Pada Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung usulan parlemen untuk memperpanjang masa jabatannya hingga 2036.
Dalam sesi Majelis Rendah Duma, anggota parlemen Valentina Tereshkova membuat amandemen mendadak untuk RUU reformasi konstitusi. Perempuan pertama yang pergi ke luar angkasa itu mengusulkan untuk mengatur ulang masa jabatan Presiden Putin.
Videos by VICE
Menurutnya, Rusia membutuhkan stabilitas dan Putin “dapat diandalkan dalam situasi rumit”.
Beberapa jam kemudian, sang presiden menyetujui proposal tersebut.
“Sistem presidensial vertikal sangatlah penting bagi stabilitas Rusia. Negara kami belum memiliki kondisi yang diperlukan untuk mewujudkan demokrasi yang dipimpin parlemen,” Putin berpidato di depan parlemen.
Konstitusi Rusia saat ini memungkinkan presiden menjabat selama dua periode, dengan total 12 tahun. Putin telah empat periode memimpin negara, setelah menjabat sebagai perdana menteri pada periode kedua dan ketiga.
Dia mengatakan tidak setuju dengan upaya penghapusan masa jabatan karena tidak mau Rusia kembali ke era Soviet yang meniadakan pemilu. “Sudah cukup revolusi bagi Rusia,” imbuhnya.
Namun, dia setuju dengan usulan mengosongkan masa jabatannya. Apabila disepakati Mahkamah Konstitusi, Putin bebas mencalonkan diri lagi setelah masa jabatannya berakhir pada 2024.
Putin tidak terang-terangan bilang akan melakukannya. “Banyak yang telah dilakukan untuk memperkuat negara,” ujarnya sebelum meninggalkan podium. “Saya yakin semakin banyak yang bisa diwujudkan jika kita melakukannya bersama-sama. Setidaknya sampai 2024. Selanjutnya, kita lihat saja nanti.”
Partai Rusia Bersatu mengutarakan mereka akan mendukung amandemen konstitusi.
Selama berpidato, Putin berujar keputusan akhirnya diserahkan kepada rakyat.
Pemungutan suara akan diadakan pada 22 April, referendum pertama sejak Rusia meloloskan konstitusi saat ini pada 1993. Pemilihan ini secara luas dipandang sebagai praktik yang tidak mempertimbangkan keuntungannya.
Masa jabatan Putin akan dikosongkan jika sebagian besar rakyat menyetujuinya. Itu berarti dia bisa menjabat dua periode lagi sampai berusia 84 pada 2036.
Spekulasi tentang masa depan Putin semakin sering dibahas setelah dia mengusulkan perubahan konstitusi besar yang mengurangi kekuatan kepresidenan setelah dia mengakhiri jabatannya.
Jumat lalu, Putin berujar dia takkan memaksa untuk tetap memegang kekuasaan setelah masa jabatannya berakhir.
“Bukannya tidak mau [terus memimpin negara],” tuturnya. “Menggunakan kekuasaan untuk terus mempertahankan mandat adalah perbuatan yang tidak dapat dibenarkan. Saya takut mengacaukan negara. Saya tidak mau melakukan itu.”
Putin sudah 20 tahun lebih berkuasa di Rusia, baik sebagai perdana menteri maupun presiden. Dia adalah pemimpin terlama setelah diktator Soviet Josef Stalin.
Dengan memaksa pengubahan konstitusi, Putin tak ada bedanya dengan pemimpin otoriter Xi Jinping. Presiden Tiongkok itu dijadikan presiden abadi pada 2017 silam.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News