Dalam pengantar daftar album Indonesia terbaik sepanjang 2009-2019 versi VICE, redaksi sempat menyinggung disrupsi teknologi sebagai salah satu aspek yang mengubah wajah industri musik Tanah Air. Untuk aspek penulisan lagu, teknologi jelas menjadi faktor pembeda nomor satu sepanjang dekade ini. Kekuasaan platform streaming mempengaruhi proses penulisan lagu. Sebisa mungkin lagu harus ramah algoritma, dan ada sekian rumus yang "wajib" diikuti agar karyamu menjangkau pendengar masa kini. Sekian kredo itu, misalnya, tempo lambat, intro yang singkat, hingga rata-rata chorus datang pada menit pertama.
Dampak dari pendekatan formulaik tersebut, musik seringkali direduksi sekadar latar menenangkan hati atau sebagai teman berkegiatan. Lagu bukan lagi sarana menyampaikan wacana, berdialog, dan menantang batas-batas musikalitas dalam perjalanan karir seorang seniman.Karena itulah, tim redaksi VICE—dibantu kontributor tamu Farid Amriansyah (awak 97,5 Play FM Palembang serta pengelola label Rimauman Music), Annisa Maharani & Sabrina Eka Felisiana (personel SARANA dari Samarinda), serta Dimas Ario (pengamat musik)—berusaha mencari karya-karya yang menantang, menyajikan sikap, sekaligus menawarkan kebaruan merespons kejumudan industri.Sama seperti pemilihan album terbaik, para kontributor tamu menyerahkan daftar versi masing-masing, lantas dipilah redaksi untuk mencari nominasi yang beririsan, dan selanjutnya kami pilih dalam format peringkat. Daftar final yang kalian baca di bawah sepenuhnya keputusan redaksi VICE (dengan bias politik keredaksian kami tentunya), tak lagi terkait kontributor yang kami minta bantuan memperkaya seleksi awal. Meski begitu, catatan maupun ulasan tiap kontributor tetap kami kutip dan sunting untuk keterangan tiap album terpilih.Redaksi VICE meyakini lagu harus lebih bernilai dari sekadar bunyi pengiring aktivitasmu. Apalagi adanya label lagu terbaik, versi VICE tentu saja, kami anggap sebagai representasi musik yang kompeten dalam kekaryaan, mewakili keberagaman genre di negara ini, serta memperkaya hidup tiap pendengarnya.
Iklan
Berikut deretan 30 lagu terbaik Indonesia sepanjang 2009-2019 versi VICE. Klik tautan di bawah judul lagu, untuk mendengarkan versi lengkap ataupun cuplikan musiknya.Selamat merayakan musik (Indonesia) yang membahagiakan dan semoga dekade yang lebih menarik segera kita jelang.Ketika Isyana memutuskan menerima pinangan major label, sebagian pihak menyayangkan kemungkinan bakatnya tak dimaksimalkan 100 persen. Isyana adalah musisi yang sudah berkarir di berbagai pentas prestisius (termasuk di ranah opera), sebelum meluncurkan "Keep Being You" pada 2014. Untunglah, kekhawatiran itu kini bisa dibantah. Di penghujung dekade ini, Isyana tanpa aba-aba menyodorkan terobosan penuh keberanian dari seorang musisi yang seolah tak mengindahkan zona nyamannya di ranah pop. Aransemen musik elegan yang bermain dengan rock progresif tanpa kehilangan keanggunan. Megah.Lagu karismatik yang pertama kali memperkenalkan Barasuara ke pendengar musik Indonesia. Komposisi dan aransemen lagu yang kuat bisa dibilang membuat lagu ini adalah anthem yang melekat dan penting dalam repertoar Barasuara. Eklektik dan epik, pop dalam kemasan arena rock yang amat matang.Lagu ini mendapat kesempatan hidup kedua setelah dirilis empat tahun sebelumnya dan cukup besar di skena bawah permukaan. Tangan dingin produser Mondo Gascaro menambahkan guratan seksi gesek yang menyayat serta dentingan piano yang anggun. Lagu ini langsung tumbuh mekar bagaikan bunga-bunga di musim semi sekaligus mentahbiskan Payung Teduh di saat itu, menjadi produsen lagu-lagu paling romantis di Indonesia.
30. Isyana Sarasvati - Lexicon
29. Barasuara - Api & Lentera
28. Payung Teduh - Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan
Iklan
27. .Feast - Peradaban
26. Laze - Budak
25. Raisa - Bye Bye
Iklan
24. Bin Idris – Rebahan
23. Belkastrelka - Penyusup
Iklan
22. NDX AKA - Kimcil Kepolen
21. Milisi Kecoa - Ini Bukan Arab, Bung!
Iklan
Itu adalah penjelasan dari Tremor, vokalis Milisi Kecoak, perihal lirik lagu yang dia tulis dan dirilis pada 2009 lalu. Sayangnya, wacana ini masih terasa sangat relevan hingga sekarang, dan mungkin kapanpun. Ditemani musik hardcore punk 80an ala Black Flag yang simpel, lugas dan kasar, "Ini Bukan Arab, Bung!" adalah sebuah anthem klasik dari kancah punk yang mungkin akan selalu memicu dialektika, dan karenanya, sangat kita perlukan di masa sekarang.Sebuah interpretasi mengenai kelahiran, kehidupan dan kematian dalam sebuah lagu. Diawali dentingan gitar minimalis lembut layaknya mengiringi kelahiran, berangsur-angsur bertambah ramai dengan irama musik yang membuat badan bergoyang. Semua itu merupakan representasi proses menjalani kehidupan (sebisa mungkin penuh semangat). Aransemen di lagu ini juga terdengar kaya dan bergizi, dirasuki ruh musik Pop kreatif Indonesia akhir 70'an.Tak pernah berpijak di satu genre secara spesifik membuat musik Stars And Rabbit amat kaya warna, dan pastinya menyisakan gurat yang membekas di lubuk hati terdalam. Sensasi itu bisa kita rasakan dari lagu “Man Upon The Hill”. Lagu yang dipastikan menduduki posisi pertama di hati penggemar duo ini. Musiknya diracik dengan cantik, memperkuat voka Elda yang sangat berkarakter. Kita tak akan bisa lepas setelah sekali mendengarkannya. Lagu ini menyelinap dan berdiam di kepalamu.
