FYI.

This story is over 5 years old.

Ilmu Peta

Sebuah Peta Menunjukkan Proses Manusia Mengubah Bentuk Bumi Sejak 1992

Disusun berdasarkan data satelit, peta ini menunjukkan perubahan lahan akibat pertanian, deforestasi, urbanisasi, dan macam-macam lainnya. Jadi manusia betulan mengubah dunia, sayang tidak selamanya positif.
Peta SPI menunjukkan alih fungsi lahan
Peta SPI menunjukkan alih fungsi lahan di Benua Amerika Sepanjang 1992 hingga 2015. Sumber: Tomasz Stepinski  

Bukan rahasia lagi bila manusia—makhluk hidup paling berisik dan berantakan— mengubah kondisi lingkungan di Planet bumi. Tapi memahami fakta ini secara abstrak itu sangat berbeda dengan melihat perubahan-perubahan global ini secara detail, seperti nampak dalam peta-peta yang diterbitkan Jurnal Internasional Observasi Bumi dan Geoinformasi.

Peta tersebut dibuat ahli ilmu geografi Tomasz Stepinski dan timnya di Laboratorium Informatika Luar Angkasa (SPI) di Universitas Cincinnati, visualisasi terperinci ini menunjukkan bahwa 22 persen permukaan bumi telah berubah dari 1992 sampai 2015, diakibatkan oleh manusia.

Iklan

Perubahan yang paling sering muncul adalah hilangnya perhutanan akibat perkembangan pertanian, dan sebaliknya—daerah pertanian menjadi perhutanan. Urbanisasi padang rumput, perhutanan, dan tanah pertanian juga terlihat di peta tersebut.

1543529380690-186490_web

Peta perubahan bentang alam di Afrika dan Oceania. Sumber: UC

"Ada banyak percakapan tentang perubahan lingkungan hidup," kata Stepinski saat dihubungi Motherboard melalui telepon. "Tapi tidak ada peta yang menunjukkan itu semua. Ada peta yang melingkupi isu-isu individu dan isu daratan, seperti perhutanan atau pertanian. Tapi belum ada peta yang menunjukkan segala jenis perubahan bentang alam."

Untuk mengatasi kekurangan data tersebut, Stepinski dan rekan-rekannya menggunakan data satelit yang dikumpulkan Inisiatif Perubahan Iklim di Badan Luar Angkasa Eropa, mengandung peta-peta darat geospasial yang tujuannya adalah memantau perubahan iklim.

Timnya memecahkan peta-peta tersebut menjadi wilayah seluas 81 kilometer persegi, lalu membuat legenda memakai kode warna berdasarkan sembilan tipe transisi yang terjadi antara kurun 1992 dan 2015 (pertambahan tanah pertanian ditandai warna kuning, kehilangan perhutanan ditandai warna merah, dst). Setiap warna memiliki spektrum yang menandai tingkat perubahan; warna paling terang menandai daerah yang telah berubah kurang dari 10 persen, dan warna paling gelap menandai daerah yang telah berubah 30 persen atau lebih.

Pada umumnya, peta-peta ini menegaskan pengaruh kritis aktivitas manusia pada planet kita. Tapi proyek ini juga menunjukkan detail-detail kecil tentang lokasi-lokasi tertentu.

Iklan
1543529484594-186489_web

Peta perubahan bentang alam di Eropa dan Asia. Sumber: UC

Hilangnya Laut Aral yang disebabkan gangguan di anak sungainya oleh proyek-proyek irigasi terlihat jelas sebagai gumpal di perbatasan Kazakh-Uzbek. Bertambahnya perhutanan di pedalaman Tiongkok, Afrika Barat, dan taiga Rusia tampak hijau tua di peta. Berkurangnya perhutanan di Tiongkok Tenggara serta urbanisasi massal Tiongkok Timur Laut, yang diwakili warna merah dan merah muda, juga sangat mengkhawatirkan.

Peta-peta ini dapat dipakai sebagai bahan kajian ilmu lingkungan dan iklim. Selain itu, seri peta tersebut berpotensi merumuskan reaksi pada isu-isu sosial, seperti migrasi massal dan munculnya pengungsi akibat perubahan iklim. Penggundulan hutan di Amerika Tengah, yang turut terlihat di peta, merupakan salah satu faktor yang memotivasi para migran meninggalkan kampung halamannya. Menurut Stepinski, perubahan darat hanya salah satu faktor yang meningkatkan tingkat migrasi massal.

Proyek ini menyampaikan kepada kita kenyataan bahwa manusia mengubah bentuk planet bumi dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Harapan tim ini adalah bahwa peta-peta ini akan menjadi sumber bagi peneliti interdisipliner yang ingin memperluas penemuan ini, dan mungkin mengantisipasi krisis pada masa depan.

"Harapan kami saat menyusun peta ini ada dua," ujar Stepinski ketika menjelaskan maksudnya dengan peta tersebut. "Tujuan pertamaku bukan ilmiah, tapi agar orang melihat ini dan sadar akan apa yang sedang terjadi."

"Adapun tujuan kedua adalah supaya peta ini berfungsi seperti manual," ucapnya. "Peta ini bukanlah akhir bagi ilmuwan, tapi awal. Mereka bisa melihatnya dan mengidentifikasi daerah-daerah yang berubah, lalu fokus pada daerah-daerah itu dan melakukan penelitian lebih dalam di masa mendatang."

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard