Nama Anak Bernuansa Puitis Diprediksi Bakal Jadi Tren yang Awet di Indonesia

Tren nama anak puitis diprediksi akan awet di Indonesia

Baru sebentar kita hidup damai dari perbincangan nama Kenzo dan Queensha, warganet sudah ngambil kebijakan baru bahwa obrolan nama anak modern ini perlu sekuel. Kali ini, giliran nama anak Indonesia puitis yang disorot.

Di Twitter, perbincangan terkait isu tersebut ramai setelah pesohor Fiersa Besari mengumumkan nama anak pertamanya: Kinasih Menyusuri Bumi. Nama ini sekilas wajar-wajar saja melihat kegemaran penyanyi dan penulis tersebut naik gunung. Tapi nama puitis ini ternyata memancing akun Twitter @wderiana buat mendaftar nama sejenis dari pesohor lain. Seperti biasa, warganet menyambutnya dengan berbagai reaksi.

Videos by VICE

Cuitan, per 18 Februari 2021, sudah dibagikan lebih dari 42 ribu kali. Dalam daftar yang dibuat, ia turut mencantumkan beberapa nama yang sudah kita kenal: Anakku Lelaki Hoed (anak Melly Goeslaw), Kale Mata Angin (anak Rachel Maryam), atau Canting Nada Renjana (anak Rahne Putri). Ada juga nama puitis tapi kayak rada ribet seperti Air Rumi Akbar 1453 (anak Ammar Zoni).

Unggahan daftar ini ditafsirkan luas oleh netizen. Ada yang jadi takut ngasih nama anak puitis karena takut diolok-olok, ada yang ngebanding-bandingin sama nama anak puitis yang lebih dulu hadir di Indonesia tapi dianggap kurang dapat sorotan, dan tentu saja, ada yang melihat potensi komedi dan berusaha bikin kelucuan:

VICE lantas menghubungi Langit Jiwa Penyaksi, seorang YouTuber berusia 22 tahun asal Bekasi, untuk menanyakan pengalaman hidupnya mengemban nama puitis selama lebih dari dua dekade.

“Nama saya hampir selalu jadi bahan pembicaraan pertama kalau naik ojek online. Setiap dapat [sopir], mereka malah suka nelepon mastiin apakah nama saya beneran Langit. Suka dibercandain juga sama mereka ‘Mas Langit, kan? Buminya mana?’,” cerita Langit kepada VICE. Ia mengaku, namanya sering membuat kasir kafe memanggil dua-tiga kali, memastikan ada nama yang beneran Langit. “Suka dikira nama fiktif,” tambahnya.

Langit menceritakan kebingungan akan namanya kebanyakan hadir ketika ia menemui orang yang lebih tua usianya. “Dosenku sering nanya, ini kalau namanya ‘Langit’ nama kakak-kakaknya siapa ini? Orang tuanya seniman ya? Tapi dengan nama ini, aku jadi gampang diingat,” ujar Langit.

Yosef Kelik, seorang peracik nama profesional, menganggap tren nama anak genre tertentu bermula saat seseorang yang punya banyak pengikut melakukannya.

“Tren lazimnya melibatkan kelas paling berpengaruh dari suatu kelompok masyarakat. Suatu model nama yang awalnya dianggap kurang lazim atau terlalu eksperimental, lama-lama dianggap lazim hingga banyak ditiru. Imitasi secara luas akan mengakhiri kebanyakan nama yang pernah dianggap ngetren. Ini karena kalangan paling terdidik, paling berpengaruh, atau paling berbudaya setelah beberapa tahun melihat suatu nama jadi pasaran, lalu mereka akan hadirkan model nama baru sebagai awal tren baru. Siklusnya akan demikian,” kata Yosef kepada VICE.

Kelik lantas menyebut siklus ini akan membuka kesempatan bagi nama yang sempat dianggap jadul untuk ngetren kembali. Wah, apakah sekarang saatnya para orang tua muda memberi nama anaknya dengan Alfonso d’Albuquerque?

Ia memprediksi, tren nama anak puitis dengan unsur-unsur alam seperti anak Fiersa Besari berpotensi berlangsung lama. “Kalau menurut saya, tren puitis kiwari ala penamaan oleh Fiersa Besari ini punya potensi awet. Punya potensi penamaan ala Arab Modern yang pernah naik daun medio ‘90-an sampai sangat dominan di sepanjang dekade awal 2000-an, bahkan masih ada pengaruhnya sampai sekarang,” tambah Kelik.

Kalau emang suka, tak masalah buat calon orang tua mengikuti tren apa saja. Itu hak pribadi tiap individu. Semakin bagus kalau orang tua udah ngamanin username anaknya sekalian untuk berbagai kanal medsos. Mau gimana lagi, udah tuntutan jaman.