Sains

Mulai 2021, Bayi Bisa Minum ASI Buatan Lab

Startup Singapura ini berharap semua bayi bisa minum susu yang bersih, aman dan sehat. Tapi apakah para ibu percaya kualitas ASI rekayasa macam ini?
Koh Ewe
oleh Koh Ewe
SG
bayi minum susu
Foto ilustrasi: Kelly Sikkema via Unsplash

Air susu ibu dipercaya sebagai sumber nutrisi terbaik untuk bayi, tapi sayang sekali pemberian ASI-nya tidak semudah itu. Tidak semua ibu mampu mengeluarkan ASI. Lalu ada juga kondisi-kondisi tertentu yang menghalangi mereka untuk menyusui anaknya. Sang ibu mungkin harus bekerja, atau sedang di tempat umum dan dianggap tidak sopan jika menyusui anaknya di tengah keramaian.

TurtleTree Labs tergerak mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan ASI berbasis sel pertama di dunia. Startup Singapura itu tengah mengkomersilkan ASI yang dikembangkan dari sel induk dan kemudian diubah menjadi sel kelenjar susu.

Iklan

Pada 24 Juni, perusahaan berhasil mengumpulkan dana awal sebesar $3,2 juta (Rp46 miliar) untuk pengerjaan proyek. Dua investornya merupakan kelompok usaha sosial yang memprioritaskan keberlanjutan, yaitu Green Monday Ventures di Hong Kong dan New Luna Ventures di Amerika Serikat.

Inovasi ini dapat mengacaukan pasar susu formula global, yang memperoleh keuntungan $45 miliar (Rp653 triliun) pada 2018 dan diperkirakan mencapai $103 miliar (Rp1,4 kuadriliun) pada 2026.

Max Rye selaku co-founder TurtleTree Labs memberi tahu AFN, mereka berkolaborasi dengan empat hingga lima perusahaan nutrisi bayi terkemuka. Mereka berharap ASI buatan labnya sudah tersedia pada 2021 mendatang. Walaupun sekarang memprioritaskan ASI, Max juga tertarik mengembangkan alternatif yang lebih aman untuk “industri susu pada umumnya”.

TurtleTree Labs memiliki visi “menyediakan produk susu aman nan bersih dengan komposisi, fungsi dan rasa yang lengkap untuk semua anak di seluruh dunia.”

Menurut Max, ASI buatan lab ini memiliki “komponen nutrisi mirip” air susu ibu asli. Itu berarti produk ciptaan TurtleTree Labs akan berbeda dari susu formula yang mendominasi pasar.

Banyak orang kini beralih ke produk nabati dan daging buatan lab setelah menyadari dampak peternakan pabrik bagi lingkungan. Akan tetapi, kandungan gizi dalam susu berbahan nabati sangat berbeda dari produk susu kebanyakan.

Susu buatan lab dapat menciptakan nutrisi identik dengan cara yang lebih etis. TurtleTree Labs mengekstrak dan mengolah “sel-sel sapi perah yang dipilih secara manusiawi” menjadi susu melalui proses yang menirukan pembuatan alami. Produk finalnya nanti “95 persen lebih hemat sumber daya” daripada peternakan pabrik, menurut situs webnya.

Sejumlah orang berharap proyek TurtleTree Labs bisa menjaga keamanan pangan Singapura, mengingat negara ini sangat bergantung pada produk impor untuk memenuhi kebutuhan warga. Singapura mengimpor lebih dari 90 persen bahan makanan pada 2019. Komersialisasi susu buatan lab sejalan dengan visi negara “30 by 30”, yang bertujuan memproduksi 30 persen bahan makanannya sendiri pada 2030.

Co-founder Fengru Lin menyampaikan kepada KrAsia, startup ini juga dibantu Badan Sains, Teknologi, dan Penelitian Singapura (A*STAR) dan Universitas Nasional Singapura dalam mengembangkan susunya.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA