FYI.

This story is over 5 years old.

Metal

Dua Orang Ini Menulis Buku Sejarah Metal yang Luar Biasa Komprehensif

Penulis buku ‘Hellraisers: A Complete Visual History of Heavy Metal Mayhem’ Axl Rosenberg dan Chris Krovain menjelaskan metode gila yang mereka gunakan di balik buku baru mereka.
chris krovatin

Artikel ini awalnya muncul di Noisey US.

Di atas kertas, atau di LinkedIn, Axl Rosenberg dan Chris Krovatin terlihat seperti dua sosok yang tepat untuk menulis buku tentang sejarah heavy metal. Axl adalah salah satu pencipta dan penulis blog metal populer MetalSucks, dikenal karena komentar liberalnya yang pedas dan seksi, komen yang kerap memicu perdebatan sengit. Chris adalah penulis buku anak-anak dan jurnalis musik yang pernah menulis untuk Revolver dan Invisible Oranges (dan juga kontributor Noisey). Chris juga pernah menulis sebuah novel berjudul Heavy Metal and You, semacam cerita cinta heavy metal yang mereferensi Emperor dan Anthrax. Kurang cocok apa lagi mereka?

Iklan

Masalahnya sebuah buku tidak bisa dikonsumsi dengan mudah seperti postingan blog, dan menceritakan sejarah jujur kultur musik yang umurnya sudah beberapa dekade tidak sama dengan sekadar menuliskan celoteh bocah remaja labil yang sedang membicarakan band favoritnya. Belum lagi harus menghadapi editor yang suka ngajak ribut, wawancara yang harus ditranskrip, dan lainnya.

Hasil akhirnya, Hellraisers: A Complete Visual History of Heavy Metal Mayhem sekarang sudah tersedia lewat Race Point. Berikut adalah pengalaman dan nasihat dari Rosenberg dan Krovatin tentang menulis dan menerbitkan buku tebal tentang ‘musik setan’. Kami tidak bertanggung jawab atas kebingungan dan keanehan yang akan muncul setelah kalian membaca wawancara ini.

Noisey: Gimana kalian menentukan siapa yang nulis apa?
Axl Rosenberg: Chris dan saya makan malem bareng dan memutuskan beberapa subgenre heavy metal yang berbeda, dan setiap subgenre akan ditampilkan dalam sebuah bab atau mini-bab. Kemudian kami memilih yang mana yang ingin kamu tulis. Tidak ada ada perselisihan. Kalo gak salah gue makan pizza burger. Gue gak inget Chris makan apa.

Christopher Krovatin: Kayaknya gue deh yang makan pizza burger waktu itu. Bagian terbaik dari memilih bab adalah ini mengajarkan kami tentang metalhead macam apa kami sesungguhnya. Kami masing-masing mendapat subgenre yang memang kami ingin tulis (thrash buat saya, death metal dan grindcore untuk Axl) dan satu subgenre yang tidak kami tulis karena enggak mau dan engak peduli: glam metal buat saya dan nu metal untuk Axl.

Iklan

Foto milik Race Point Publishing

Seperti apa proses penulisannya?
Axl: Gue giting sambil menulis tentang genre metal yang menjadi fokus bab tersebut. Kalau ada tanggal atau ejaan nama band yang saya tidak yakin, saya cek ke Metal Archives, kecuali kalau band tersebut dianggap “kurang metal” oleh admin Metal Archives yang brengsek dan menolak memasukkan band tersebut ke situs; berarti saya harus pergi ke All Music. Setelah ini semua selesai, saya membuat playlist yang bisa menjadi sampel bagus dan menampilkan band-band paling penting dari sebuah genre. Kemudian saya akan mengirim tulisan saya ke Chris dan menunggu feedback. Sambil menunggu, saya terus tambah giting.

Chris: Penelitiannya tidak sulit, karena sebagai metalhead, kami sudah akrab dengan cerita-ceritanya. Kami semua sudah membicarakan konten macam ini dengan teman-teman sejuta kali sebelumnya. Untuk bagian penulisan, yang terpenting adalah semuanya harus mengandung opini. Saya benci buku metal yang mencoba “tidak terlihat bias,” seakan konsep macam itu benar-benar ada. Kita semua harus menulis apa yang kita tahu tentang musik yang kita suka dan berani mengejek band macam Avenged Sevenfold yang mencuri maskot Overkill.

Foto milik Race Point Publishing

Apakah menulis Hellraisers berbeda dengan pekerjaan menulis yang lain?
Axl: Biasanya saya tidak mengirim tulisan saya ke Chris demi mendapat feedback.

Chris: Sebagai seorang penulis buku remaja, saya biasanya tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan kata-kata umpatan untuk mendeskripsikan seseorang atau sesuatu. Lagipula kami menulis untuk majalah yang dari segi keredaksian santai, bukan seperti penerbit mapan tempat biasa saya bekerja. Saya tidak harus ‘ngejilat’ siapapun hanya karena mereka menjual lebih banyak album atau digilai kritikus. Ini semua juga berkat Axl—dia jago banget menjaga saya agar tetap jujur dan tidak masuk ke dalam jebakan ‘bahasa-jurnalis’. Di satu titik saya sempat ngambek karena dia mendeskripsikan corpse paint sebagai “make-up badut,” dan dia menyuruh saya menulis apapun yang saya mau tentang corpsepaint. Saya duduk, melihat foto-foto promo 1349…dan menyadari bahwa dia ternyata benar. Kalau kamu mau jujur, jangan tanggung-tanggung. Tidak ada yang sakral.

