Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard
Perang Saudara di Suriah telah berkecamuk selama tujuh tahun dan memakan korban puluhan juta orang. Penyintas konflik berdarah ini harus memilih antara tetap tinggal di Suriah di tengah kengerian perang atau angkat kaki dari kampung halaman mereka dan jadi pengungsi di negeri orang. Lalu, Lantaran runtuhnya sistem layanan kebutuhan dasar, para penyintas ini membutuhkan dukungan dari komunitas internasional untuk sekadar menyambung hidup.
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) percaya bahwa para gamers dan duit kripto bisa jadi solusi masalah yang dihadapi para penyintas Perang Bersaudara di Suriah.
Videos by VICE
Tanggal 2 Februari lalu, UNICEF meluncurkan Game Chaingers—sebuah inisiatif penggalangan dana yang bertujuan untuk memanfaatkan teknologi blockchain mengumpulkan dana bagi anak-anak Suriah. Menurut UNICEF, setidaknya terdapat sembilan juta anak-anak di Suriah yang terancam kehilangan semua “pertolongan darurat yang sangat vital bagi mereka”. Konsep Game Chainger sangatlah sederhana: UNICEF mengimbau para gamer di seluruh dunia untuk menghubungkan graphic card mereka ke blockchain untuk menambang ether—duit kripto dalam blockchain Ethereum, guna disumbangkan pada anak-anak suriah.
Untuk bisa menghasilkan koin digital baru lewat sebuah proses yang disebut “mining,” pemburu duit kripto akan “mengorbankan” komputernya untuk mengerjakan formula matematika kompleks guna menambahkan blok transaksi data baru ke blockchain. Jika, berhasil para pemburu ini akan mendapat upah beberapa keping mata uang kripto. Graphic card super kuat yang biasanya diburu para gamer untuk memainkan game dengan grafik yang super wah ternyata juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ini.
“Berkat bantuan graphic card para gamer, donor kini tak harus menyumbang satu Euro pun untuk mendukung kegiatan UNICEF,” demikian keterangan UNICEF dalam video rilisan mereka. UNICEF mengatakan bahwa mereka merangkul para gamer karena mereka adalah para “aktivis dan sangat suportif.” tambahan lagi, para gamer dipastikan punya graphic kuat yang bisa dimanfaatkan untuk menambang duit kripto.
Game Chaingers adalah hasil kerja sama antara UNICEF dengan agensi periklanan asal Perancis, BETC.
“Kami bertanya pada diri sendiri, ‘Di mana kami bisa menemukan graphic card kuat (dan siap digunakan) dalam jumlah banyak yang bisa menghasilkan bagi organisasi ini’” ujar juru bicara BETC Bao Tu-Ngoc lewat sebuah email. “Sepuluh menit berselang, kami dapat jawabannya: di kalangan para gamer.”
Gamer yang ingin berpartisipasi dalam program ini hanya perlu mengunjungi website Game Chaingers, menginstal program penambang duit kripto Claymore dan membiarkan graphic card mereka mengerjakan sisanya. Selanjutnya, komputer gamer-gamer ini akan masuk dalam mining pool Ethermine yang sudah tersedia.
Semua hasil penambangan akan dialirkan ke UNICEF. Layaknya sebuah video game yang baik, Game Chaingers mencatat statistik tiap gamer yang ikut serta dalam inisiatif ini. Saat naskah ini ditulis, menurut data yang dibeberkan UNICEF, 514 orang penambang telah berhasil menjari dana sebesar kurang lebih $1,700 (sekitar Rp23,1 juta), dan seorang User bernama “ANTONYMOUS” berada di urutan pertama pendulang duit kripto paling banyak.
Akhir-akhir ini, UNICEF memang terus mencari cara untuk mengintegrasikan teknologi blockchain dan mata uang kripto dalam program-programnya. Misal, UNICEF kini menerima aplikasi dari perusahaan rintisan blockchain untuk mendapatkan modal awal sebesar $50-90.000 (sekitar Rp681 ribu-Rp1,2 miliar). Badan PBB pun tak mau ketinggalan. Wolrd Food Program contohnya pada 2017 memulai membuka donasi dalam sebuah blockchain.
Donor lain yang kebetulan bukan gamer sebenarnya bisa menyumbang duit kriptonya langsung ke UNICEF tanpa harus mengorbankan graphic card mereka untuk menambang duit kripto. Namun, harus dicatat, transfer duit kripto macam punya enviromental cost sendiri begitu transaksinya akhirnya ditambang ke dalam blockchain.
Game Chainger adalah bagian tren donasi dan penggunan nirlaba blockchain untuk menolong orang lain. Contoh lainnya adalah Bail Bloc. dalam kasus ini, duit kripto dijadikan uang jaminan untuk membebaskan seorang tahanan seandainya yang bersangkutan tak memiliki uang yang cukup.
Ironisnya, keduanya adalah contoh penggunaan blockchain, sebuah teknologi yang masih kontroversial di kalangan pembuat kebijakan.