Winnie the Pooh ternyata bukan satu-satunya yang dicekal di Tiongkok lantaran kerap disamakan dengan Presiden Xi Jinping. Ada ratusan julukan lain yang tidak akan lolos sensor apabila warga menggunakannya di internet. Adolf Xitler dan CoronaXi hanyalah dua contohnya.
Pedoman penerapan sensor yang baru-baru ini bocor mengungkap 564 nama panggilan dan istilah sensitif terkait Xi Jinping yang teridentifikasi di aplikasi mirip Instagram, Xiaohongshu, selama periode dua bulan pada 2020. Tim moderator menyaring semua konten yang masuk ke dalam platformnya, dan menyensor istilah-istilah tersebut.
Videos by VICE
Dokumen setebal 143 halaman lebih lanjut menunjukkan, aplikasi juga memantau berita dan mengembangkan strategi untuk menekan penyebaran topik sensitif pada situsnya. Pedoman ini betapa kerasnya upaya Tiongkok mengendalikan opini publik di jagat maya.
File tersebut mencakup “buku harian sentimen publik” yang dicatat selama dua minggu mulai Mei 2020. Tim moderator bertugas menandai setiap berita yang berpotensi menarik perhatian publik dan mengidentifikasi kata kunci terlarang secara manual. Hal ini dilakukan guna meringankan beban kerja lembaga sensor, agar bisa lebih efektif menyaring konten di medsos.
“Tak pernah ada yang seperti itu saat saya masih bekerja di Weibo pada 2011. Kami hanya mengikuti perintah dan menghapus konten sesuai arahan. Kami sama sekali tidak ditugaskan membuat prediksi berdasarkan topik sensitif,” ungkap Eric Liu, mantan moderator konten Weibo yang memperoleh dokumen itu dari sebuah grup Telegram. Dia kini berprofesi sebagai analis untuk situs berita China Digital Times di Amerika Serikat.
VICE World News tidak dapat secara independen memverifikasi dokumen tersebut. Kami telah menghubungi Xiaohongshu, namun belum menerima tanggapan darinya.
Xiaohongshu umumnya digunakan untuk mengunggah konten gaya hidup dan traveling, tapi tim moderator wajib mengikuti kabar terbaru seputar bencana alam, insiden yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan publik, demonstrasi, skandal pemasaran dan acara politik penting. Menurut buku harian, mereka melaporkan rata-rata 30 peristiwa setiap harinya dan menerima instruksi khusus untuk menangani berita tertentu.
Contohnya, tim moderator wajib memperhatikan kondisi jalanan dari cuplikan video aksi unjuk rasa di pusat perbelanjaan Hong Kong. Mereka harus memastikan ada tidaknya grafiti dan slogan protes di wilayah tersebut.
Setelah menghapus unggahan, mereka perlu menandai kata kunci dari postingan tersebut untuk disaring kedua kalinya. Tujuannya agar tidak ada istilah terlarang yang lolos sensor.
Liu menyebut langkah-langkah tambahan diterapkan di luar proses sensor sesungguhnya guna mengikuti aturan pemerintah yang terus berubah.