Iklan

Bagaimana kamu memilih musisi yang akan diwawancarai untuk buku ini?
Axl: Untuk setiap bab, saya berusaha mencari paling tidak satu musisi yang A) berjasa dalam genre yang mereka mainkan, dan B) enggak omdo dan bersedia diwawancarai sesuai dengan janji mereka. Siapapun yang mencoba menjadwal ulang interview kami batalkan. Siapapun yang mencoba mengatur wawancaranya kami batalkan. Kalau manajer mereka membuat situasi ribet, saya batalkan. Jadi kamu bisa percaya bahwa musisi yang saya wawancara dalam buku adalah sosok yang bersahabat dan menepati janji mereka. Tentu saja kamu tidak tahu bab mana yang saya tulis dan mana yang Chris tulis, jadi kamu tidak akan tahu musisi mana yang nyebelin dan mana yang enggak. Chris mewawancari Dez Fafara.

Foto milik Race Point Publishing

Seperti apa proses editorial untuk buku sebesar ini?
Axl: Kami saling mengedit bab tulisan satu sama lain dan mengirim mereka kembali dengan catatan. Ketika memungkinkan, saya akan menuruti ide Chris, karena saya berasumsi kritik dari dirinya ditulis berdasarkan kepentingan kami bersama. Kadang juga pernah saya mengirim surel dan mengatakan “Woy, ini gimana cara masukinnya?” terus dia membantu atau justru mengatakan “Bodo amat dah” dan kami lanjut ke konten berikutnya. Kalo gak salah gue cuman dapet satu catatan dari editor, bahwa dia gak yakin Elton John udah benar-benar mengaku gay atau belum. Dia takut dituntut kayaknya deh.

Iklan

Setelah draf buku selesai, penerbit membaca dan mengatakan, “Ini terlalu panjang.” Di situ saya mulai menghitung-hitung dan menentukan panjang maksimum dari setiap bab atau mini-bab. Kemudian saya menilik setiap bab dan mini-bab kata-per-kata dan memotong apapun yang tidak perlu, menggabungkan dua kata menjadi satu (contoh “do not” jadi “don’t”, dsb), ya pokoknya curang lah. Kemudian kita menghadapi jalan buntu, mau tidak mau saya harus membuat keputusan menyakitkan tentang band mana yang layak masuk buku dan yang tidak. Saya sempat bertanya ke Chris apakah kita boleh menghapus bab nu-metal sekalian agar saya bisa menulis lebih banyak tentang Bolt Thrower, tapi dia bilang kita tidak bisa melakukan itu.

Chris: Saya sudah pernah menerbitkan enam buku sebelumnya, tapi buku ini adalah yang pertama membuat saya khawatir tentang aspek produksi. Mengedit fiksi itu intinya membuat sebuah cerita lebih penuh, menarik, dan manusiawi. Tapi mengedit non-fiksi itu berhubungan dengan jumlah halaman dan biaya tinta. Seingin-inginnya saya menulis tentang Alice Cooper atau Hooded Menace sepanjang 80 halaman, ini tidak mungkin terjadi. Dan ketika kami sudah memenuhi syarat, tim penerbit memotong beberapa bab tanpa berkonsultasi dengan kami hanya agar mereka bisa memasukkan lebih banyak foto Ozzy Osbourne meloncat-loncat!

Foto milik Race Point Publishing

Apakah berhadapan dengan penerbit sulit? Apa kalian pernah berantem?
Chris: Race Point itu asik karena membiarkan kami menulis apapun yang kami inginkan, karena mereka bukan metalhead dan tidak khawatir akan membaut Dave Mustaine marah. Tapi ini juga berarti kami harus banyak menjelaskan heavy metal ke mereka. Untunglah saya mengenalkan mereka ke Mark Riddict, yang membuat sampul buku kami yang keren. Sebelum itu, parameter mereka hanyalah: Ini harus terlihat seperti buku metal lainnya yang laku di pasaran.

Masalahnya, pihak penerbit, sama seperti industri hiburan lainnya, selalu parno ketika mereka mencoba mengadaptasi diri dengan dunia modern. Seringkali, akun sosmed dan koneksi profesionalmu sama pentingnya dengan tulisanmu. Kadang kalau ingin ide kami diterima, kami harus mengatakan, “Ini akan meningkatkan penjualan. Ini akan memberikanmu lebih banyak uang.” Yang lainnya tidak penting, karena bagi mereka, yang penting adalah angka. Saya yakin industri musik juga sama seperti ini.

Axl: Di SMA, saya menjadi sukarelawan dan membantu tunawisma yang menderita skizofrenik, jadi kurang lebih sama dengan berhadapan dengan penerbit.

Soal marketing dan promosi gimana?
Axl: Ya ini wawancara elo pikir buat apaan?

Chris: Saya selalu berasumsi departemen pemasaran tidak akan membantumu, dan melakukan apa yang selalu dilakukan orang di luar sub-kultur. Mereka akan mempromosikan buku ini ke situs dan majalah yang tidak relevan. Mereka akan memutuskan siapa yang akan mendapat kesempatan menulis blurb berdasarkan jumlah like di halaman Facebook. Jadi tergantung kamu untuk mencoba mengontak orang-orang yang kamu hormati. Beginilah caranya kami mendapat blurb dari J.R dari Pig Destroyer, Mike dari Darkest Hour, Brendon Small dari Dethklok, dan Joel dari Toxic Holocaust, termasuk kata pengantar dari Matt Heafy dari Trivium. Sama dengan industri musik, kalau kamu mau sesuatu dikerjakan dengan becus, kamu harus kerjakan sendiri.