Salud

Tiongkok Hapus Semua Postingan Mengenang Dokter yang Pertama Memperingatkan Virus Corona

Karangan bunga dan foto diletakkan di depan rumah sakit di provinsi Hubei untuk menghormati mendiang dokter Li Wenliang pada 7 Februari 2020. (Chinatopix via AP)

Pemerintah Tiongkok sedang sibuk mengenyahkan semua kritik yang ditujukan kepada mereka setelah terkuaknya berita kematian Li Wenliang, dokter yang memperingatkan dunia akan ancaman wabah coronavirus.

Warga Tiongkok melancarkan aksi protes online beberapa jam setelah kematian Li dikonfirmasikan pada Kamis. Mereka menyayangkan sikap pemerintah yang membungkam sang dokter dan mengabaikan ancaman krisis kesehatan, yang telah menginfeksi setidaknya 31.000 orang dengan 637 kasus kematian.

Videos by VICE

Mereka memberikan penghormatan terakhir kepada sang dokter pada dua situs medsos populer di Tiongkok, WeChat dan Weibo. Sebagai bentuk kecaman, tagar-tagar seperti “Pemerintah Wuhan harus meminta maaf kepada Dr. Li Wenliang” dan “Berikan kami kebebasan berbicara” dengan cepat ngetren di Weibo.

Beberapa pengguna mengutip lagu “Do You Hear the People Sing”, menyinggung Pasal 35 konstitusi Tiongkok yang memberikan kebebasan berbicara, dan membagikan bait puisi “For Whom the Bell Tolls”.

“Ini adalah kematian pahlawan berjasa,” bunyi komentar di Weibo.

Namun, pemerintah menghapus semua postingan tersebut sebagai bagian dari upaya membungkam kritik terhadap mereka. Pasalnya, mereka dinilai lamban merespons laporan awal dari Wuhan pada Desember.

Pemerintah mengeluarkan instruksi penyensoran kepada media setelah dokter Li meninggal dunia. Mereka “melarang kontribusi media independen dan laporan yang membawa sensasi.”

Berdasarkan salinan instruksi yang dibocorkan kelompok pemantau internet Tiongkok di California China Digital Times, kantor berita juga dilarang keras “membuat topik khusus, mengambil topik dari daftar pencarian terpopuler, dan mengendalikan informasi berbahaya secara ketat.”

Pemerintah bahkan mengendalikan berita kematian Li, kemungkinan untuk menekan kritik dan amarah yang muncul karenanya.

Media nasional seperti People’s Daily dan Global Times mengabarkan kematian Li pada pukul 22.30 waktu setempat, yang dengan cepat diberitakan media internasional.

Namun, tangkapan layar di Weibo menunjukkan pemerintah langsung melayangkan “instruksi pelaporan” kepada jurnalis untuk meralat beritanya. Media yang dikelola pemerintah segera menghapus artikel mereka, dan mengklaim Li masih dalam kondisi kritis.

mengonfirmasi

Dokter Li meninggal dunia karena coronavirus. Dia terinfeksi sebulan setelah memperingatkan keluarga dan teman-temannya soal potensi wabah baru lewat chat pribadi WeChat. Dokter mata itu melihat kasus penyebaran di tempatnya bekerja, Rumah Sakit Pusat Wuhan. Setelah peringatannya viral di internet, otoritas Tiongkok mengancam sang dokter dengan konsekuensi serius jika dia membahas soal ini lagi.

Li diizinkan bekerja kembali, tapi tanpa sadar mengobati pasien yang terjangkit coronavirus seminggu setelahnya. Dia tertular beberapa hari kemudian, dan dirawat di ruang intensif. Pembungkaman Li adalah upaya baru Beijing menyensor komentar negatif tentang wabah coronavirus. Dan sekarang, tak sedikit penduduk Wuhan khawatir ada suara kritis lain yang dibungkam.

Mantan pengacara HAM Chen Qiushi, yang dikenal melakukan pelaporan kritis selama protes Hong Kong, rajin memperlihatkan kondisi terkini Wuhan lewat media sosialnya.

Salah satu video Chen menayangkan pengakuan sopir taksi di Wuhan yang mengetahui wabah ini sejak pertengahan Desember. Tenaga medis di rumah sakit Wuhan juga tertular coronavirus, meski pemerintah berkata sebaliknya.

Akun WeChat Chen di-suspend tak lama setelah dia tiba di Wuhan pada 24 Januari. Pengguna lain juga terancam diblokir jika mereka menyebarkan video Chen, termasuk perjalanannya ke rumah sakit setempat dan wawancara dengan warga yang marah melihat lambannya pemerintah.

Teman-teman Chen kini melaporkan tidak mendengar kabar darinya sejak Kamis pukul 19.00. Pada hari itu, dia berencana mendatangi rumah sakit sementara yang menampung pasien coronavirus. Ibunya mengunggah video minta bantuan mencari sang anak di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News