Dalam pertemuan Rajya Sabha (Dewan Negara) yang membahas krisis air parah dan dihadiri sedikit Anggota Parlemen, Shashi Tharoor mengangkat masalah menarik. Anggota parlemen ini mengklaim Cina sengaja memanfaatkan aplikasi video Tik Tok untuk mengumpulkan data pribadi penduduk India secara ilegal. Tharoor menegaskan aplikasi tersebut bisa “mengancam keamanan negara”.
Dia melontarkan tuduhan tersebut pada Zero Hour. Tujuannya agar Dewan Perwakilan Rakyat mulai melakukan sesuatu untuk mengatasi perlindungan data yang lemah di India dan menyadarkan para anggota parlemen betapa negara sangat rentan mengalami kebocoran data dan pengawasan dari negara lain.
Videos by VICE
“Baru-baru ini, Tik Tok didenda US$5,7 juta (setara Rp80 miliar) oleh AS karena telah melanggar privasi anak-anak,” katanya saat menjadikan kasus di AS sebagai contoh, dikutip dari PTI. Tharoor juga mengaku ada laporan pemerintah Cina mendapatkan data dari Tik Tok—aplikasi yang populer di kalangan anak-anak dan remaja—melalui perusahaan telekomunikasi milik negara China Telecom.
Aplikasi satu ini cukup sering menuai kontroversi sampai-sampai banyak pihak yang ingin memblokirnya. Namun, Tik Tok telah membantah tuduhan Tharoor dalam sebuah pernyataan, “Tuduhan tersebut tidak benar. Tik Tok sangat menjunjung tinggi privasi dan keamanan pengguna, dan mematuhi hukum dan regulasi di setiap negara tempat kami beroperasi.”
Manajemen bahkan mengatakan aplikasinya tidak beroperasi di Cina dan tidak pernah bekerja sama dengan China Telecom. “Data pengguna dari India disimpan di pusat data pihak ketiga yang terkemuka di AS dan Singapura.”
Follow Shamani Joshi di Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE India