Tiga Negara Termasuk Indonesia Larang Terbang Boeing 737 Max 8 Usai Insiden di Ethiopia

Tim evakuasi mengangkut serpihan pesawat Ethiopia Airlines yang jatuh dan menewaskan seluruh penumpang.​

Jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines akhir pekan lalu merupakan kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 kedua sepanjang enam bulan terakhir. Pemerintah Indonesia melarang terbang semua unit Boeing seri terbaru itu selama sepekan untuk pemeriksaan menyeluruh. Satu warga negara Indonesia, bernama Harina Hafitz, tewas dalam insiden di Ethiopia.

“Setelah kita teliti bersama, antisipasi bahwa adanya kemungkinan terjadi maka Kemenhub melalui Dirjen Udara melakukan grounded sementara terhadap pesawat Boeing 737 Max di Indonesia,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada awak media.

Videos by VICE

Singapura dan Tiongkok mengambil langkah serupa. Model Boeing737 MAX merupakan pesawat komersial paling laris di pasaran saat ini.

Di Tiongkok ada 96 pesawat serupa yang beroperasi melayani rute domestik. Semua pesawat itu untuk sementara tidak boleh terbang.

Penerbangan Ethiopian Airlines ET302 yang berakhir nahas lepas landas dari Addis Ababa menuju ke Nairobi. Enam menit setelah lepas landas, pesawatnya kehilangan kontak dan terjun ke ladang sekitar 60 kilometer dari ibukota Ethiopia. Seluruh 157 penumpang tewas. Delapan penumpang asal Tiongkok terdaftar di manifes penerbangan ini, yang terdiri dari 149 penumpang dan delapan anggota kru. Korban kecelakaan ini berasal dari 35 negara, dan sebagian belum diidentifikasi.

Tahun lalu, model pesawat yang sama diterbang maskapai Indonesia Lion Air, jatuh ke Laut Jawa hanya 13 menit setelah lepas landas, menewaskan seluruh 189 penumpang dan kru.


Tonton dokumenter VICE mengenai tragedi jatuhnya pesawat MH17 akibat ditembak milisi Ukraina:


Proses jatuhnya dua penerbangan bernasib buruk ini sangat mirip. Dua-duanya jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas, berakhir fatal. Kejadian di Indonesia dan Ethiopia masih diselidiki. Indonesia sendiri belum mengumumkan resmi penyebab jatuhnya pesawat. Kendati begitu, merujuk kebijakan internal mereka merespons potensi bahaya, Otoritas Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) memutuskan untuk sementara mendaratkan semua 737-Max 8.

“Mengingat kedua kecelakaan ini melibatkan pesawat Boeing 737-8 dan terjadi selama fase lepas landas, ada kesamaan antara keduanya,” ujar CAAC kepada Reuters.

Rute-rute domestik di Tiongkok yang pada awalnya dijadwalkan menggunakan pesawat 737 Max 8 telah digantikan dengan model 737-800. Boeing 737 Max 8 merupakan generasi terbaru Boeing 737 dan terdiri dari empat jenis Max: 7, 8, 9, dan 10. Yang jatuh di Ethiopia dan Indonesia adalah tipe 8.

Boeing telah mengeluarkan pernyataan duka cita di situs resminya maupun di medsos. Boeing menyatakan tim teknisnya akan memberi bantuan teknis di lokasi kecelakaan di bawah kepemimpinan Biro Investigasi Kecelakaan Etiopia dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS.

Menyusul penangguhan model Max 8 oleh Tiongkok, Ethiopian Airlines juga mengumumkan keputusannya tidak menerbangkan Boeing jenis tersebut di akun Twitter resminya.

Cayman Airways, maskapai nasional Kepulauan Cayman, juga menyusul Tiongkok dan Ethiopia dan mendaratkan semua Max 8. Presiden dan Pejabat Eksekutif Tinggi Cayman Airways, Fabian Whorms, menyatakan maskapainya “mengutamakan keselamatan penumpang dan kru.”

Silk Air, anak perusahaan Singapore Airlines, serta beberapa maskapai lainnya, menyatakan akan memantau keadaan ini, tetapi akan terus menggunakan model 737-Max 8. Herannya, Lion Air dan Garuda Indonesia, maskapai Indonesia yang juga mengoperasikan pesawat 737 Max 8, akan terus menggunakan model ini.

Meskipun penyebab tepat jatuhnya pesawat Lion Air tahun lalu terus diselidiki, data dari kotak hitam mengindikasikan bila fitur baru di model 737 Max 8 dan sensor rusak adalah pemicu masalah di pesawat. Laporan tersebut mengindikasikan sistem anti-mogok, fitur baru pada 737 Max 8 yang seharusnya menghindari pesawatnya terbang terlalu tinggi dan mencegah pesawat mengalami mogok di udara alias stall, sering salah membaca informasi dari sensor rusak dan terus memaksa pesawatnya turun. Hal ini merugikan pilot yang berusaha menyesuaikan kembali ketinggian pesawat, sehingga pesawat terus meluncur ke permukaan tanah.

Selama penyelidikan jatuhnya pesawat Lion Air, pilot-pilot asal AS yang menerbangkan pesawat tersebut mengaku fitur baru ini tidak pernah dijelaskan secara memadai oleh Boeing. Namun, dalam tanggapannya, Boeing bersikeras bila prosedur kendali otomatis dijelaskan di buku panduan, sehingga para pilot seharusnya mengetahui cara menangani keadaan darurat meskipun mereka tidak mengenal modifikasi tersebut.

Selepas tragedi Lion Air, para pilot segera mendapat informasi Boeing. Lembaga pengelola penerbangan di berbagai negara juga mnedapat pelatihan mengenai terkait sistem Max baru, dan telah diberi kelas latihan untuk menangani kemungkinan terburuk.

Meskipun masih terlalu dini mengaitkan tragedi Lion Air dengan jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines, para netizen sibuk menyalahkan maskapai tersebut di medsos.