Turki Alami Kebakaran Hutan Terburuk Dalam Sejarah, Foto-Fotonya Terasa Apokaliptik

Turkey Is Battling Its Worst Wildfires in Decades and the Photos Are Apocalyptic

Pemerintah Turki meminta bantuan internasional sejak awal Agustus 2021, akibat meluasnya kebakaran hutan, khususnya di beberapa kawasan tujuan wisata. Menurut catatan pemerintah, ini kebakaran hutan terburuk yang pernah dialami negara tersebut sekian dekade terakhir.

Salah satu kebakaran terburuk dialami Kota Bodrum, kawasan pesisir Laut Adriatik yang menjadi lokasi favorit turis internasional ke Turki. Beberapa bukit terbakar hebat, memicu asap pekat.

Videos by VICE

Ratusan turis terpaksa diungsikan akhir pekan lalu lewat kapal, karena jalur darat tertutup asap tebal dan kobaran api. Delapan orang dilaporkan tewas akibat insiden ini. Kota lain di Turki yang kini lumpuh akibat kebakaran hutan adalah Marmaris, yang juga dikenal sebagai destinasi wisata unggulan.

Tourists wait to be evacuated as wildfires rolled down the hill in Bodrum on the 1st of August. Photo: AP Photo/Emre Tazegul
Turis di dekat Bukit Bodrum Turki menanti upaya evakuasi kapal akibat kebakaran yang melanda bukit di dekat resor wisata. Foto: AP Photo/Emre Tazegul

Musim panas di kawasan tenggara Eropa, mencakup Turki, amat kering pada pertengahan 2021. Alhasil, rumput-rumput amat mudah terbakar secara alami. Pemerintah Turki menduga kebakaran hutan masih akan terus terjadi hingga setidaknya akhir September mendatang.

https://twitter.com/Reemjihad1/status/1421910839381139467

Untuk memadamkan api yang meluas, Turki mengerahkan tenaga manusia di lapangan. Namun, upaya itu tidak efektif karena butuh dukungan pesawat penyiram air. Masalahnya, Turki tidak memiliki pesawat macam itu di tim SAR nasionalnya. Turki akhirnya meminta bantuan pinjaman pesawat ke Spanyol, Italia, Kroasia, dan Azerbaijan.

AP_21211274200574.jpg
Tim pemadam dibantu warga sipil berusaha menjinakkan api dari perbukitan di Kota Kirli. Foto AP

Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan pada akhir pekan lalu, menyambangi daerah-daerah yang terparah mengalami kebakaran hutan, khususnya Marmaris. Dia mengirim sembako bagi pengungsi.

Kebakaran hutan tidak hanya dialami Turki. Italia serta Yunani menghadapi problem serupa sebulan terakhir, namun tidak sampai separah negara tetangga mereka itu. Otoritas Turki dikritik, karena dianggap lamban merespons api di perbukitan yang menjalar dengan cepat, sehingga menjangkau kawasan padat penduduk serta destinasi wisata.

Awalnya Turki sempat menolak bantuan dari Yunani dan Cyprus, namun ketika kebakaran terus meluas, akhirnya pemerintah setempat bersedia melunak dan meminjam pesawat penyiram air.

After almost a week of refusing aid from Greece and Cyprus, Turkey agreed on Sunday to accept two firefighting planes from Spain and one from Croatia as part of an EU assistance program. Turkey, which has no operational firefighting planes at the moment, – once had a robust fleet of firefighting planes of its own, even sending two to help Israel as it battled a historically-large blaze in 2010. The planes were decommissioned in 2018 because of budget cuts, according to the Turkish media.

Firefighters battle against forest fires out in the Manavgat district of Antalya on Monday. Photo: Mustafa Ciftci/Anadolu Agency via Getty Images
Tim pemadam berusaha memadamkan bukit yang terbakar di Distrik Manavgat, Antalya. Foto oleh Mustafa Ciftci/Anadolu Agency via Getty Images

Merujuk data pada 2 Agustus 2021, suhu di kawasan pesisir laut Adriatik mencapai 44 derajat celcius, amat panas untuk ukuran negara mediterania. Suhu tersebut memicu gelombang panas, yang kemudian membuat rumput cepat kering. Di Yunani sendiri, kebakaran hutan mulai mendekat Ibu Kota Athena.

Firefighters battle a blaze in Antalya. Photo: Mustafa Ciftci/Anadolu Agency via Getty Image
Tim pemadam Turki berusaha menjinakkan api di perbukitan Antalya. Foto oleh Mustafa Ciftci/Anadolu Agency via Getty Image

Sejauh ini, otoritas metereologi Yunani maupun Turki menyebut rangkaian kebakaran hutan tersebut sebagai fenomena alam biasa, dan tidak ada ulah manusia sama sekali. Namun, mengingat anomali cuaca akan sering terjadi akibat perubahan iklim, ilmuwan khawatir tragedi macam ini bakal kembali terulang dalam waktu dekat.