Tiongkok Bantah Tudingan Akan Kirim Drone Kamikaze ke Rusia

russia drone ukraine china

Produsen drone asal Tiongkok menepis kabar yang menyebut pihaknya akan memasok ratusan senjata ke Rusia.

Kabar tersebut pertama kali terungkap dalam majalah Jerman Der Spiegel pada Kamis (23/2) pekan lalu. Perusahaan Xi’an Bingo Intelligent Aviation Technology dituding sepakat memproduksi dan menguji coba 100 drone kamikaze jenis ZT-180 yang dibutuhkan Rusia dalam melancarkan serangannya di Ukraina. 

Videos by VICE

Namun, laporannya tidak menyebut dengan jelas dari mana sumber informasinya diperoleh.

Saat dihubungi VICE World News, pihak perusahaan hanya mengatakan tidak pernah menjalin kerja sama dengan Rusia. Mereka menolak berkomentar lebih lanjut.

“Bingo Intelligent tidak pernah membuat kesepakatan apa pun bersama Rusia,” ujarnya.

Xi’an Bingo Intelligent Aviation Technology telah memproduksi berbagai alat penerbangan, seperti pesawat tanpa awak, sejak berdiri pada 2017. Perusahaannya sendiri beroperasi di provinsi Shaanxi, bagian barat laut Tiongkok.

Kabar itu mencuat tepat pada saat Tiongkok menghadapi tekanan dari negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Jerman. Beijing terancam dikenakan sanksi berat apabila kedapatan memberi bantuan militer ke Moskow. 

Tiongkok selalu menyangkal tuduhan menyediakan persenjataan ke pihak sekutu, namun laporan menunjukkan sebaliknya. Seperti dilansir Wall Street Journal awal bulan ini, sejumlah nama perusahaan pertahanan milik Tiongkok tercantum dalam data perdagangan Rusia. Perusahaan-perusahaan itu diyakini mengekspor peralatan navigasi dan suku cadang jet tempur ke Rusia sejak awal invasi. Bulan lalu, Bloomberg mengutip rencana Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengonfrontasi Beijing terkait keterlibatannya dalam perang Rusia.

Menurut laporan Der Spiegel, drone buatan Tiongkok bisa jadi punya desain mirip Shahed 136, drone Kamikaze ciptaan Iran yang mampu menyerang bangunan tempat tinggal dan pembangkit listrik.

Beijing kerap menggambarkan negaranya sebagai penengah dalam konflik Ukraina-Rusia. 12 poin rencana perdamaian telah diajukan Jumat (24/2) lalu sebagai bentuk desakan agar kedua negara segera melaksanakan gencatan senjata. Tak hanya itu saja, proposalnya menyerukan dicabutnya sanksi Barat terhadap Rusia.

Akan tetapi, peran Tiongkok sebagai penengah diragukan mengingat negara itu berhubungan baik dengan Rusia. Dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi pekan lalu, Presiden Vladimir Putin menyatakan telah mengantisipasi kedatangan Xi Jinping ke Rusia. Dilansir Wall Street Journal pada Selasa (21/2), Xi akan menghadiri sebuah pertemuan di Moskow.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sudah lama mengungkapkan keinginannya mendiskusikan proposal perdamaian bersama pemimpin Tiongkok. Namun, menurut Zelenskyy, Beijing menolak tawaran pembicaraan dengan Ukraina.

Drew Thompson, mantan pejabat Departemen Pertahanan AS, mengkhawatirkan proposal tersebut karena tidak secara tegas melarang penyediaan senjata ke Rusia. “Hubungan Tiongkok dengan Eropa berisiko hancur bila benar negara itu memasok senjata ke Rusia,” terangnya.

Tiongkok juga tak pernah mengkritik serangan Rusia di Ukraina. Sejauh ini, negara tersebut hanya menentang penggunaan senjata nuklir yang sering digembar-gemborkan Putin.

Follow Alan Wong di Twitter.