunya orang yang berbagi cerita tentang betapa bencinya mereka dengan hari Senin.

Bekerja sesuai porsinya

Marisa menceritakan saat diwawancarai New York Post, ia sudah kewalahan mengikuti kehidupan perkantoran yang padat dengan jam kerja panjang. Lama-lama ia semakin merasa burnout hingga akhirnya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Marisa pun memilih bekerja untuk dirinya sendiri. Tapi ternyata, keputusan itu tidak membantu mengatasi masalah burnout yang dihadapinya. Gejala yang ia rasakan justru bertambah parah gara-gara sifat perfeksionisnya. Marisa juga keseringan mengambil proyek di luar kemampuannya, yang kemudian membuatnya gampang capek dan telat bangun di pagi hari. Senin sangat menakutkan untuk perempuan itu. 

Marisa mengaku otaknya lebih segar sejak menerapkan Bare Minimum Mondays. Kalau dari nama memang terkesan seadanya, tapi yang dimaksud sebetulnya bekerja sesuai jobdesk. Gak perlu lah berlebihan. Cukup lakukan apa yang menjadi tanggung jawabmu saja.

Lantas pertanyaannya, kenapa kita semua benci hari Senin? Apa sebenarnya yang memicu rasa takut dan malas itu? Jika akar masalahnya terletak pada beban kerja berlebihan, seharusnya kita juga takut dengan hari-hari lain dong.

Ahli neuropsikologi Jasdeep Mago menyebut Monday Blues mulai terbentuk sejak kita memasuki usia sekolah. “Kita tumbuh besar dengan keyakinan hari Senin menyebalkan. Kita harus bangun pagi-pagi sekali supaya tidak terlambat masuk sekolah,” terangnya. “Perasaan ini semakin menjadi-jadi begitu kita beranjak dewasa, terutama kalau kamu benci dengan pekerjaanmu. Kamu mungkin punya bos atau teman sekantor yang baik, tapi pekerjaan itu membuatmu tertekan.”

Tapi tampaknya strategi “Bare Minimum Monday” bukan untuk semua orang. Mau bagaimanapun, Senin akan selalu menjadi hari tersibuk bagi sebagian orang.

Meher Jadwani, entrepreneur yang mengelola platform kecantikan, kudu menangani berbagai urusan pekerjaan di awal pekan. “Semua orang memulai Senin pagi mereka dengan mengirim e-mail. Saya pribadi mengerjakan hal-hal gampang dulu, baru setelahnya mengurusi tugas yang rumit. Saya baru makan siang kalau tugas itu sudah kelar. Saya sulit mengembalikan konsentrasi kalau tertunda,” tuturnya.

Biarpun begitu, Meher punya trik agar Senin paginya terasa menyenangkan. Ia mengikuti kelas tembikar sebelum mulai bekerja. Hobi ini membantu pikirannya tetap fokus dan fresh.

Ada masalah lebih dalam

Bisa jadi juga, yang kita benci sebetulnya bukan hari Senin, melainkan ada alasan lain mengapa kamu takut kembali ke kantor setelah akhir pekan. Hanya saja kita enggan mengakui alasan lain itu dan menyalahkannya pada hari Senin.

“Barangkali kamu merasa kurang dihargai di tempat kerja, atau lingkungannya membuatmu gampang gelisah. Jika demikian kenyataannya, penyebab ketakutanmu bukanlah hari Senin,” psikiater Nahid Dave menjelaskan. “Tapi memang, cara kamu menghabiskan akhir pekan bisa menjadi faktor.”

Bagi Arvin, lelaki 24 tahun yang berprofesi manajer HRD, bos rese merupakan penyebab ketakutannya. Menurutnya, orang tidak akan malas berangkat kerja jika pekerjaan atau kantornya menyenangkan.

“Setelah dua tahun bekerja di tempat itu, saya baru sadar atasan suka menyalah-nyalahkan anggota timnya. Dia tidak mau mendengarkan pendapat kami, mempermalukan kami di depan pegawai junior, serta membuat kami ragu dengan kemampuan sendiri setiap hari,” ujar Arvin. “Makanya, tidak tepat kalau saya menyalahkannya pada hari Senin.”

Jika pekerjaanmu lancar-lancar saja, tapi hari Senin tetap menakutkan untukmu, ahli neuropsikologi Jasdeep berpandangan masalahnya terletak pada pola pikir kamu.

“Yang namanya pekerjaan pasti ada tekanan, tapi yakinkanlah dirimu kalau kamu bisa mengerjakannya,” Jasdeep memberi saran. “Atau kamu mungkin terjebak dalam freeze loop yang membuatmu takut bertindak. Oleh karena itu, kamu perlu fokus mengatur harimu lebih baik lagi. Tidak ada salahnya meminta bantuan kepada rekan kerja kalau kamu menghadapi kesulitan.

Yang terpenting, jangan lupa melakukan hal-hal yang bikin kamu bahagia setelah hari Senin berakhir. Aktivitas macam nongkrong di kedai kopi atau membaca buku favorit dijamin ampuh melepas penat.

Follow Arman di Twitter dan Instagram.