FYI.

This story is over 5 years old.

politik dan kuliner

Nasi Ketan Mangga Rupanya Bisa Jadi Senjata Diplomasi Thailand

Pejabat Thailand dan Kamboja menyebarkan pesan politik, khususnya untuk Tiongkok, lewat hidangan nasi ketan.
Bettina Makalintal
Brooklyn, US
makan-makan nasi mangga di Thailand
ratusan nasi mangga Thailand

Akhir pekan lalu, sebuah acara di Thailand memecahkan rekor dunia untuk hidangan ketan mangga (mango sticky rice) terbesar. Lebih dari satu ton ketan dan 6.000 mangga disajikan kepada sekitar 10.000 turis Cina dalam acara makan malam yang juga menyajikan lobster, ikan, iga, dan kari.

Tujuan acara tersebut, yang diberi nama “Kami Peduli Dengan Kalian,” bukan hanya untuk memecahkan rekor dunia, tetapi juga untuk memberikan perspektif positif kepada turis Cina, dengan mempertimbangkan riwayat kedua negara tersebut baru-baru ini.

Iklan

Pada Juli di pulau Phuket, sebuah kapal turis terbalik dan tenggelam, yang menewaskan lebih dari 40 orang—semuanya turis Cina. Karena kapal tersebut berlayar dalam kondisi cuaca buruk, kejadian ini menimbulkan kecemasan mengenai standar keamanan turisme Thailand. Dalam sebuah op-ed yang terbit dalam surat kabar pemerintah China Daily, satu kolumnis menulis, “… pemerintah Thailand tidak boleh melalaikan tanggung jawabnya atas keamanan dan keselamatan para turis.”

Pada 2017, sekitar seperempat turis yang mengunjungi Thailand berasal dari Cina, tetapi setelah kejadian ini, angka tersebut diperkirakan akan turun, lapor South China Morning Post. Pernyataan dari Wakil Menteri Perdana Prawit Wongsuwan, yang menyalahkan penyelenggara tur Cina untuk tragedi ini sangat tidak membantu situasi. Dalam sebulan setelah tenggelamnya kapal tersebut, ribuan reservasi hotel telah dibatalkan dan angka booking di Phuket menjadi setengah dari sebelumnya.

Seperti yang dikatakan Pichit Kuandachakupt, ketua komite keagamaan, kesenian, dan kebudayaan Majelis Legislatif Nasional Thailand kepada China Daily, “Mempertimbangkan adanya penurunan drastis turis Cina yang mengunjungi Thailand, kami telah berupaya untuk memperbaiki standar keamanan nasional dan berharap untuk mengembalikan kepercayaan para turis dari Cina dan memberitahu mereka bahwa Thailand peduli dengan mereka.” Sesuai dengan pernyataan tersebut, Wongsuwan menyelenggarakan acara “Kami Peduli Dengan Kalian”.

Iklan

Upaya untuk meredakan ketegangan politik menggunakan pentas makanan biasanya hanya dilakukan satu kali saja, namun acara di Thailand ini mirip dengan upaya serupa di Kamboja. Pada 2015, lontong seberat 4.000 kilogram disajikan di candi Angkor Wat dalam rangka perayaan Festival Angkor Sankranta. Lontong tersebut secara resmi disahkan oleh Guinness sebagai pemecah rekor, dan dianggap sebagai sumber kebanggaan nasional.

Tapi seperti acara ketan Thailand, lontong raksasa Kamboja—yang berisi kacang ijo dan babi—ada tujuan politiknya: membuat pemuda tertarik dengan “rezim Menteri Perdana Hun Sen yang menua,” menurut the New York Times.

Setelah bikin rekor ketan, Kamboja menetapkan beberapa rekor lainnya, termasuk kapal naga terpanjang dan syal terpanjang di dunia. Tujuan acara-acara seperti ini jelas, ujar Katrin Travouillon, sarjana politik Kamboja, kepada New York Times: tujuannya untuk "menciptakan imej antusiasme yang terlihat jelas untuk negara dan kepemimpinannya."

Meski Perdana Menteri menganggap acara tersebut sebagai cara untuk memamerkan kebudayaan Kamboja ke seluruh dunia, tindakan tersebut dikritik tidak hanya karena boros, tetapi juga karena menyoroti otoritarianisme kepemimpinan Kamboja. Namun, dalam wawancara dengan warga Kamboja, New York Times menemukan bahwa pemecahan rekor tersebut berhasil mendapatkan efek yang diinginkan, terutama dengan generasi muda.

Belum jelas apakah dan bagaimana acara ketan ini akan mendukung kebangkitan turisme Cina ke Thailand selama tahun mendatang ini. Tetapi menurut Shanghai.ist, keadaan turisme Thailand tidak terlalu buruk: lebih dari 7 juta turis Cina diperkirakan akan mengunjungi Thailand untuk festival musim semi ini.