The VICE Guide to Right Now

Pengguna Baru Install TikTok Konon Tak Bisa Melihat User yang Wajahnya 'Jelek'

Ada laporan bila moderator diminta menyembunyikan video pengguna yang memiliki “banyak kerutan kulit” atau “perut buncit” supaya akun baru tertarik terus memakai TikTok.
Shamani Joshi
Mumbai, IN
Ilustrasi tangan memegang ponsel
Foto oleh Markus Winkler / Unsplash

Walau terkesan alay dan norak, TikTok memberikan wadah bagi siapa saja yang ingin terkenal dengan minim pengikut. Sayangnya, aplikasi video milik ByteDance tidak inklusif seperti yang mereka gaungkan selama ini.

Media non-profit AS The Intercept belum lama mengekspos praktik licik di TikTok. Moderator dilarang mempromosikan video pengguna “berwajah jelek” atau berlatar “kumuh” dan “bobrok” di laman rekomendasi ‘For You’. Bocoran dokumen menyatakan moderator secara spesifik disuruh menyembunyikan pengguna yang “memiliki banyak kerutan” atau “bentuk tubuh tak sedap dipandang”, seperti “perut buncit” dan “gigi tidak rapi”.

Iklan

Mereka bahkan dilaporkan menyembunyikan video berlatar tembok retak atau rumah dengan dekorasi usang, karena dapat membatasi jangkauan suatu postingan. Akan tetapi, “pemandangan alam pedesaan yang indah menjadi pengecualian.”

“Videonya menjadi tidak menarik jika penampilan fisik atau latar tidak bagus, sehingga tidak cocok untuk direkomendasikan ke pengguna baru,” bunyi pedoman yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin untuk digunakan secara global.

Kepada The Verge, juru bicara TikTok menyangkalnya dengan alasan mencegah perundungan pada platform. Tetapi sepertinya mereka selalu menggunakan alibi ini ketika menghadapi masalah. Pihak TikTok menyatakan hal serupa ketika mereka tertangkap basah menargetkan dan menghambat jangkauan video buatan komunitas LGBTQ dan difabel.

Dokumen tersebut lebih lanjut mengungkapkan TikTok menyensor kritik terhadap Partai Komunis Tiongkok atau video yang “menodai nama baik pegawai negeri sipil”.

Tak hanya itu saja, aplikasi ini juga memiliki moderasi dan model pengumpulan data yang mencurigakan. Dimiliki perusahaan Cina, TikTok dituduh menyensor aksi demo pro-demokrasi Hong Kong dan mengancam keamanan nasional AS. TikTok juga, entah mengapa, membubarkan tim moderator sebelum The Intercept mengulik keanehan pedomannya. Pihak TikTok berujar akan membuka pusat transparansi di Los Angeles agar pakar dapat mengulas konten dan praktik moderasi mereka.

Betapa disayangkan, TikTok yang berpengaruh besar dalam budaya anak muda dan dianggap progresif rupanya tidak seramah itu.

Follow Shamani Joshi di Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE INDIA.