FYI.

This story is over 5 years old.

Bertanya Pada Pakar

Persiba Melarang Pemainnya Makan Nasi Goreng, Apakah Masakan Ini Berbahaya?

Padahal nasgor adalah makanan favorit orang Indonesia. Sayang pakar nutrisi berpendapat sebaliknya.
Semua foto nasi goreng oleh Aulia Reinozha.

Bagi pemain Persiba Balikpapan, makanan termahal dalam hidup mereka saat ini adalah nasi goreng.

Pelatih Persiba, Milomir Seslija, baru saja mengumumkan larangan bagi setiap atlet dalam timnya mengonsumsi masakan favorit dalam khazanah kuliner Tanah Air itu. Jika pemain Persiba kepergok makan nasgor, hukumannya adalah denda Rp5 juta. Denda itu nilainya bisa untuk membeli 500 piring nasi goreng kaki lima.

Iklan

"Saya di sana (Malang) banyak kawan," kata Milomir seperti dikutip media lokal. "Jika pemain makan nasi goreng, terus ada kawan saya yang kirim foto, saya akan denda pemain itu. Dan jangan ada pemain yang minum minuman yang bersoda."

Persiba saat ini dalam posisi bawah klasemen Liga Satu. Mereka terpaksa bermain di Kota Malang, jauh dari markas asli di Balikpapan. Persiba sepanjang musim ini terancam harus bertanding memakai Stadion Gajayana, yang dulunya merupakan homebase Arema Malang. Stadion Persiba yang asli hanya mampu menampung 10 ribu penonton, sehingga dianggap tidak layak oleh operator liga.

Di tengah situasi sulit itu, Milo—panggilan akrab sang pelatih—menerapkan diet ketat dan dispilin yang unik bagi personel Persiba. Mantan pelatih Arema Cronus dan Sabah F.A itu dikenal agak nyentrik saat mendisiplinkan pemain. Dia pernah melarang anak didiknya mengakses Internet sebelum bertanding. Pria 52 tahun asal Bosnia ini juga meneruskan ciri khas metode latihan yang keras saat kini menangani Tim Beruang Madu. Larangan nasi goreng dan soda baru satu dari sekian metode yang akan dipakai Milo untuk menggenjot prestasi anak-anak Persiba. Setidaknya, melihat rekam jejak Milo yang sukses mengantar Arema juara Liga Indonesia di musim sebelumnya, suporter Persiba boleh berharap banyak.

Tapi kami jadi penasaran. Seburuk apa sih memangnya kombinasi nasi, kecap, MSG, dan saos sambal dapat merusak kebugaran seorang atlet? Benarkah nasgor adalah makanan sampah yang harus dihindari setiap pesepakbola? Supaya lebih jelas, saya menghubungi Jansen Ongko, seorang pakar nutrisi dan juga akademisi ilmu olahraga. Berikut hasil percakapan kami.

Iklan

VICE Indonesia: Apakah nasgor itu berbahaya buat atlet?
Jansen Ongko: Nasi goreng bukannya berbahaya, tetapi bukan sumber makanan yang ideal untuk atlet. Resepnya penjual nasi goreng sendiri sangatlah beragam sehingga kandungannya sulit untuk diukur. Tidak hanya itu, tambahan topping seperti krupuk dan telur goreng hampir tidak pernah terpisahkan dari menu ini. Mungkin itulah keputusan coach Persiba untuk melarang pemainnya makan nasi goreng.

Kira-kira apa memang efek buruk jika kita terlalu banyak makan nasgor?
Kandungan kalori seporsi nasi goreng sangat beragam, antara 400-700 kalori, tergantung cara pengolahan dan toppingnya. Pada nasi goreng yang plain, penyumbang kalori terbesar berasal dari karbohidrat yang terkandung pada nasi dan lemak yang terkandung pada minyak yang digunakan saat proses pengolahan. Apabila karyawan kantoran dan pelajar tersebut memang tidak terlalu aktif secara fisik, maka ada baiknya membatasi porsi nasi goreng menjadi satu porsi sehari karena sudah memenuhi 1/4-1/3 kebutuhan kalori harian mereka.

Menurutmu langkah Persiba melarang pemainnya makan nasgor sudah tepat?
Menurut saya manajer Persiba memahami pentingnya nutrisi bagi kebugaran pemain. Pola makan memang bisa mempengaruhi performa olahragawan di lapangan.

Jadi sebaiknya langkah diet ketat ditiru atlet Indonesia lainnya?
Tentu saja. Saya perhatikan pola makan atlet di negara ini masih di bawah standar Internasional. Bahkan ada coach yang mengira dengan memberikan atlitnya makan makanan prasmanan yang disediakan di hotel berbintang sudah memenuhi asupan gizi mereka. Padahal apabila berbicara tentang gizi, berlebihan juga termasuk malnutrisi. Dibutuhkan pengukuran gizi yang presisi apabila berbicara tentang prestasi.

Pendampingan oleh ahli gizi yang paham tentang gizi olahraga juga penting karena ada juga kasus dimana ahli gizi klinis yang digunakan sebagai pendamping atlit berujung kegagalan. Ini karena pendekatan antara ahli gizi yang fokus di klinis dan olahraga pada praktiknya seringkali berbeda.