The VICE Guide to Right Now

Mulai 2021, Lembaga Antariksa Indonesia Mencari Alien dan Teliti Planet Mirip Bumi

LAPAN berencana memulai penelitiannya memanfaatkan observatorium terbesar ASEAN di NTT. Bagi kalian yang frustrasi melihat cara Bumi dikelola, inisiatif LAPAN layak didukung.
Observatorium LAPAN di NTT selesai dibangun 2021 untuk mencari exoplanet dan alien
Ilustrasi teleskop dan misi astronomi via Getty Images

Lagi panas-panasnya isu lingkungan di Taman Nasional Komodo, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) anggap saja berusaha solutif dengan caranya sendiri. Lembaga negara yang bertugas meneliti bidang kedirgantaraan ini mendadak muncul dengan berita penting. Mulai 2021, LAPAN akan mendeteksi kemungkinan keberadaan alien dan tempat layak huni selain Bumi.

Plot proyek ini mirip cerita Interstellar. Sebagai permulaan, peneliti akan melakukan karakterisasi planet di luar tata surya, yang biasa disebut exoplanet. Karakterisasi bertujuan untuk dapat memilah dari sekian banyak exoplanet yang masuk radar, mana aja yang berpotensi bisa ditempati. Peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto mengaku penelitian udah masuk tahap rencana strategis penelitian. 

Iklan

“Langkah awal dalam pencarian kehidupan lain di luar bumi adalah mencari planet dengan kondisi yang dinilai layak huni. Dalam rencana strategis penelitian kami, tahun depan LAPAN akan memulai studi fenomena transien, yakni fenomena yang terjadi secara insidental. Salah satu tujuannya adalah deteksi dan karakterisasi exoplanet,” kata Rhorom kepada CNN Indonesia.

Penelitian soal exoplanet tersebut akan jadi yang pertama dilakukan peneliti Indonesia. Rhorom mengaku program tersebut akhirnya bisa dilakukan setelah didirikannya Observatorium Nasional Timau di, ironisnya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fasilitas ini diharap Rhorom bisa melakukan perburuan planet-planet layak huni lain.

observatoriumnasional.jpg

Konsep observatorium LAPAN di Timau NTT, yang selesai dibangun pada 2021. Foto dari arsip LAPAN

Bisa jadi pengumuman LAPAN adalah respons dari rilisnya penelitian terkait exoplanet baru-baru ini. Awal bulan, ilmuwan mengaku telah menemukan exoplanet yang diklaim lebih baik dari Bumi.

Dalam studi berjudul “In Search for a Planet Better than Earth”, geolog Washington State University (WSU) Dirk Schulze-Makuch mengidentifikasi 24 exoplanet layak huni dari 4.500 exoplanet yang masuk radar,. Beberapa kriteria planet layak huni tersebut seperti berusia antara 5-8 miliar tahun dan memiliki air. Salah satu planet bahkan diduga mampu menahan peluruhan zat radioaktif lebih baik dari bumi. 

Kendalanya cuma satu, kandidat planet ini berjarak 100 tahun cahaya dari bumi. Buat bayangan, kalau kita berangkat menggunakan kapal luar angkasa dengan kecepatan 8 kilometer per detik, kita baru akan sampai ke TKP setelah 3,72 juta tahun. Mantap, ini sih pas mereka mendarat, peradaban di Bumi udah jadi artefak semua.

Iklan

Untuk keberadaan alien, astronom Cornell University Lisa Kaltenegger menyebut memang ada kemungkinan kehidupan di 1.004 bintang yang juga masuk zona potensial layak huni. Asumsi sederhana Lisa: kalau penduduk Bumi aja berupaya mencari kehidupan lain di luar planetnya, hal yang sama tentu bisa dilakukan alien yang penasaran dengan keberadaan makhluk hidup di luar planetnya, termasuk Bumi.

“Jika para pengamat di luar sana mencari [keberadaan kehidupan di luar planetnya], mereka akan melihat tanda-tanda biosfer di atmosfer Bumi. Jika kami [peneliti bumi] menemukan planet dengan biosfer yang hidup, kami akan penasaran apakah ada kehidupan lain yang melihat kami juga atau tidak,” ujar Lisa.

Meski belum pernah dilakukan lembaga negara, penelitian alien di Indonesia bukanlah barang asing. VICE pernah ngeliput konferensi internasional bertajuk “Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI)” yang diselenggarakan Juli 2019 silam di Yogyakarta.

Venzha Christ, penggagas acara sekaligus bagian kolektif Indonesian Space Science Society (ISSS), memberikan poin penting bahwa alien enggak melulu soal makhluk hijau berkepala besar nan pintar, tapi bisa juga berupa makhluk mikroskopis dan virus.

Ide manusia pindah keluar angkasa juga sudah jadi pikiran para cendekiawan muslim. Salah satu yang jadi bahan pemikiran, gimana cara menentukan arah kiblat semisal kita pindah ke Mars? Artikel jurnal ini telah mencoba menjawabnya.

Yaudah, sembari menunggu perkembangan penelitian LAPAN, mari menutup tulisan dengan informasi dari peneliti The Habibie Center Ilham Habibie kepada VICE yang kalau semakin dibaca, semakin terasa kedalaman artinya.

"Jarak kita dengan galaksi lain itu jutaan tahun cahaya. Saking jauhnya, tiap kita lihat bintang di langit, yang kita lihat sebenarnya masa lalu."