Terulang Lagi, Ibadah Jamaah Tabligh Memicu Zona Merah Corona di India dan Pakistan

Terulang Lagi, Ibadah Jamaah Tabligh Memicu Zona Merah Corona di India dan Pakistan

Acara doa bersama (ijtima) yang diadakan kelompok Jamaah Tabligh di New Delhi ditengarai menjadi pemicu klaster penularan terbesar virus corona di India dan Pakistan. Pihak berwajib di kedua negara mengerahkan tim khusus guna melacak nama-nama jamaah yang menghadiri acara tersebut. Pemerintah New Delhi telah mengidentifikasi masjid di Distrik Nizamuddin sebagai salah satu pusat zona merah pandemi corona Negeri Sungai Gangga.

Ibadah Jamaah Tabligh di New Delhi tersebut, dari kajian pakar, terbukti memicu kasus positif Covid-19 di sedikitnya enam negara bagian India, yakni Tamil Nadu, Andhra Pradesh, Delhi, Telangana, dan Maharashtra. Total jumlah kasus positif virus corona India kini mencapai 1.300 orang, dan lebih dari 50 pasien meninggal. Dokter menyebut ijtima tersebut sebagai “momen penularan massif.”

Videos by VICE

Kematian pasien akibat virus corona telah tercatat di Telangana, Srinagar, Andaman, dan Kepulauan Nicobar. Media setempat mengabarkan sekitar 2.500 orang berkumpul di New Delhi pada 10 Maret lalu. Para jamaah, sebagian berasal dari negara Asia lain termasuk Indonesia, kemudian pulang ke daerahnya masing-masing.

“Dari penelusuran kami, lebih dari 3.000 orang berkumpul di masjid Jamaah Tabligh antara 10 dan 15 Maret lalu,” ujar petinggi kepolisian Delhi saat diwawancarai India Today. “Di antaranya, ada warga negara Indonesia, Yordania, Yaman, Arab Saudi, Tiongkok, Ukraina, Malaysia, Sri Lanka, Afghanistan, dan Bangladesh. Setelah lockdown berlangsung, sebagian besar jamaah pulang tapi masih ada 1.600 orang terlantar di Distrik Nizamuddin, Delhi, dan ada lebih dari 200 warga negara asing bertahan di masjid tersebut.” Saat ini, Masjid Jami’ di Nizamuddin sudah dibersihkan dan diisolasi dari dunia luar.

Jamaah Tabligh adalah gerakan Islam Sunni yang condong pada mazhab Deobandi, yang berpusat di Pakistan. Dalam situasi normal, pengikutnya cinta damai, berperilaku sederhana, enggan berpolitik, mementingkan dakwah dari pintu ke pintu, serta kerap menggelar pertemuan maupun ibadah anggota lintas negara. Sayangnya, akibat situasi pandemi covid-19, kebiasaan Jamaah Tabligh menggelar ijtima memperparah penularan virus.

Bulan lalu, ijtima di Malaysia terlanjur memicu gelombang penularan covid-19. Acara empat hari di Malaysia dihadiri 16.000 orang, memicu “lonjakan kurva penularan corona terbesar di Asia Tenggara.” Pasca pertemuan tersebut, Malaysia menutup perbatasan, dan kasus positif Covid-19 mulai ditemukan di negara seperti Brunei dan Thailand.

Acara serupa di Gowa, Sulawesi Selatan, sempat dibatalkan. Itupun sebagian jamaah ada yang tertular ketika transit di Jakarta, sehingga Masjid Kebon Jeruk terpaksa diisolasi dan 144 jamaah di dalamnya dipantau aparat Indonesia.

Kelompok Jamaah Tabligh cabang New Delhi telah ditandai sebagai zona merah virus corona oleh kementerian kesehatan India. Sekitar 300 jamaah menunjukkan gejala COVID-19 dan mereka dibawa ke rumah sakit untuk dites. Sementara 700 lainnya telah dibawa ke pusat karantina.

Menurut surat kabar lokal India, total ada 824 anggota Jamaah Tabligh berkewarganegaraan asing, yang datang menggunakan visa turis dan mengikuti ijtima pada 10-15 Maret. Daftar nama itu telah dibagi oleh pemerintah india kepada negara masing-masing WN asing tersebut.

Juru bicara Jamaah Tabligh merasa kegiatan ibadah mereka tidak melanggar aturan hukum apapun. Mereka berjanji menanggung akomodasi jamaah asing setelah pemerintah pusat India menerapkan aturan lockdown 21 hari secara mendadak.

“Ada rumor di media sosial bahwa orang-orang yang mengidap Covid-19 berkumpul di masjid kami. Ada kabar juga bahwa ada yang sampai meninggal,” ujar kelompok Jamaah Tabligh lewat pernyataan tertulis. “Dalam situasi seperti itu, tidak ada opsi lain bagi markas Jamaah Tabligh Nizamuddin selain mengakomodasi tamu asing yang terdampar dengan memberi pencegahan medis sesuai anjuran ahli, hingga situasinya menjadi kondusif bagi mereka untuk pulang atau pihak yang berwenang untuk memindahkan mereka.”

Aparat hukum di Pakistan langsung menutup madrasah pusat Jamaah Tabligh di Lahore. Tempat-tempat lokasi pertemuan rutin mereka di Pakistan juga ikut ditutup sementara. Sekitar 143 anggota Jamaah Tabligh di Pakistan telah positif tertular Covid-19 dan tiga di antaranya meninggal. Di saat yang sama, pihak kepolisian Delhi menuntut kelompok ke jalur hukum, tersebut karena melanggar Undang-Undang Penanggulangan Penyakit Menular 1897.

Sebagaimana di Malaysia dan Indonesia, Jamaah Tabligh di India maupun Pakistan panen kritik dari organisasi Islam lain lantaran ngotot menyelenggarakan pertemuan akbar, biarpun sudah diperingatkan risikonya.

Sesuai dugaan, insiden ini kembali menyulut timbulnya sentimen Islamofobia di India, yang masih tersisa dari konflik sektarian antara umat Hindu dan Muslim bulan lalu. Bahkan tagar #CoronaJihad sempat trending, dan banyak warga India menyalahkan komunitas muslim secara keseluruhan sebagai biang kerok penyebaran virus corona di India. Omar Abdullah, mantan Gubernur Jammu & Kashmir, sampai bikin twit, mengingatkan masyarakat betapa sentimen Islamofobik “lebih berbahaya daripada virus manapun.”

Insiden ini bukanlah pertama kalinya aturan social-distancing dilanggar di India. Di Uttar Pradesh, Gubernur Yogi Adityanath malah mengikuti acara ibadah di Ayodhya saat sudah diputuskan lockdown 21 hari oleh pemerintah pusat. Banyaknya orang yang ingin pulang kampung setelah lockdown membuat kebijakan social distancing semakin sulit diterapkan di India.

Follow Pallavi Pundir di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE India