Menurut kalian, apa sih definisi adegan laga yang sempurna? Pastinya tidak sekadar tembak-tembakan atau baku pukul saja. Boring banget kalau cuma gitu doang. Idealnya dalam adegan itu perlu ada drama, situasi tegang, emosi, serta kalau bisa, komedi.
Nah, video yang viral akhir pekan lalu, ketika tersangka penganiayaan dikejar aparat polisi di halaman depan Indomaret Jalan Raya Serang, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Banten, adalah esensi adegan laga paripurna. Video itu lengkap banget. Kalian bakal terkesima, terkesiap, tertawa, sekaligus degdegan walau durasinya cuma dua menit 16 detik. Bisa dibilang, video pendek yang direkam dengan kamera alakadarnya ini bisa menjadi calon dokumenter amatir terbaik 2020, membuat hidup kalian lebih berwarna selama mengalami karantina akibat pandemi corona.
Videos by VICE
Simak video lengkapnya di sini (walau caption si pengunggah keliru. Doi bukan begal, melainkan tersangka penganiaya ibu sendiri yang dikejar anggota polsek Cisoka Tangerang):
Sungguh dramatis bukan?
Sebelum kita ulas berbagai komponen yang membuat video ini terasa dramatis, mari kita bahas sekilas latar belakang peristiwa tersebut. Ternyata kejadiannya Selasa 24 Maret 2020 sore waktu setempat, menurut laporan iNews, meski viralnya di medsos baru saja.
Si lelaki yang diburu belasan polisi, sampai ditembak berkali-kali, bernama Rahmatullah. Pria 37 tahun itu dilaporkan ibu kandungnya sendiri karena melakukan penganiayaan dan mengancam membunuh, gara-gara keinginannya minta uang Rp200 ribu tak dituruti. Merujuk laporan Kompas.com, aparat Polsek Cisoka yang menerima laporan sang ibu menemukan Rahmatullah asyik ngedokem.
“Saat dicari, pelaku ternyata sedang duduk di depan Indomaret, pengamanan dipimpin Kapolsek Cisoka,” kata Komisaris Besar Polisi Ade Ary Syam Indradi, selaku Kapolres Tangerang.
Awalnya polisi membujuk Rahmatullah menyerah baik-baik. Eh doi ngamuk, lantas mengacungkan pisau ke aparat. Akhirnya, salah satu aparat dengan kemeja putih memberi tembakan peringatan. Rahmatullah enggak takut, justru makin nantangin. Beberapa tembakan diarahkan ke tubuh tersangka. Lah doi santai bae. Polisi ngacungin pistol, pelaku ikut ngacungin pisau ke udara. Bahkan ketika ada yang melempar kursi ke tubuhnya dari belakang, dia masih petantang-petenteng. Sampai kemudian petugas lain menembak kakinya, doi baru deh lari. Iya, Rahmatullah masih bisa lari kenceng meski kakinya ditembus peluru panas (kalaupun itu peluru karet, tetep sakit tauk).
“Polisi mengeluarkan tembakan peringatan, tapi pelaku tetap berusaha untuk melakukan perlawanan,” imbuh Kombes Ade.
Setelah kejar-kejaran singkat di jalan raya, melewati rombongan pelajar SMP yang baru pulang sekolah dan penumpang angkot yang bingung, barulah Rahmatullah bisa diamankan polisi dibantu beberapa warga, termasuk yang lari-larian membawa bambu dan plang parkir Indomaret. Si biang onar itu sekarang mendekam di tahanan Polsek Cisoka.
Oke. Garis besar peristiwanya seperti itu. Tapi tersisa tiga detail yang mengganjal, sehingga perlu kita ulas, sekaligus ada pertanyaan yang perlu dicari jawabannya gara-gara video ini. Berikut penjabarannya:
1. DOI KEBAL PELURU? KALAU IYA PERLU DITELITI ILMUWAN
Dari berbagai mitos di nusantara, yang sampai sekarang masih tetap dipercaya adalah ilmu kebal. Ilmu tenaga dalam ini, konon dipakai banyak kakek buyut kita dalam perang kemerdekaan melawan Belanda maupun Jepang. Alhasil peluru penjajah tak mampu menembus tubuh mereka, sekalipun secara persenjataan laskar-laskar lokal jelas kalah kelas. Barangkali kalau kata orang Jawa, inilah pengejawantahan prinsip Kalah Rupa Menang Dupa.
Banten, termasuk daerah yang lekat dengan citra pengajaran ilmu kebal. Sayangnya, seperti mitos lain di berbagai dunia, selama ini tidak pernah ada pembuktian ilmiah soal klaim-klaim tersebut. Banyak residivis atau jawara silat dibilang kebal peluru. Tapi ya semua berbasis katanya. Kearifan lokal nusantara ini rentan dibilang hoax. Nah, insiden Rahmatullah ini perlu dikaji lebih dalam. Barangkali tim acara TV science buster mau menelitinya? Bagaimana dengan ilmuwan LIPI, tertarik?
Beneran lho, yang terjadi sama Rahmatullah itu anomali. Tidak takut sama tembakan peringatan masih bisa diterima akal sehat. Di detik ke-8, ada satu tembakan selain dari polisi berkemeja putih diarahkan ke tersangka. Dan dia tampak tak bergeser seinci pun. Begitu pula ketika di detik ke-49, polisi berseragam menembak tiga kali, termasuk ke arah kakinya, Rahmatullah malah bisa lari kenceng. Katakanlah, dia cuma kena peluru karet di kaki, manusia normal harusnya sudah rebah. Lah ini bisa ngibrit seratusan meter, untuk kemudian jalan santai.
Siapa tahu, ketahanan fisik Rahmatullah adalah kunci menghasilkan prajurit kebal di masa mendatang. Sepuluh sosok seperti Rahmatullah di garis depan pertempuran tentu saja akan bikin gentar musuh-musuh, menjadi deterrent effect bagi sistem pertahanan Indonesia.
2. KENAPA POLISI AWALNYA PAKAI PISTOL JADI MENGEJAR TERSANGKA PAKAI BAMBU DAN KURSI?
Detail lain yang perlu kita soroti adalah prosedur pengamanan aparat. Di video ini, kita melihat bahwa polisi Indonesia bisa sangat trigger happy. Total kalau dihitung ada 10 kali tembakan (dua mengarah ke tersangka) untuk mengamankan satu orang yang bersenjatakan pisau.
Ketika Rahmatullah tidak gentar diberi tembakan peringatan, polisinya ganti keder dan mundur beberapa langkah. Barangkali memang perlu ada pelatihan khusus untuk situasi di mana aparat berhadapan dengan “manusia kebal peluru”, seperti kasus Rahmatullah ini.
Tapi, di sisi lain, dengan keunggulan jumlah, sebetulnya tersangka bisa diringkus lebih cepat. Apa daya, karena polisi terkejut melihat kenekatan pelaku, sekian detik itu bisa dimanfaatkan Rahmatullah mencari celah untuk lari, seperti bisa kalian lihat di detik 56. Tak ada sama sekali polisi berjaga di titik tersebut. Selain jadi prajurit di garis depan, Rahmatullah berbakat jadi striker ala Thomas Müller yang pandai membaca ruang, untuk menembus pertahanan lawan di lapangan sepakbola.
Selain itu, yang cukup mengherankan, adalah taktik polisi menggunakan kursi Indomaret sebagai senjata. Ada satu lelaki semi gondrong, memakai sandal jepit melemparkan kursi tersebut. Belum bisa dipastikan apakah doi personel Polsek Cisoka juga atau bukan. Sayang, lemparannya kurang akurat. Ke depan, nampaknya Polri perlu melibatkan Ajun Komisaris Polisi Eko Hari Cahyono, yang dulu pernah viral karena bisa melempar benda apapun setajam pisau ke sasaran, memberi pelatihan melempar akurat pada tiap bintara.
Ada juga polisi yang membawa ember ke mana-mana saat mengepung Rahmatullah. Sayang cairan ‘entah-apa-hanya-Tuhan-yang tahu’ dalam ember itu tidak jadi dipakai mengamankan tersangka. Serta, mendekati menit kedua, salah satu petugas bersenjata membawa bambu setinggi lebih dari dua meter saat mengejar Rahmatullah di jalan raya Serang. Apakah perubahan taktik ini didasari asesmen di lapangan, kalau tersangka tak takut peluru? Apakah bambu memiliki efek yang bisa menetralkan ilmu kebal? Kami akan terus mencoba mencari jawabannya.
3. KORBAN INSIDEN INI ADALAH KURSI, PLANG PARKIR, DAN MAS KASIR INDOMARET
Rahmatullah adalah pemenang dalam video pengejaran yang viral tersebut. Sementara polisi menderita kekalahan, karena netizen menertawakan berbagai taktik mereka dalam proses penyergapan tersangka.
Tapi polisi bukan korban terbesar. Sebab, yang paling menderita dalam insiden ini adalah pihak minimarket tersebut. Tak sedikit netizen bertanya-tanya, “apakah plang parkir yang digotong tim penyergap Rahmatulah sudah dikembalikan?”
Kita tahu, papan parkir itu sangat penting bagi kemaslahatan masyarakat. Jika tidak ada plang bertuliskan “Parkir Gratis” terpampang di halaman minimarket, yang terjadi kelak adalah munculnya tukang parkir bak ninja, yang selalu muncul minta duit saat kita pulang belanja, padahal pas pertama parkir kelihatan batang hidungnya saja tidak. Bahaya betul.
Selain itu, korban lain adalah kursi-kursi yang dilempar dan jadi senjata dadakan. Malah ada polisi lain yang lari mengejar Rahmatullah ke tengah jalan sambil menenteng kursi. Semoga kursi-kursi tersebut sudah kembali ke lokasi semula, sehingga muda-mudi lokal tetap bisa nongkrong di depan minimarket. Pilihan aktivitas yang tentunya lebih aman dan produktif, dibanding mereka ikut balap liar atau malah keliaran di jalan.
Bayangkan, tanpa adanya kursi, anak muda di Kecamatan Jayanti bisa kehilangan satu opsi tempat nongkrong murah meriah. Kalau hiburan kecil itu terenggut, mereka berpotensi bosan. Kalau bosan, berkaca pada daerah-daerah lain seperti Depok, anak muda akan tertarik menjajal prank bodoh jadi pocong atau tuyul. Nambahin kerjaan lagi buat pak polisi.
Korban terakhir, yang bahkan mungkin terlewat dari pengamatan netizen, adalah mas kasir Indomaret yang berusaha keras menutup pintu geser minimarket ketika terjadi eskalasi konflik antara aparat versus Rahmatullah. Tak terbayangkan trauma psikologis si mas. Hari itu seharusnya berjalan biasa baginya.
Seperti Selasa lain, dia tinggal menanti waktu shift-nya berakhir, mengucapkan “selamat datang dan selamat berbelanja” pada pelanggan, dan bisa pulang untuk pacaran. Apa pernah kalian membayangkan, harus jadi saksi pengepungan dramatis dan mendengar tembakan berulang kali? Kalian jaga minimarket lho, bukan jadi relawan di medan perang. Semoga si mas bisa sembuh dari trauma ini dan bertugas kembali seperti biasa.