20. Maliq & D'Essentials – Semesta
19. Stars and Rabbit - Man Upon The Hill
Iklan
18. Kelompok Penerbang Roket - Mati Muda
17. Seringai - Dilarang di Bandung
16. HiVi! - Remaja
Iklan
15. Tika & The Dissidents - Tubuhku Otoritasku
14. Tulus - Jangan Cintai Aku Apa Adanya
13. Bars of Death - Tak Ada Garuda di Dadaku
Iklan
12. Barefood - Perfect Colour
11. Dipha Barus feat. Kallula - No One Can Stop Us
10. Pangalo! - Menghidupi Hidup Sepenuhnya
Iklan
Ajakan Pangalo! terasa tulus, penuh daya hidup, dan karena layak dinobatkan sebagai lagu terbaiknya (bahkan yang terbaik rasanya dari kancah hip hop lokal satu dekade terakhir). "Menghidupi Hidup" dapat dihayati siapapun—lepas dari spektrum politik apa yang sedang kalian yakini. Semacam irama dansa untuk bangkit dari keterpurukan.Lagu penghargaan yang ditulis Ananda Badudu untuk kisah Opa dan Omanya yang masih mesra hingga dipisahkan ajal di usia senja. Sebuah harapan baik bagi siapa saja yang menjalin hubungan pernikahan. Karena itu lagu ini mulai terdengar di berbagai momen pernikahan, terutama sejak digunakan sebagai unofficial soundtrack pernikahan Raisa. Tapi lepas dari berbagai gimmick dan popularitasnya, "Sampai Jadi Debu" adalah sebuah melankoli yang amat indah. Ia akan menjadi lagu wajib tembang kenangan, kelak saat generasi muda kiwari telah menjadi manula.Untuk kategori album, debut Jason Ranti dinobatkan VICE sebagai salah satu album terbaik dekade ini. Namun, Sekilas Info, album keduanya yang rilis pada 2019, memuat lagu terkuat yang pernah dia buat. Lagu yang sebetulnya sudah rutin dia bawakan di berbagai panggung sejak dua tahun lalu. Jeje, panggilannya, adalah pengkhotbah yang sanggup menghipnotis siapapun, ketika dia memimpin peribadatan dari atas panggung. Namun di lagu inilah, siapapun sukses dia ajak mengumandangkan mantra magis: "Nakal Boleh, Jahat Jangan."
9. Banda Neira - Sampai Jadi Debu
8. Jason Ranti - Blues Lendir
Iklan
Sebuah anthem liberal, yang tak terasa pretensius sama sekali. "Blues Lendir" adalah lagu kebangsaan untuk melawan revisi UU KUHP, beleid yang mengancam privasi kita semua. Dan, di balik analogi-analoginya yang komikal, ada keindahan terselip di sana. Serta seruan lantang agar kita bersolidaritas pada mereka yang terpinggirkan. "Jangan sekali-sekali kau hina jablay//di selangkangannya roda pembangunan mendapatkan lampu hijau."Amin!Lagu perpisahan yang tidak mendayu-dayu, menggelitik, sekaligus mewakili realitas anak muda (apakah ini gambaran perpisahan kekasih akibat salah satunya harus melanjutkan studi lewat beasiswa LPDP? Mungkin saja. Kalian bebas membayangkan berbagai kemungkinannya.) Tapi tentu tak cuma itu, liriknya menohok dengan kandungan kearifan lokal, terutama soal imaji kota Surabaya yang menjadi latar sentral album Dosa, Kota dan Kenangan.Silampukau sukses membandingkan Surabaya dengan Paris dalam relasi menarik, jelas tidak apple to apple, melainkan lewat anggur to anggur (Merlot dan Cap Orang Tua). Lagu ini kaya rasa, sama seperti anggur yang mengubah tiap tetesnya menjadi penyesalan dan tawa lepas kalian. Ada kepahitan, sedikit rasa manis, nostalgia, dan yang pasti, siapapun itu pasti merasa butuh segera mendatangi Surabaya, mencecap segala sensasi dari kota tersebut.Kidung pujian nan syahdu yang mengawali dekade 2010 ini diciptakan serta dilantukan oleh Leilani Hermiasih. Frau menghasilkan banyak komposisi pop yang amat kemilau (salah satunya "Tarian Sari" dari album Happy Coda). Namun single dari album debutnya ini berada dalam tingkatan atmosfer berbeda—penuh harapan dan bergelimang keindahan. Ada yang ajaib dari dentingan pianonya yang bersahaja namun tetap terdengar "visual". Lagu ini menempatkan Frau sebagai salah satu penulis lagu pop terdepan di Indonesia sepanjang dekade terakhir.
7. Silampukau - Puan Kelana
6. Frau - Mesin Penenun Hujan
Iklan
5. Kunto Aji - Rehat
4. Bangkutaman - Ode Buat Kota
Iklan