Setiap orang punya sosok berjasa mengenalkan mereka pada musik “bagus”. Biasanya kenalan atau saudara yang lebih tua, lebih keren, dan punya selera mantab. Untuk Vira Talisa Dharmawan, sosok yang berjasa itu adalah Paman Jesse. Bukan, ini bukan paman betulan bernama Jesse. Yang dia maksud adalah Paman Jesse yang ‘itu’, karakter diperankan John Stamos dalam serial komedi situasi Full House. Paman Jesse adalah tipikal sosok paman idaman, yang tidak sekadar mengandalkan rambut keren. Dia punya referensi ajaib tentang musik-musik doo-wop 50-an, Elvis, sampai The Beach Boys. Bagi bocah yang tumbuh besar di Jakarta, seperti Vira, menemukan referensi musik dari karakter serial televisi terasa tidak terlalu aneh.
Saat ini, nama Vira mulai mencuat di kancah musik independen Indonesia. Musiknya lebih mirip Françoise Hardy. Debut album mininya, yang dirilis oleh Orange Cliff Records terasa sejuk, romantik, dan penuh semangat bermain-main; musik-musiknya cocok untuk membangun mood positif, terutama bagi pendengar urban yang ingin menuntaskan dahaga setelah letih menjalani hari.
Videos by VICE
Bersama Marcel Thee dari VICE Indonesia, Vira membahas beragam topik. Mulai dari VCD yang membuatnya jatuh cinta pada musik, pengalaman mendengar pop-punk, serta tentu saja, kesannya yang mendalam terhadap serial Full House.
VICE Indonesia: Ada elemen visual yang sangat kuat dari musikmu. Presentasi desain album, misalnya, terasa musikal. Dari mana inspirasinya? Apakah memang keluargamu menggemari dan memainkan musik?
Vira Talisa: Keluarga besarku kebanyakan berprofesi sebagai dokter, anggota TNI, atau pekerja kerah putih, kecuali mungkin nenekku. Dia pelukis. Bagaimanapun, ayah yang pertama mengenalkanku pada musik. Dia membelikan piano mainan kecil pas aku umur lima tahun. Selanjutnya dia mendaftarkan aku ke sekolah musik untuk belajar piano pop. Di sana aku belajar banyak teknik, tapi aku tidak ingat lagu apa yang kusukai selama aku sekolah musik. Lalu aku ingat ibu pernah membelikan VCD Walt Disney classic. Dari VCD itulah aku jatuh cinta pada musik.
VCD! Benar-benar old school. Selain VCD Disney, ada lagi yang kamu suka?
Favoritku itu Fantasia dari George Gershwin dan Marry Poppins-nya The Sherman Brothers. “Rhapsody in Blue” sama “A Spoonful of Sugar” adalah dua lagu yang aku suka sekali semasa kecil. Jadi, bisa dibilang kecintaanku pada musik justru tumbuh berkat film. Pelajaran musik yang aku lakoni terus berlanjut selama sekolah dasar, aku juga belajar piano klasik dan biola. Tapi memang akhirnya sekolah musik itu tidak kuteruskan soalnya antusiasmeku hilang karena kelasnya repetitif.
Dengar-dengar kamu juga fans berat pop-punk dan rap metal sewaktu remaja?
Sebagai remaja, aku memang menggemari MTV dan semua band pop-punk dan pop-rock yang ada di TV waktu itu. Aku mendengarkan Linkin Park, Green Day, dan Blink 182. Samalah kayak teman-teman SMP lainnya.
Terus, pas SMP itu aku nemu sitkom lama judulnya Full House. Ada karakter di sitkom itu karakter bernama Paman Jesse, seorang musisi yang digambarkan penggembar berat The Beach Boys dan musik-musik doo-wop. Musik-musik yang didengar Paman Jesse mengingatkanku pada musik kesukaan semasa SD. Ternyata, belakangan baru aku tahu, jika Brian Wilson [pencipta lagu Beach Boys] juga fans berat George Gershwin. Sejak itulah aku merasa punya ikatan khusus dengan Brian Wilson. Aku lalu berusaha mencari dan mendengar album-album awal Beach Boys. Untunglah sudah ada internet, jadi mudah mencari musik-musik sejenis dari masa itu. Rata-rata semuanya sekarang menjadi musik favoritku.
Jadi berkat Beach Boys lagu-lagumu sekarang punya nuansa retro-pop?
Tentu saja. The Beach Boys adalah pintu gerbangku mendengar banyak musik retro. Aku mendengarkan bermacam album rock n’ roll, surf, doo-wop, jazz, rockabilly, French Yé Yé, sampai musik Brasil dari dekade 50-an dan 60-an. The Remains, Mary Hankins, Jesse Hill, Jacqueline Taieb, Elis Regina, dan Françoise Hardy adalah beberapa musisi favoritku. Aku engga tahu juga sih, kenapa mengidolakan mereka. Ya mungkin inilah yang dinamakan cinta. Ada kesan mendalam dari musik-musik mereka yang sulit kujelaskan.
Apa ada musik favorit yang tidak tercermin dan mempengaruhi lagu-lagumu sekarang?
Ada. Aku tidak menunjukkan pada orang-orang kalau aku sebenarnya suka sekali RnB dan hip-hop. Ini urusan pribadi lah. Tapi sebenarnya melalui musik, aku ingin bercerita banyak hal. Kebahagiaan. Ironi. Aku ingin orang-orang merasakan sesuatu dari musikku.
Agar pendengar merasakan sesuatu? Lalu apa inspirasimu biasanya saat menulis lagu?
Aku menulis lagu setiap kali merasa sedih, merasa khawatir, atau sedang pengen bernostalgia. Hal-hal seperti persahabatan, motivasi diri… ya yang personal gitulah kebanyakan. Seringkali aku menuturkan tema-tema tadi secara ironis.
Jadi, lagu-lagumu sekarang sudah menggambarkan karakter khas seorang Vira?
Aku engga terlalu yakin sih. Albumku memang menggambarkan musik-musik yang banyak kudengar, tapi selama proses kreatif pembuatannya, aku mengalami banyak hal. Aku bereksperimen dan ingin memasukkan macam-macam unsur dalam lagu-laguku. Tapi pada akhirnya, beberapa hal harus dihapus, karena jadi ‘merusak’ lagunya. Jadi, aku yakin musikku masih bisa berkembang, tapi aku terus mencari formulanya.