"Sebelum ada ponsel berkamera, Instagram, Facebook dan ribuan travel blog di internet, kita tak punya nafsu sebesar ini untuk mengabadikan liburan kita," kata Laurence Stephens, fotografer dokumenter yang baru-baru ini merilis buku kumpulan foto , Bored Tourists. "Tapi, pembaca buku saya akan mulai mempertanyakan kenikmatan mengabadikan pengalaman liburan mereka."
Di zaman Instagram ini, sebagian besar orang yang merasa wajib memproyeksikan alias memamerkan pengalaman paling keren dalam hidupnya, termasuk momen-momen liburan mereka, di media sosial. Harapannya agar orang lain merasa hidup jauh lebih baik dan iri karenanya. Ini fenomena baru dan generasi kitalah yang pertama kali mengalaminya.
Saban liburan, pikiran kita disibukkan dua pertanyaannya ini: mendingan gue nikmati liburannya atau sibuk mencari spot foto yang aduhai?
Turis selfie di Barcelona, September 2017
Menurut Stephens, penilaian kita terhadap kehidupan orang lain bisa memunculkan “kekecewaan terhadap hidup kita sendiri” dan mendorong kita untuk “menghasilkan kenangan yang lebih indah untuk diunggah ke internet, seringkali untuk mengesankan bahwa kita lebih bahagia dari sebenarnya kita rasakan.”
Fenomena ini, disamping membanjirnya segala macam hiburan yang menjauhkan kita dari “kehidupan yang sebenarnya”, membonsai rasa penasaran kita.
Saya bertemu Stephens di Diddy's, sebuah kafe penuh warna di Mare Street, London Timur untuk mencari tahu kenapa dirinya gemar mencari apa yang disebutnya sebagai "turis bosan yang tak terlalu sukar dipahami."
Seorang lelaki memotret dinding bata, Via Laietana, Barcelona, Juli 2016
Di kesempatan yang sama, Stephens juga menjelaskan proses di balik hasil jepretan favoritnya.
"Ini foto yang menunjukkan para turis yang suka mengambil foto yang enggak ada gunanya buat mereka," katanya. "Kenapa misalnya sampai ada turis yang memotret batu bata? Apa coba faedahnya bagi mereka? Banyak turis menghabiskanuanh mereka untuk membeli kamera DSLR dengan lensa-lensa, dan kadang aku sering bertanya-tanya apa kabarnya ribuan foto-foto replika yang diambil turis saban hari di obyek pariwisata tertentu."
Turis perempuan mengintip dari pagar pembayas , Bioparc, Valencia, Agustus 2016
"Susah sekali memotret turis di kebun binatang, tapi itu karena saya enggak punya izin untuk melakukannya," ungkap Stephens.
"Jadi, saya cuma bisa berkeliling sambil mengapit kamera. Mata saya mengawasi CCTV dan penjaga. Di saat yang sama, saya mencari turis yang sedang melakukan hal yang engak kita duga.”
Seorang pria memandangi pagar, Alhambra, Granada, Agustus 2016
"Ini foto favorit saya" kata Stephens. "Foto ini diambil saat saya menemukan lokasi yang potensial untuk mendapatkan foto yang bagus. Saya biasanya diam di sana cukup lama. Kadang, ada orang yang datang dan mulai ngobrol dengan tanaman dalam pagar, mengelus-elus daunnya atau memoteknya.”
“Saya dapat beberapa foto bagus. Tapi, pria dalam foto ini tiba-tiba datang, mencondongkan badan dan memandangi pagarnya—sebuah kelakuan yang enggak umum dalam situasi yang biasa saja.”
Seorang lelaki melongok ke dalam lubang, Park Güell gardens, Barcelona, Juli 2016
"Foto yang ini bisa saya ambil karena saya fokus banget dengan apa yang terjadi di sekitar saya," ucapnya sambil menenggak jahe. "Menurut saya, bekerjaa seperti terasa seperti meditasi. Soalnya begini, untuk mendapatkan foto yang bagus, saya harus berjalan selama berjam-jam sambil tempat awas dengan situasi di sekitar saya. Plus, semua ini saya lakukan dengan niatan mengabadikan sesuatu yang tak umum di sekitar saya."
Turis tertidur di jalanan, Carrer de Fontanella, Barcelona, September 2017
"Saya lihat orang dalam foto di atas dari seberang jalan. Saya sampai buru-buru menyebrang dan lari mendekatinya. Takutnya dia tiba-tiba saja bergerak," kata Stephens. "Setelah beres, saya menunggu sekitar 15 menit. Saya yakin betul lelaki ini sedang berpose untuk seseroang. Tapi lama-lama saya yakin dia cuma ketiduran. Ya sudah, saya tinggal lelaki itu.”
“Terkait topik “turis bosan”, foto-foto yang saya dapatkan di buku ini melampaui bayangan saya akan apa yang bisa saya rekam. Seroang lelaki dengan kacamata hitam flip-up, koper pink neon, tertidur di sebuah matras di tepi jalan. Susah menyakinkan orang jika ini bukan settingan. Tapi beneran, saya menemukan mereka asli dalam keadaan seperti itu lho."
Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.